"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Rabu, 29 Juni 2011

SEJARAH : PENTINGNYA RE-GENERASI ORGANISASI

Sejarah itu penting karena dari sejarah kita banyak belajar arti penting kehidupan “organisasi”. Sejarah juga telah mengajarkan kita untuk lebih baik, namun sebagai pelaku sejarah kita tentu tidak ingin hidup ini setatis dan berjalan mundur. Bung Karno dalam semboyan JAS MERAH, mengisyaratkan bagi generasi muda supaya tetap pada tatanan nilai dan etika. Tapi etika yang dimaksud bukan pada formalitas saja. Masing-masing individu memiliki nilai dan etika sendiri-sendiri. Jadi etika dan nilai hari ini tidaklah harus disamakan dengan esok. Konsistensi sejarah mengajarkan bagaimana berperilaku dan menyikapi prilaku itu sendiri. Dalam tataran praktisnya nilai beretika tidaklah harus klop “asal bapak senang”.

Dalam perjalanan hidup “sejarah” ada dua sisi positif dan nigatif “baik-buruk”, kedua nilai tersebut akan sangat mungkin dan pasti terjadi. Sebagai pelaku sejarah kita hendak melakukan yang mana? Baik atau sebaliknya. Jika sebagian orang mengatakan jangan kita terpaku pada hal yang baik atau yang buruk dalam melakukan sesuatu. Langkah itu tidak dapat disalahkan namun garis hidup telah terang dan terkonsepsikan secara detail lewat sejarah itu sendiri sehingga dengan sendirinya baik-buruk tidak sebatas dikatakan namun lebih kepada dampak pada diri dan bangsa ini kedepan.

Apabila kita tetap pada ke-kukuh-an sikap dan mengatakan …..“kita tidak perlu mengikuti konsep---aturan hidup, bukankah konsep tersebut yang membuat manusia, mengapa kita tidak membuat konsep sendiri?” apakah kita telah benar-benar paham siapa kita, siapakah yang membentuk pikiran dan pola pandang kita apakah yang keluar dari pikiran itu benar-benar murni dari kita sendiri atau kita belajar dari hidup dan sikap orang lain. Dan sudahkah anda mengetahui siapa yang anda ikuti dan dijadikan patokan nilai dalam hidup anda , tentunya dia juga manusia seperti anda dan kita semua!!! apakah dia nabi yang langsung dapat wahyu dari langit.

Maka dari itu sejarah harus dilihat secara okjektif dan arif. Nabi sekalipun tidak akan melakukan hal yang tidak bisa dilakukan dan ditiru oleh hambanya. Sebagai manusia Nabi adalah bluprin maka kita pun harus meneladi perjalanan yang telah dilakukan-nya. Namun jangan kita terjebab pada fenomena yang pragmatis. Beristri satu-emmpat poligami kemudian mengatakan diri mengikuti sunnah-nya, sebegitu mudah kita melakukan poligami dan pembenaran terhadap poligami itu sendiri. Apakah benar poligami dilakukan atas dasar sunnah atau hanya sebatas pemuas sex “nafsu” belaka.

Fenomena kehidupan di atas tersebut merupakan hal yang nyata yang kerap dijumapai dalam setiap kesempatan hidup kita. Namun jarang kita melakukan membacaan apalagi pemetaan terhadap kasus yang sangat buming di masyarakat. Sekarang kita konsepsikan dengan logika dan kebenaran subtansif. Secara umum prilaku poligami dilakukan dengan cara diam-diam oleh pihak laki-laki. Apakah hal tersebut sejalan dengan yang nabi lakukan.

Maka dalam melihat dan menilai prilaku manusia harus tetap pada proporsinya. Hidup ini terus berdinamika, maka kita dituntut untuk mampu mengelola dinamika tersebut sebagai satu instrumen kebaikan. Jangan sampai kita terperdaya oleh keni'matan sesaat. Hari ini harus lebih baik dan hari kemarin, masa depan harus lebih baik dari yang lalu, tentu dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang dominan dimasa lalu, kemudian dilakukan konfrontasi dan akuisisi terhadap hal yang akan kita lakukan di masa depan.

Kita kembali pada masalah organisasi. Sekarang kita lihat bagaimana laju keorganisasian saat ini, sudahkah ada perubahan ke arah yang lebih baik. Atau malah justru terpuruk. Kenapa kita kerap mengagung-agungkan masalalu. Ingat masa lalu itu tidak lebih baik karena masa lalu tidak akan dapat kembali, ia hanya potret sekaligus cermin untuk melihat hari ini. Sebagai cermin maka ia tidak mampu dijadikan tolok ukur karena tidak bisa dinamis sementara kehidupan kita saat ini adalah kehidupan yang dinamis.

Masa lalu tidak bisa dijadikan patokan dalam keorganisasian. Maka dari itu sebuah organisasi harus mampu membenahi tata kelola serta perbaikan manajemen disegala aspek. Peningkatan SDM dengan melakukan sebuah studi banding itu perlu dilakukan agar tidak merasa besar sendiri “seperti kodok dalam tempurung”. Kita lihat geliat organisasi yang profisional, jika pada sebuah organisasi mampu malakukan langkah-langkah baik maka tidak perlu lagi membesar-besar nama karena dengan sendirinya orang akan melihat hasil yang keluarannya.

Kalau selama ini ada anggaban kita adalah terdepan, mungkin hal itu perlu disampaiakan pada para pendatang baru. Tapi di intern sendiri harus terus dilakukan perombakan dengan meningkatkan SDM yang ada. Jangan kita membanding-bandingkan kemampuan ditingkatan senioritas ke dalam tubuh organisasi. Perilaku semacam itu sangat tidak baik, karena hal itu akan berdampak secara skilogis. Sepirit dan motifasi terhadap semua anggota merupakan langkah yang harus dibina, agar tumbuh rasa percaya diri. Seperti dikatakan di atas tata kelola serta pola komonikasi amat diperlukan.

“oraginasasi ini dari dulu hanya dijalankan tiga-empat orang tetap berjalan dan menghasilkan karya yang dapat dibanggakan” katakan seperti itu, sekarang kita koreksi kenapa hanya dilakukan empat orang apakah tidak ada anggota? Kalau dijawab banyak yang kabur, pertanyaannya sekarang mengapa mereka kabur ? bila pertanyaan itu dijawab, karena mereka tidak bisa melakukan tugas dan fungsinya secara baik. La lantas kenapa tidak bisa melakukan tugas dan fungsinya secara baik.

Pengelolaan organisasi yang minim SDM bukanlah oraganisasi yang baik. Oraganisasi yang baik ketika ia bisa melakukan regenerasi, organisasi yang dikelola empat orang, patut dipertayakan. Dan dapat dikatakan gagal dalam mengelola organisasi. Mungkin secara tugas bisa dilakukan akan tetapi tidak akan maksimal. Anggapan organisasi banyak orang hanya menambah beban itu amat keliru. Kalau takut terhadap banyaknya anggota jangan berorganisasi.

Matangkan lah SDM di intern. Kembangkan lah potensi. Lakukan regenerasi secara baik. Karena kalian bukan pengurus seumur hidup. Jadikan proses sebagai pendewasaan dengan tetap mempertimbangkan positif nigatifnya. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan di dunia ini. Jangan ada ungkapan dulu organisasi ini disegani dan dapat tanggapan positif dari berbagai pihak. Tapi lakukan lah sekarang oleh kalian sendiri jadikan organisasi ini sebagai organisasi yang diperhitungkan.

Tidak ada komentar: