"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Jumat, 17 Juni 2011

MENJADI INTERPRENAUER MUSLIM

(Sebuah cuplikan : pertemuan M. Bambang Triono dengan Prof. Dr. Imam Suprayogo)

Pada tanggal 07/06/2011 Bapak M. Bambang Triono (Pak Triono) soan ke Ponpes Darul-Hijroh, beliau memberikan “bimbingan” trening kewirausahaan pada para santri. Sebelum menyampaikan inti pokok materi “trening kewirausahaan” beliau menceritakan pertemuannya dengan Rektor UIN Malang Bapak Imam Suprayogo. Pertemuaan Pak Triono dengan orang no satu di UIN Maliki Malang (Imam Suprayogo), lewat jejaring sosial “facebook”.  Imam Suprayogo yang aktif menulis setiap pagi usai subuh pun beliau ceritakan, pada santri.


Sebagaimana diketahui Imam Suprayogo memang aktif menulis, bahkan dia sempat menerima penghargaan muri lantaran aktifitas “menulis tanpa jeda” selama satu tahun. Pak Triono mengaku kagum dan terinspirasi oleh tulisan-tulisan Rektor Uin Malang. Dia pun termasuk orang yang aktif dalam memberikan komentar pada setiap bapak Imam memposting tulisannya di FB.

Keistiqomaan Bapak imam menulis di FB dan keistiqomaan Pak Triono dalam memberikan komentar pada tulisan bapak Imam menjadi perantara keakrapan satu sama lain. Menurut kesaksian lantaran keaktifannya memberikan komen dan pada komen tersebut selalu terselip motifator, kemudian Bapak Imam memanggil Pak Triono, disaat itu keduanya saling memperkenalkan diri. Dan ketika itu pula M. Bambang Triono memperkenalkan karya “buku” yang dia tulis berdasar pengalaman selama menjabat di dinas pendidikan kota Malang.

Menurut kesaksian Pak Triono pertemuan dengan bapak Imam Suprayogo berlangsung di kantor-nya (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang). Menurutnya Bapak imam sangat apresit terhadap semangat dan jiwa kewirausahaan pada diri-nya. Iapun sangat terharu atas penghormatan dan ungkapan kekaguman yang dilontarkan Rektor Uin malang ini pada dirinya.

Pertemuan itu pun menjadi awal bagi Pak Triono untuk saling sering soal kewirausahaan “interprenauership”. Pak Triono yang sedikit banyak telah mengusai atau memeliki bekal ke-interprenauership pun saling shering dan tukar pendapat. Bahkan dia dengan gagah mengaktualisasikan keinginanannya untuk menciptakan pesantren interprenauership se-Asia Tenggara pada para santri Al-hijroh.

Pak Triono adalah seorang (PNS) Pegawai Negeri Sipil di dinas pendidikan di Malang. Bahkan Dia mengaku sebagai orang no 2 pada ditingkat kepegawaian di dinas pendidikan. Dilihat dari segi karir dia memiliki prosopek yang baik. Namun berdasarkan pengakuannya pada para santri bahwa Ia telah mengajukan pengunduran diri-nya dari pegawai struktural itu. Dia sudah jenuh dengan tugas dan keterikatan dinas. Menjadi seorang pegawai negeri baginya seperti menelan pil pahit.

Pengunduran diri Pak Triono dari pejabat struktural “PNS”, bukan tanpa alasan dan kometment yang jelas. Dia mengaku ingin mengabdikan sisa hidupnya dengan berbagi ilmu dengan masyarakat. Maklum kini dia telah sukses dan menjadi promotor “interprenauership”. Selain itu dia telah memiliki usaha mandiri.  Bagi M. Bambang Triono titel dan wejangan harus bersesuaian “masak jadi pembicara kewirausahaan eee.. ternyata ngak pernah pengalaman atau tidak ada usuha yang dikelola.

Apa yang diceritakan oleh Pak Triono pada santri tentang pertemuannya dengan bapak Imam Suprayogo dengan perantara FB merupakan salah satu contoh bahwa dunia komonikasi modern sangat amat bermanfaat. Pak Bambang merupakan salah satu sekian orang yang menikmati manfaat dari kemajuan tegnologi di era digital saat ini. Sementara diluar itu banyak orang yang memanen untung lewat media FB-Twitter dll. Di sisi lain pengakuan dirinya telah mengundurkan diri dari pejabat struktural PNS pun menambah deretan panjang pengawai yang mengundurkan diri.

Sebelum Pak Triono banyak orang yang enggan dan memilih mundur dari pegawai negeri sipil PNS, dengan alasan beragam namun rata-rata dari sekian yang mundur mereka lebih memilih karir yang tak terikat seperti berdagang, atau menjadi pengusaha sukses “interprenauership” seperti yang kini dijalani Pak Triono.

Apa yang diceritakan oleh Pak Triono seakan mementahkan semangat para pemburu kursi PNS, menjadi PNS itu bukan hal yang menjanjikan seperti hal-nya pengusaha, tapi toh pada kenyataannya sebagian masyarakat di negeri ini terus memburu dan terbius dengan titel PNS, kalau tidak menjadi PNS seperti kurang gaul. Kecendrungan masyarakat lebih memilih menjadi PNS ketimbang usaha “pengusaha” menjadi isu yang tren di kalangan elit, pemerintah melalui program pendidikan melakukan strategi dengan membuka sekolah kejuruan dan memperbanyak pelatihan kewirausahaan dengan harapan lulusan dan aot put yang dihasilkan bisa mandiri tidak tergantung pada PNS lagi.

Interprenauership Muslim

Jika selama ini kita mendengar pelatihan interprenauership yang bersifat umum dan universal, semisal Bapak Mario Teguh dia menjadi sosok berpengaruh dan di Indonesia diakui sebagai tokoh interprenauership, namun dia tidak pernah menarik diri dalam satu agama tertentu. Seperti pengakuannya “saya orang islam namun apa yang saya sampai adalah bersifat universal untuk semua orang “rakyat indonesia” bahkan dunia”, jadi saya tidak harus mengatakan atau menghimbau anda /orang lain menjadi Islam seperti saya”.

Saat ini di indonesia bermunculan tokoh-tokoh interprenauership. Bahkan perguruan tinggi pun diwajibkan untuk memberikan bekal kewirausahaan “interprenauership” kepada mahasiswanya. Hal ini sebagai langkah untuk mengimbangi banyak-nya mahasiswa yang menganggur. Memang kalau kita cermati pengeluaran mahasiswa tiap tahun-nya tak berimbang dengan penyerapan tenaga kerja. Maka melalui pelatihan interprenauership mahasiswa diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri minimal untuk dirinya sendiri.

Di tengah munculnya tokoh interprenauership Pak Triono menampilkan gagasan baru yaitu sebagai interprenauership muslim. Kedengarannya memang agak ganjil namun sebagai orang muslim hal ini sangat memungkinkan dilakukan. Menurutnya islam bukan tak bisa maju. Belajar dari sejarah Islam merupakan pelopor interprenauership yang langsung dikomandoi oleh Muhammad s.a.w. Dan Pak Triono telah berhasil menampilkan dirinya sebagai sosok interprenauership muslim yang sukses.

Berdasar pengakuannya saat ini Pak Triono sedang mengelola salah satu usaha ternak ikan Lele, pembuat Kecap dan beberapa usaha lain yang terus Ia rintis saat ini. Menajadi seorang interprenauership muslim harus memiliki keberanian, memilih kemampuan yang inovatif “kreatif” dan pantang menyerah. Selain itu seorang interprenauership muslim harus terus belajar dan tak pernah puas dengan apa yang dicapainya hari ini. Belajar  dari kesuksesan orang lain, merupakan satu langkah yang dapat memotifasi diri.

Tidak ada komentar: