"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Jumat, 03 Juni 2011

SURAT UNTUK SAHABAT.....!!!

Sobat . ... surat ini sengaja aku buat untuk mengenang kebersamaan di antara kita. Dengan segala kerendahan hati aku minta maaf atas segala khilaf--ku. Maaf jika selama ini aku kerap memancing emosi. Sungguh maaf---mu akan menjadi penyejuk yang tak terkira di ke dalam sanubari--ku. Aku yakin ke-salah-an-ku terlampau banyak, terutama kepada kamu sebagai kawanku.

Pengakuan seperti memang terkesan lemah dan sedikit pecundang. Namun ada hal yang aku tuju dengan cara ini. Kesaksian. Coretan ini merupakan kesaksian antara aku dan kamu. Kesaksian dalam hal nasip juga peruntungan yang mungkin kelak akan dicapai. Adanya kamu di hidup ini sungguh menambah aroma yang tak terhingga. Bila kelak aku memanggil-manggil namamu, kemudian badanku bersimbah lumpur, jangan samapai kau berpaling muka.

Hidup ini memang indah kawan. Dan kau aku itu dengan banyak cerita. Tapi sayang cerita itu hanya melintas dalam pitutur, andai cerita itu kau urai dalam narasi konkrit “tertulis”, semua orang akan tahu dan bertakjub-takjub dengan cara kamu bercerita.

Pada waktu senggang aku menandai kisah panjang, maka jalan ini pun aku tempuh. Karena aku ingin tetap mengenang moment indah, semasa kita bersama. Kadang aku tertawa pada keadaan ini. Di balik kenyataan yang tak tersentuh oleh dan siapa pun, aku panjat syukur atas karunia-Nya karena Dia mempertemukan aku dengan segala kenangan ini.

Pernah di hari-hari tertentu kita saling berbagi cerita satu dengan yang lain. Mendengar ceritamu aku salut. Salut akan sikap dan cara kamu memandang hidup. Kawan kesabaran dan kebaikan-mu melebihi segala-galanya. Jika aku menghitung tentu aku tak mungkin bisa mengkalkulasi apa yang pernah kamu berikan padaku. Entah itu berupa materi, dan lain-nya.

Aku tak hendak menimbang-nimbang keadaan ini. Akan tetapi kita pun tak mungkin mengalpakan segala kemungkinan buruk diantara kita. Oleh sebab itu di awal pembukaan ini aku mengetuk maaf-mu. Dan sebelum itu aku meniadakan segala bisul masa lalu kita, dan ini adalah sebuah cerita yang tersengaja untuk mengabadikan perjalanan kita.

Memang aku tak tahu kesuluruhan sejarah perjalanan hidup kamu. Aku hanya bisa merangkum perjamuan kita dengan singkat, meskipun begitu hal kamu telah memberiku banyak pelajaran tentang hidup ini. Kau jenius. Kau supel. Baik dan Jujur. Sungguh sempurna Tuhan menciptakan, dan menganugrahkan karunia pada diri kamu. Betapa beruntung wanita yang akan menjadi pendamping hidupmu kelak.

Bila saat-nya nanti kau dipertemukan dengan pasangan hidup-mu. Jangan pernah lupakan kebersamaan kita. Usahakan untuk tetap saling kontak. Aku aku selalu mengenang segala ke-khas-an yang ada pada diri kamu. Keluguan, sikap polos, dan keterbukaan kamu antara satu dengan yang lain.

Dan bila kelak aku pulang ke kampung halaman kamu akan jadi ikon setiap persenggamaan. Bila para tetangga menanyakan soal pertemanan, maka nama kamu yang pertama akan aku sebut. Kita tak pernah mempersoalkan ideologi dalam hidup. Namun kita sama dalam banyak hal. Maka kalau aku menarik pertautan ini dengan fal-safah kebangsaan sesungguh-nya nilai hidup itu telah terkemas dalam butir pancasila.

Oya ada hal urgen yang harus aku katakan di sini. Ini tentang diriku. Pada hari-hari tertentu kau pernah bilang dan menayakan “kenapa aku selalu mengambil sikap berbeda berpandangan mainstrem soal realitas kehidupan ini”. Apa yang kamu perkirakan tentang aku tak sepenuhnya benar, aku juga tak menyalahkan soal penilaiyanmu itu. Bahkan aku berterima kasih, berarti kau sangat peduli.

Kawaa..... nn!! Hidup ini memang nyata dan kenyataan itu diterima akal, namun sering kita alpakan. Maka wajar bila kita gampang bersepakat terhadap realitas, tanpa ada peninjuawan lagi terhadap realitas itu sendiri. Sudah beberapa kali aku bilang bahwa realitas itu tak berdiri sendiri ada sebab, ada maksud bahkan ada tujuan. Nah di balik maksud dan tujuan itu yang harus dibedah, maka sikap menyoal ulang terhadap realitas atau presepsi itu mutlak dilakukan. Maaf ..., bukan bermaksud menggurui, itu adalah berperinsip.

Terkadang aku tertawa bila ingat pada perdebatan-perdebatan di forum tak formal itu. Dalam perdebatan kita seperti pakar satu sama lain. Segala teori atau basa-basi meninggikan suara. Hahahaaahaaa sungguh saat itu kita menjadi sumber kebenaran pada diri sendiri. Oya suguhan kopi-mu menyambut pagi mengencerkan otak. Aku jadi bersemangat menghisap rokok. Sebelum mengakhiri bila ada hutangku yang terlupakan diingatkan... bila diikhlaskan itu akan lebih baik. Hahahahha bukankah begitu kawan.

Kawan ... hidup ini memang penuh liku seperti yang kau ucapkan. Pernyataan-mu kita “harus semangat” mengartikulasikan bahwa hidup di kehidupan ini memang tak mudah. Setidaknya harus ada sebuah perjuangan yang harus dilintasi untuk menuju sembarang keberhasilan “kebahagiaan”. Kata semanagat itu memang sederhana namun tak kosong makna. Semangat itu tersublimasi dalam artikulisi makna yang dalam. Semoga kita tetap semangat yaaa kawan!

Tidak ada komentar: