"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Selasa, 18 Desember 2012

HIDUP DI ERA KE-KINI-AN

Salam untuk teman-teman di Dunia Maya. Biarkan salamku menyertai langkah dan denyut nadi kalian. Teman-teman Dumai, ada beberpa hal yang menarik yang bisa kita cermati dari kebiasaan di dalam kehidupan dan keseharian kita baik itu mulai dari hal terkecil-sekala besar. Tapi dalam hal ini saya tidak perlu mendefinisikan apa hal terkecil-terbesar itu. Karena saya yakin teman-teman pasti memiliki ukuran berbeada, tapi setidaknya kita bisa merefleksikan apa dan bagaimana itu terjadi pada kita. Dan yang tau kejadian itu tentu bukan saya, melainkan teman-teman sendiri.


Teman-teman, pernah-kah kita bertanya pada diri sendiri mengapa  banyak diantara kita yang sering mengeluh dengan keadaan yang kita dijalani saat ini. Apa yang sampaikan di sini berdasarkan apa yang saya liat dan ikuti dari beberapa statsu FB/Twitter teman-teman. Bahkan dari sekian status teman-teman saya sering membaca ada semacam pesimistis terhadap perjalanan hidupnya.

Saya pernah membayangkan begini, seandainya semua pengguna maya sama-sama memberikan motifasi dan semangat dalam menapaki kehidupan, tentu akan tercipta satu dinamika yang lebih konstruktif. Tapi itu hanya bayangan yang jauh dari kenyataan. Oke lah itu adalah fenomena sosial yang kita hadapi, mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmah terbaik dari apa yang kita lihat dan baca dalam kehidupan kita.

Teman-teman yang diberkahi Tuhan, harapku kalian selalu ada dalam lindungan dan kasih-Nya. Sunguh apa yang tengah kita nikmati saat ini, ini semua merupakan anugrah terindah dari kekuasaan dan kemahaagungan Tuhan sebagai pencipta (pengatur alam semesta)

Maka syukur adalah cara sederhana yang bisa kita lakukan. Dan saya piker kesadaran akan kebersyukuran adalah satu hal yang niscaya bagi kita selaku hamba-Nya. Kalau kita mencoba menghitung nikmat yang Tuhan berikan, tentu kita tidak mungkin punya kemampuan dan kekuatan untuk mengkalkulasi seberapa banyak dan bersar nikmat yang Tuhan curahkan kepada kita semua, maka syukur adalah prasyarat pokok bagi seorang hamba.

Teman-temanku tanpa kita sadari kehidupan kita saat ini benar-benar telah mengalami perubahan yang sangat pesat, capaian dan kemajuan dunia modern menjadikan kita sebagai mahluk yang berketergantungan sangat pada kecanggihan modern itu sendiri (Hp, Internet dll). Bagi teman-teman yang terbiasa menggunakan hp, kemudian hp itu hilang barang sejenak, pasti ada semacam kegelisahan (seperti ada sesuatu yang kurang) yang teman-teman rasakan. Begitu pun bagi teman-teman yang suka memanfaatkan internet atau aktif mengunakan media jejering sosial akan merasakan ketergantungan yang sama sebagaimana kita berketergantungan pada hp.  

Syukur bila alat-alat modern itu menjadi alat yang mampu merekontruksi social atau alat-alay itu kita jadikan sebagai alat untuk merekaya sosial kearah yang lebih baik dan positif. Semisal menjadi alat untuk saling menasehati dan mengingatkan satu dengan yang lain. Sarana dakwa. Bila itu yang terjadi tentu hal itu sungguh sangat laur biasa. Dan jangan sampai kita menjadi korban dan terkorban oleh majuan yang ada.

Kemajuan teknologi di satu sisi memang sangat membantu dan mempermudah akses kita dengan sahabat, kolega, atau patner bisnis kita. Dengan adanya hp, Fb-twitter dll,  kita bisa melakukan pembicaraan dari satu tempat ketempat yang lain, bahkan bisa antar atau lintas negara dengan biaya yang murah cepat dan simpel. Itu lah kemudahan yang disajikan oleh capaian teknologi kita.

Teman-teman, dunia yang kita tapaki saat ini adalah dunia di mana kita bisa saling menyapa dan berintraksi satu dan yang lain dengan mudah dan cepat. Ini lah satu capaian teknologi modern saat ini. Dan kata orang “ini adalah era cyber”.

Melihat kemajuan dan perkembangan tegnologi kian hari semakin canggih. Adakah diantara teman-teman yang mencoba berfikir kira-kura apa yang akan kita suguhkan atau kita tandingkan dalam kancah persaingan teknologi saat ini. Apakah ia kita hanya akan terus menjadi konsumen “pemakai saja”. Tidakkah diantara teman-teman yang memiliki impian untuk menciptakan satu temuan-temuan baru guna menjawab tantangan dunia global saat ini.

Jangan samapai kemajuan yang kita capai ini melenakan disis lain. Atau bahkan menjadikan kemerosan moral kita. Tugas kita adalah terus melakukan ikhtiar guna mengimbangi kemajuan ini dengan yang dewasa. Artinya apa, kita mesti tetap menjujung nilai-nilai karakter yang sejalan dengan kebenikaan.

Kita memang tidak bisa lepas dan lari dari persoalan-persoalan yang biasa dan kerap kita jumpai seperti, pelanggaran etika social, pergaulan yang menyimpang. Dari sekian penyimpangan diantaranya ialah penyimpangan yang bersifat fatal (sex bebas dan penggunaan obat terlarang, pembunhan dll). Mengapa penyimpangan-penyimpangan itu terjadi bahkan akhir-akhir ini kian meningkat apakah ini ada kaitannya dengan perkembangan yang kita hadapi saat. Jawabnya ia, dan sangat berkaitan.

Pertanyaan selanjutnya ialah apa yang mesti kita lakukan sebagai generasi, apakah kita akan mengutuk kemajuan ini sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang. Saya piker kita harus melakukan satu gerakan morah, yaitu kembali pada nilai-nilai sepritual yang diajarkan oleh agama. Saya yakin dan hakqul yakin bahwa persoalan/masalah social modern ini tidak bias kita lepaskan dari peran atau nilia-nilai agama.

Artinya apa, mari kita pergunakan kemajuan modern ini untuk kebermanfaatan yang konstruktif dan demi kemaslahatan ummat. Kita harus pandai-pandai mengelola kemajuan untuk hal-hal yang positif. Hal nigatif tidak mungkin ditiadakan secara total karena hal itu juga bagian, atau sebagai pembanding terhadap yang baik. Namun menyerah dan pasrah terhadap keadaan yang tidak baik justru menandakan bahwa kita telah kehilangan nilai-nilai dan sepirit keberagamaan.

Menghindar dari kemajuan dan dinamika modern saat ini sama dengan menggali kuburan. Tapi larut dan ikut arus, juga sama dengan menyerahkan pada kematian social. Maka apa yang mesti kita lakukan. Tak lain kita harus berpikir jangka panjang, jangan kita berleha-leha dengan kemajuan yang ada saat ini. Kita harus berpikir keras guna melakukan penataan dan perbaikan secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

Teman-temanku yang baik. Dalam hal ini saya tidak untuk menggurui kalian. Sama sekali tidak. Apa yang saya urai di atas hanyalah satu pembacaan atas keadaan yang saya sendiri mengalaminya. saya pun sampai saat ini terus berpikir dan berusaha untuk mengambil satu pelajaran dari apa yang saya lihat dan hadapi.

Saya percaya pada satu pepatah bahwa perbaikan dan kebaikan itu tidak bisa dimonopoli oleh satu kelompok dan ras tertentu. Kebaikan tidak dan bukan hanya jadi milik otoritas social seperti kyia’I dll. Oleh sebab itu selama ada niatan untuk terus belajar, saya pikir semua memiliki hak dan kesempatan yang sama.

Dan jangan sekali-kali kita pesimis lantaran kita salah atau dicap salah, lantas kemudian menghukum diri atas kesalahan. Apakah kita tahu slah itu benar-benar salah, tidak teman, kita tak benar tahu apa rencana Tuhan atas salah yang kita lakukan. Tapi jangan pula kemudian kita bangga dan berbusung dada atas salah yang kita telah menyadarinya. “sebaik-baik dari manusia bukan manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, namun sebaik dari manusia ialah menyadari akan kesalahannya dan kemudian memperbaikinya (Taubatan nasuhan).
Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 02 Desember 2012


Bersama Sinta Yudisia dalam Acara Bedah Novel Rinai.







Baca Selengkapnya di sini..

Selasa, 28 Agustus 2012

SAYANG

Sayang.....!!!
Aku ingin kau ceria, damai bersama cintaku padamu
Maka usah kau sedih dan ragu
Aku ingin kau bahagia bersamaku, sebagaimana aku menginginkam bahagia bersammu

Sayang.....!!!
Cinta telah menjadikan aku begitu merindukanmu, sebagaimana engkau merindukanku
Maka aku bertanya sebagaimana tanyamu
"Kapan kita bisa saling mencurahkan gundah dan resah dalam jiwa ini.., kapan kita bisa memper
satukan bunga-bunga kerinduan ini...?"

Sayang.....!!!
Aku tidak mungkin menyembunyikan cinta kepadamu, karena engkau harapku
Kuingin engkau bergegas meninggalkan resah. Bergerak dari lamunan gelap dan menyongsong damai cinta yang kita cintai.

Sayang.....!!!
Aku tidak ingin cinta ini hanya sekedar pengakuan

Sayang.....!!!
Aku tidak ingin kita hidup dalam mimpi, tanpa dapat mereguk kenyataan.

(Kitab~~Cinta)

Baca Selengkapnya di sini..

Kuingin Bahagia Bersamamu

Ingin aku menidurkanmu ..
Lelap dalam pangkuanku ..
Hilang semua beban...
Hilang semua keluh dan dan kesah...
Kita saling berbagi suka dan bahagia

Kuingin lalui hari indah bersamamu...


Cinta yang telah aku tanam

Akan mengakar kuat di hatimu

Dan kasih sayang yang engkau berikan
Bangkitkan jiwaku

Aku mencintaimu


Baca Selengkapnya di sini..

Senin, 23 Juli 2012

UNTUK CINTAKU

Cinta telah menembus segala ruang dan waktu
Mengalir bersama angin
Merebak disepanjang jalan kerinduan
Pagi mengalir bersama senandung rinduku padamu

Cinta tak mengenal waktu
Cinta tak bisa terhalang oleh apa pun
Sekat beton dan baja
Tak sanggup menahan arus cintaku

Maka mengalirlah cintaku dan cintamu
Yaaaa, apakah engkau masih ingat ..?,
Saat aku peluk, dan aku ciumi keningmu
Saat itu, tak ada sura, kita tak bisa berkata apa-apa

Kupikir itulah bahasa cinta
Bahasa yang disatukan oleh rasa
Maka biarlah cinta yang akan menjamu
Cinta pula yang akan menyatukan inginku dan inginmu
Baca Selengkapnya di sini..

Selasa, 19 Juni 2012

SEPIRIT DAN IKHTIAR WONG IKLIMA

IKLIMA, kita pasti akan menyela dan bertanya atau menjastis dan berkata “palah arti sebuah nama bila tidak dapat memberikan satu oase baru dan pembaharuan. Kalau Cuma segerombolan apa bedanya dengan preman di jalan. Kalau Cuma ujub-ujub apa artinya sebuah labelitas”. Dan saya percaya bahwa IKLIMA tidak untuk itu, bukan dan tidak untuk mempercantik nama, bukan pula sekedar geroblan tanpa maksud dan tujuan dan lahirnya pun tidak sekedar ujub-ujub.

Untuk itu mari kita jaga semangat juang sebagaimana dulu ketika organisasi ini digagas, Saya ingat betul bagaimana semangat teman-teman dalam membentuk IKLIMA saat itu, pantulan optimisme mereka masih saya rasakan hingga saat ini. Baiklah saya akan coba menguraikan latar belakang dan semangat dari gagasan yang pada akhirnya mengkerucut pada satu identitas yang jelas dan terbakukan sebagaimana kita kenal sekarang yaitu IKLIMA (Ikatan Alumni Al-in’am) : Baca IKLIMA Malang.

IKLIMA tidak semerta-merta muncul tanpa satu pertimbangan dan sepirit perjuangan, semangat dan sepirit itu meresonansi dari alumni Al-in’am yang kuliah di Malang. Awal munculnya gagasan berangkat dari satu kegelisahan yang sama. Di mana saat itu sesama alumni Al-in’am belum saling akrab satu dengan yang lain, Ketidak akraban itu bukan kami tidak kenal atau tidak tahu, kami saling tahu, namun karena medan dan lokasi tempat kuliah yang berbeda menyulitkan kami untuk melakukan koordinasis dan konsilidasi. Itulah yang kemudian medorong kita untuk bisa berkumpul dan berbagi, yang kemudian kita kemas dalam bentuk organisasi.

Sebelum dibentuk organisasi tak ada hal serius yang kami bahasa. Tapi kami tetap menjaga silaturrahim, diantara kami yang sering bertemu Saya, Yusman, M. Sujibto dan Sauqi (sebenarnya hal ini pernah saya ulas sebelumnya). Dan pada kesempatan itu kami mengajak mereka untuk ngopi bareng, entah berapa kali ngopi bareng saya tak sempat mengingatnya.  

Dari intensitas pertemuan yang kami lakukan muncullah gagasan, “mengapa kita tak buat satu komintas saja”. Ya … komonitas, itu lah ide awal kami. Saya sendiri lupa siapa yang mengawali ide tersebut, yang pasti kami sama-sama sepakat untuk membentuk satu komonitas. Kemudian gagasan berkembang bahwa nanti kalau ngopi lagi, harus ada tema khusus yang dibicarakan dan mesti ada penanggung jawabnya.

Pada pertemuan selanjunya kami berkumpul dan membahas isu kontemporer saat itu, sayang saya lupa. Adalah keteledoran kami tidak mendukumentasikan isu apa yang dibahas dan siapa yang membahas. Kalau dilihat dari jumlah, jujur jumlah kami hanya berempat, namun keterbatasan tidak mengurangi semangat kami untuk belalajar dan berbagi, diskusi pun sangat meriah. Semua aktif dan saling memberikan pendapatnya sesuai kapasitas dan kapabilitasnya. Tak soal apakah argument yang disampaikan benar atau salah, yang peting harus bersuara dan suara itu ada landasan.

Setelah melakukan diskusi muncul lagi gagasan agar kominiutas ngopi bareng menjadi satu organisasi, munculnya gagasan untuk membuat organisasi sempat tarik ulur. Tarik ulur bukan soal setuju atau tidak setuju, kami sama-sama melihat kondisi dan keberadaan kami saat itu, yang hanya berjumlah lima orang (Saya, Sauqi, Sujibto, Yusman dan Tola’edi). Namun pesimisme itu tak berangsur lama, “kita tak usah ikut pakem yang ada, kita yang membuat dan kita pula yang melaksanakan” ungkap saya saat itu. Akhirnya kami sepakat untuk membentuk satu organisasi dengan nama “ngopi barenag Al-In’am”.

Kami pun melaksanakan pertemuan rutin sebagaimana diputuskan, yaitu tiga kali dalam satu bulan. Dengan konsep sebagaimana awal : pembahasan tema diskusi digilir sesuai kesepakatan dan tema harus di distribusikan pada anggota satu minggu sebelum pertemuan, baik melalui sms atau FB. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya gagasan berkembang, angota menginginkan adanya legitimasi atas pembentukan organisasi ngopi bareng al-in’an. Kira-kira apa nama dari organisai, semua mengacu pada keterikatan giografis dan ideologis kultur dan budaya yang dinamis. Muncullah usulan nama dari Sauqi yaitu IKLIMA (Ikatan Alumni Al-in’am Malang). Kita sepakati nama IKLIMA, membentuk lambang organisasi dan membuat AD/ART.

Nama IKLIMA sedikit mendompleng sejarah Nabi dimana IKLIMA adalah nama putri Ibrahim As, begitulah singkat historis dari nama itu. Namun kami sepakat untuk tidak mengkaitkan nama IKLIMA dengan nama jenis kelamin manusia apakah itu keturunan Nabi atau apalah itu namanya. Jika momentum itu muncul dari satu ikhtiar yang diadopsi dari putri Nabi itu hanya kebetulan saja. Yang jelas IKLIMA bukan perempuan juga bukan laki-laki. Iklima tak memiliki jenis kelamin sebagaimana ada pada manusia. IKLIMA adalah nama yang bergegas yang tak terikat ruang dan senantiasa dinamis sesuai dengan dinamika yang ada dan senantiasa independen. Pembawaan lembaga Al-in’am tak mengurangi sikap dan kekeritisan dari organisasi ini karena sebagaimana sepirit awal organisasi ini digagas dan dibentuk berdasar semangat juang dan untuk membentuk suatu oase pemikiran dalam intern IKLIMA juga lingkungan sosial.

Sebagaimana dikatan di atas bahwa IKLIMA bukan perempuan juga bukan laki-laki, Iklima tak memiliki jenis kelamin sebagaimana ada pada manusia, tapi bukan berarti banci. IKLIMA adalah sebuah ikhtiar yang diikhtiari dengan semangat berbagi dan kebersamaan. Maka pada tanggal … disahkanlah nama IKLIMA. Segala kebutuhan dan administrasi kami susun secara bersama-sama. Dialog dan perdebatan a lot mewarnai perumusan AD/ART  saat itu. Saya sendiri kagum dan bedecak dalam hati, “sungguh ini sangat luar biasa” ungkap saya saat itu. Perumusan AD/ART Hampir satu malam namun belum selesai akhirnya dipending. Dan setelah pertemuan selanjutnya semua berjalan lancar dan lebih terarah.

Manusia lahir dan diciptkan oleh Tuhan dengan satu maksud dan tujuan. Maka begitu pun dengan IKLIMA, IKLIMA lahir dari sebuah gagasan, harapan,  keinginan bersama dengan sepirit perjuangan dan silaturrahim. Dan hal yang tak kalah penting adalah di dalam setiap kegiatan IKLIMA selalu menekankan pada anggota untuk senantiasa mengingat jasa orang tua, guru, dengan cara mengirim doa pada mereka.


Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 17 Juni 2012

PATUH DAN TA’AT TERHADAP PERATURAN (Catatan kecil perjalan pulang kampung Surabaya-Sumenep)

SURABAYA, pagi masih berselimut mendung. Hawa dingin terasa menusuk tulang. Sedang matahari belum tampak. Mendung yang berkelebat bergerak dengan ritme yang berat, hembusan udara membelai setiap yang dijumpainya. Burung mengawali paginya dengan nyanyian khasnya.

Pohon-pohon terlihat menari-nari dan saling bersentuhan dahan, seperti orang berdansa yang menggerakkan sebagian otot tubuhnya kemudian saling bersinggolan. Kicau burung saling bersahutan satu dengan yang lain. Tidak terlihat di dahan manakah burung berada, yang kudengar hanya kicaunya tanpa bisa melihat sosoknya. Tapi tidak apalah tidak sesuatu itu harus aku lihat, sebagaimana man pagi memang tak harus cerah. Adakalanya mendung itu pentig, barang kali ia ingin memberikan pesan pada yang ada di bumi. Sebagaimana burung yang meyanyi tapi tak kulihat sosoknya,  mungkin ia juga hendak bertukar sapa walau tak harus tampak.

Waktu menunjukkan pukul 04.45 pagi, aaah aku sudah terlambat menyambut subuh. Aku tak sempat mendengar adzan, pada hal aku ingin menikmati alunan adzan dari Masjid di samping tempatku. Mungkin aku kecapean hingga aku tak bisa mendengaran panggilan suci itu. Kuperhatikan jam di HP, badan masih tersa lemas, sekujur tubuh seperti ada yang memeloroti. Dengan agak malas aku menyingkirkan selimut. Rasa gatal di pergelangan kaki memaksa diri untuk bergerak agresif, ini pasti ulah si nyamuk yang senang memanfaatku kantukku, dan mengambil sebagian darah dari tubuhku. Dasar nyamuk tak tahu diuntung bisa membikin badan benjol.

Aku perhatikan keadaan di sekelilingku, setumpuk buku berjejer di rak. Diantara sebagian buku itu sudah aku acak dan kusenggamahi dan sebagian lagi kubiarkan saja, karena tak mengundang nafsuku untuk menyentuhnya apa lagi sampai membacanya. Sedang di sampingku ada dua buku, tak tahu buku yang mana yang telah mengantar aku pada mimpi. Semua pada terbuka telanjang. Memang aku suka membuka dua buku sekaligus. Bila dalam satu buku agak bosan aku pindah pada buku yang satunya. Kadang aku sengaja memancing keadaan dengan memelototi buku demi satu tujuan yaitu cepat tidur.
Sebagaimana biasanya sebelum aku tidur, aku buka buku dan membacanya 1-9 halaman sesudah itu biasanya mata sudah mulai kelepek-kelepek,  dan tentu saja aku lasung menuju alam mimpi “tidur”. Kadang aku tertawa sendiri, ternyata buku tak hanya memberi manfaat bagi yang tak tahu menjadi tahu, tapi juga sebagai obat petidur yang efektif tanpa ada efek samping.  Wajar bila ada orang yang mengatakan buku adalah sahabat sejati yang selalu member tanpa meminta apa pun.

Namun tidurku tadi agak keterlaluan juga, bagaimana tidak aku telah meniatkan diri untuk bagun lebih awal dengaan cara tidur lebih awal, tapi toh tetap saja kebablasan, sampai-sampai tak mendengar adzan subuh. Memang pukul 04.45 masih agak petang waktu subuh masih ada, sebagaimana kabar yang pernah aku dengar saat mengaji fiqih, batas subuh hinga munculnya fajar bukan matahari. Di dalam fiqih ada dua istilah fajar sodiq juga …. Ah aku lupa yang satunya.

Aku berniat bagun awal karena aku ingin pulang ke kampung halaman di Sumenep. Kepulanganku ini adalah sebagai panggilan dan sekaligus kewajiban sebagai warga Negara yaitu memenuhi undangan pengambilan data e-KTP. Sebagai warga yang baik aku harus mentaati hal itu, makanya aku pilih pulang.

Aku tak begitu tahu bagaimana proses dan cara pegambilan data nanti. Di daerah-daeah lain pengambilan data e-KTP sudah berjalan dan sebagian sudah selesai. Dari beberapa kota yang selesai ada yang sukses ada pula yang bermasalah dengan proses data e-KTP, masalah itu bukan dari faktor masyarakatnya, tapi pada petugas yang kurang teliti. Missal seperti pembagian e-KPT di Surabaya yang diinformasikan amburadul, dalam pemberitaan di media disebutkan ada data warga yang tertukar, mulai foto yang tidak sama, alamat yang keliru juga tanggal lahir.

Sehari sebulum pulang saya sempat berbincang-bincang dengan Fahmi. Dalam perbincangan itu saya menyampaikan bahwa besok akan pulang untuk mengurus e-KTP. Saya berceriata bahwa ada beberapa informasi yang menganggu dalam proses pengambilan e-KTP di Sumenep khususnya di Kepulauan. Seperti dikabarkan di Koran bahwa pengambilan data e-KTP di kepulauan (Sumenep) diwarnai dengan pungutan liar. Pungutan itu berkisar antara 5-10 ribu perkalapa. Saat membaca berita itu saya marah dan kecewa. “la kok kayak gini Dareahku, aparatnya tetap bermental tamak dan rakus, rakyat selalu diperas sekalanya memang kecil 5-10 ribu, tapi tetap saja penyimpangan tetap penyimpangan sekecil apapun penyimpangan itu. Dan setiap penyimpangan harus ditindak sesuai peraturan yang ada. Wong sudah jelas e-KTP itu program pusat tak ada istilah pungutan apa-apa. Tapi ya kenapa aparatnya masih main seperti itu, mentalnya tetap saja.”

Mengingat banyak terjadi kesalahan dalam hasil pengambilan data e-KTP sebagaimana terjadi di Kota besar seperti di Surabaya, saya sempat pesimis dan bertanya bagaimana hasil pengambilan data e-KTP di Daerahku nanti. Kalau kita mengaca dari kualifikasi SDM antara Surabaya dengan Daerah tentu akan lebih baik Surabaya. Selain karena Surabaya sebagai kota besara dan pusat segala aktifitas dan informasi, Surabaya akan menjadi baro meter “contoh”.

Saya pun tak ingin berspikulasi bagaimana hasilnya nanti. Sebagai warga Negara yang baik saya mesti mengikuti apa yang telah Negara minta “berpositif saja….” Mudah-mudahan tidak terjadi kesalahan sebagaimana terjadi di Surabaya.

Satu sisi saya tak ingin berburuk sangka terhadapa apa yang belum dilaksanakan (hasil pengambilan data e-KTP). Namun tanda-tanda ketidak beresan jelas terbaca dari undangan yang dikeluarkan oleh Kecamatan Gapura. Undangan cacat. Saya katakan undangan itu cacat, pertama undangan itu tidak ada no. kedua pembuatan undangan yang terlampu lama. Undangan ini dibuat pada tanggal 26-03-2012, dari pembuatan undangan dan eksekusi “pelaksanaan”, saat ini sudah masuk bulan 06, dan pelaksaan pengambilan data e-KTP tertulis tanggal 19 (tanpa bulan dan tahun).

Kesalahan yang paling fatal menurut saya adalah undangan atas nama (Drs. Mustangin, M.Si) Camat Gapura ini hanya disetempel basah, tapi tidak ditandatangani. Melihat ketidak beresan undangan, seakan mempertegas kekhawatiran dan indikasi aka terjadi ketidak beresan nantinya. Tapi lagi-lagi saya mencoba mengabaikan semua itu. Dan tetap berharap tidak terjadi kesalahan setidaknya pada hasil e-KTP saya.

Baca Selengkapnya di sini..

Kamis, 14 Juni 2012

RANCANG MUSHOLLAH AWARD 2012 ICMI GANDENG STAKEHOLDER (Dinkes Prov, Disparbud Prov dan Kemenag)

SURABAYA : Rabu, 13 Juni 2012, ICMI Orwil Jawa Timur mengadakan rapat Musholla Award 2012. Rapat ini merupakan rangkaian dari beberapa rapat sebelumnya. Berbeda dengan rapat-rapat sebelumnya, pada rapat kali ini ICMI mengundang beberapa Stakeholder  seperti : Dinas Parawisata Provinsi Jawa Timur diwakili oleh Agus Kambali (bagian pengembangan produk dan usaha), Dinas Kesehatan Jawata Timur diwakili oleh Ahmat, dan Departemen Agama diwakili oleh Imam Sya’roni (bagian Pemberdayaan Masyarakat (PENAMAS). Dan beberapa pengurus ICMI.


Para undangan datang lebih awal dari waktu yang ditentukan yakni pukul 13.30. Pukul 12.11 sebagaian undangan telah tiba di sekretariat. Setibanya di sekertariat mereka melihat-lihat lingkungan dan suFasana sekretariat. Undangan yang datang lebih awal tidak langsung menuju tempat pertemuan di lantai III. Mereka seperi rilek menikmati ruang ber AC setelah ditempa panas di jalan. Mereka memilih duduk di tempat ruang tamu, sambil sesekali mengamati pemandangan kantor. Tepat sebelah kiri pintu masuk ada rak Buku yang menempel di dinding.

Buku-buku di rak itu tebal-tebal. Selain buku yang tebal-tebal juga tersedia ada majalah. Buku-buku itu terdiri buku umum, Manajeman, Ekonomi, Arsitektur dll. Dua Koran Nasional tergeletak di atas Meja. Kantor memang berlanganan dua Koran nasional Kompas dan Jawa Pos.

Pot bunga di samping kanan dan kiri kursi meanmbah suasan sejuk dan alami. Ada sekat dinding sebagai pembatas antara ruang tamu dengan tempat rekan-rekan berkerja. Dinding pembatas itu terbuat dari kaca, di kaca itu ada banyak tulisan yang berwarna-warni, kalau orang belum tahu pasti penasaran dan bertanya tulisan apakah itu. Namun selatah kita pelototi dari awal hingga akhir maka baru diketahui kalau tulisan itu adalah Asmaul khusna.

Undangan yang hadir diterima dan ditemani oleh pengurus yang hadir lebih awal (Akbar Muzakki). Waktu masih pukul 12.15 tamu undangan itu diajak bersantai sembari menunggu undangan yang lain. Seteleh melihat-lihat buku yang ada di rak undangan duduk di kursi. Mereka mengambil Koran dan membacanya. Sesekeli terdengar obrolan antara undangan dengan undangan yang lain juga dengan pengurus. Selang beberapa menit ketua panitia datang. Dan mereka lagusng diajak menuju ruang pertemuan di lantai tiga.

Segala keperluan untuk rapat sudah dipersipkan. Para undangan lasung menuju ruang rapat dan mengambil tempat duduk. Di atas meja dengan desain leter U sudah disediakan makanan dan beberapa camilan seperti buah-buhan yang segar. Sebelum rapat dibuka semua yang ada di ruangan dipersilahkan caffe break dan makan.


Sambil menikmati makanan para undangan saling melontarkan obrolan kecil. Sesekali mereka melempar senyum satu dengan yang lain. Tampak dari cara dan bahasa tubuh mereka baru saling tahu dan kenal di tempat sekretariat ini. Sebagian lagi ada yang kenal karena satu kantor atau dinas. Mereka saling bertanya dari mana dan tugasnya apa. Para undangan masih mengenakan baju dinasnya (PNS).

Satu hal yang patut diapresiasi dari para undangan adalah ketepan waktu mereka menghadiri undangan, bahkan mereka datang lebih awal. Dibanyak acara soal waktu ini biasanya sering molor 1-2 jam. Biasanya ini merata diberbagai dinas atau organisasi lainnya. Contoh kecil misal saat kuliah di kampus dan beberapa kegiatan kemahasiswaan dalam soal ketepatan waktu sangat buruk. Bahkan ada asumsi molor adalah hal yang biasa.

Maka ICMI yang dinahkodai oleh Ismail Nachu ini mendobrak tradisi itu dan membiasakan diri untukdisiplin dan tepat waktu. Ketepatan kini menjadi tradisi di intern ICMI, hal itu tak lepas dari peran dan dorongan Ketua Umum ICMI sekaligus komet bersama dengan semua pengurus. Dalam setiap kesempatan mengatakan “bahwa jika seseorang tidak bisa tepat waktu berarti ada yang tidak beres dengan kehidupannya, ICMI sebagai gerakan harus mampu merubah tradisi molor waktu”. Benar memang dari berbagai kegiatan dan pertemuan “rapat” di intern ICMI masing-masing pengurus saling menjaga kekompakannya dan senantiasa tepat waktu. Kalau pun harus terlambat mereka akan memberi tahu alasan keterlambatannya.

Maka ketika rapat apresiasi Musholla Award kali ini, panitia yang akan hadir atau tidak dapat hadir tetap memberi tahu pihak kesekertariatan, kegiatan semacam ini sudah menjadi tradisi diinternal ICMI. Saat salah seorang tidak bisa hadir atau tdiak bisa tepat waktu mereka akan memberi tahukan melalui SMS.

Mungkin bagi yang tidak terbiasa hal memberitahukan keterlambatan dan alasan lainnya dianggab hanya bikin ribet, namun kalau kita telaah lebih dalam kita akan menemukan pelajara berarti yang bisa kita petik. Pertama dengan kita memberitahu/informasi hal itu mencerminkan sikap dan penghargaan kita pada diri dan orang lain. Kedua melatih diri tetap disiplin dan menjaga komonikasi secara baik satu dengan yang lain.

Mengapa harus ada apresiasi Musholla..? Pertanyaan tersebut menjadi sebuah jalan pembuka jalannya rapat dengan beberapa stakeholder. Kemudian ketua panitia memberrikan penjabarannya. Hal ini juga sempat menjadi pertanyaan saya mungkin muncul juga dibenak anda dan kita semua. Apa tujuannya dan manfaatnya. Pertanyaan mengapa harus ada apresiasi MusollaAward dan ICMI lagi yang melakukan. Bukankah ICMI itu cendekia harusnya konsen terhadap persoalan dan pembangunan SDM, Bukan soal fasilitas public seperti Musollaini. Biaklah, saya akan sedikit bercerita latar belakang mengapa ada, atau diadakan Mosollah Award oleh ICMI.

Pertama adanya Musholla Award ini adalah sebagai wujud kepedulian ICMI terhadap ummat. Sekaligus mendorong pihak pengelola Musholla untuk memperhatikan dan memelihara tempat ibdah kaum muslim. Ini untuk semua tempat Musholla (Terminal, rumah sakit, hotel atau moll dll). Alasan kedua karena konsumen terbesar di jawa Timur mayoritas muslim, dan ICMI merasa memiliki keterpanggilan untuk tahu dan mempertikan pelayanan public (Musollah) sebagai sarana ibadah kaum muslimin. Ketiga mendorong pihak pengelola (Terminal, rumah sakit, hotel atau moll dll) untuk senantiasa menjaga dan memperhatikan kesucian keindahan dan kenyaman Musollabagi kaum Muslimin.

Baca Selengkapnya di sini..

Senin, 04 Juni 2012

POTONG JALAN, POLISI BERANG!!!

Ada cerita menarik, kemarin 4/06/2012 saya melanggaran lalulintas di Surabaya di jalan…., saat itu saya hendak menceput seseorang. Ternayata ada polisi, polisi itu masih baru sampai di tempat itu, dan akhirnya saya dicegat. Seorang  petugas “polisi” yang baru keluar dari mobilnya langsung menghadang saya. Dia mengangkat kedua tangannya untuk menghalangi laju motor saya, polisi itu berwajah gelab dengan tubuh agak kekar dengan memakai kaca mata hitam. Jalanan saat itu tidak terlalu ramai. Hanya ada dua pendendara motor yang berjalan seiringan dengan saya. Tapi kedua tidak melanggar lalulintas. Orang-orang yang ada di pinggir jalan dan toko memperhatikan saya. Penjual minuman yang biasa berjualan tepat ada di samping saya dengan jarak sekitar 3 m.

Semua pandangan mata tertuju pada saya. Sayapun tak kalah akal. Saat akan menghadang saya Polisi ini baru saja keluar dari dalam mobil berart Polisi ini membawa mobil bukan motor yang bisa mengejar ke jalan sempit. Jadi saya pun abmil inisiatif  dengan tidak menggubris dan mengganggab polisi itu tak ada. Walau polisi itu menghadang saya tetap menorobos. Sebuah pukulan mendarat di kepala saya. Untung saat itu saya pakai helem jadi kalaupun memukul saya yakin yang sakit ya tangan polisi. Memang saya tidak merasakan sakit apa-apa.

Dengan sedikit berdebar saya terus memacu kendaraan. Keputusan menorobos barisan polisi yang menghadang saya karena saat itu tidak ada polisi yang membawa kendaraan bermotor dan tidak mungkin mengejar saja. Sayapun memacu kendaran dengan sedikit cepat. Walau asumsi saya polisi tidak mungkin mengejar , saya tetap saja dekdekan. Jalanan yang sempit membuat saya semakin tegang, takut-takut polisi itu akan mengejar saja.

Setelah saya berhasil melewati beberapa kedaraan, saya sedikit lega. Sesekali saya menoleh kebelakang , dengan satu harapan polisi itu tidak mengejar saya. Dan benar memang  tidak ada polisi yang mengejar. Kejadian itu sangat menggelitik saya. Secara prosedur saya memang salah. Karena melewati jalan pintas. Tapi saya enggan berurusan dengan Polisi, berurusan dengan mereka pasti ribet, jlimatdan sok. Saya sangat tidak suka hal yang demikian.

Sedang dengan kelengkapan dan surat jalan lain saya  tidak  ada masalah. Tapi tetap saja saat itu dengan melewati jalan pintas saya salah. Beruntung tak harus mengeluarkan duit, hanya mengeluarkan sedikit panik. Berbeda dengan beberapa bulan yang lalu.

Pernah beberapa bulan yang lalu saya kena jegat polisi lantaran salah jalan juga. Walau lengkap tetap saja saya kena tilang. Saya yang agak keras membikin polisi agak marah “kamu ini, sudah salah masih mau melawan” tugas polisi dengan nada tingggi saat itu.

Sayapun sedikit menurunkankan tensi, pikir saya kalau saya bersitegang dengan polisi pasti bukan penyelesaian yang saya dapat. Sedang saya harus melakukan pekerjaaan lain. Saat itu saya masih belum tahu bentuk dan jenis surat tilang. Saya hanya melihat polisi mengisi sebuah fom. Kemudia polisi itu meminta SIM dan STNK saya. Saat itulah terjadi sebuah negosiasi.

“Ini bagaimana mau siding atau bagaimana” , Tanya polsi itu sambil melemparkan pandangannya ke arah pengendara yang lain. Di luar terlihat ada beberapa pengendara yang terkena tilang. Ada pengendara bermotor ada juga pengendara mobil. “gimana pak, masak saya harus ikut siding, bapak ngak baca ta saya dari mana” tegas saya agak kesel sama polisi. Polisi itu hanya memintal-mintal kertar formolir yang dipegangnya. Kertas itu bak senjata yang setiap saat dapat membuat saya mati kutu.

“Pokoknya saya ngak ingin sidang, saya ingin ini diselesaikan secara cepat saya ini masih ada banyak pekerjaan” ungkap saya pada polisi saat itu. “Iya itu gimana” polisi itu menanyakan balik pada saya. Saya semangkin jengkel dan ingin menendang polisi itu. “aduh bapak polisi ini bikin ribet saja, kenapa kalau minta aja” tukas saya dalam hati.


Beberapa orang yang terkena tilang memperhatikan saya yang sedari awal bersitegang dengan polisi. Kemudian polisi ini menyerahkan SIM, tapi STNK masih dipegangnya. “ hei kalau kamu tidak mau siding harus diwakilkan, kamu harus bayar Rp. 300.000,00”. Bisik polisi itu agak pelan kepada saya. Edan polisi ini, memang gampang uang Rp. 300.000,00 “ seru saya dalam hati. “Okeh pak gini saja” saya letekkan SIM saja di atas meja. Polisi kembali melihat SIM saya. Sayapun meraba dompek disaku celana. Dokpet yang biasanya gampang diambil dari saku, saat itu sulit seklait. Mungkin tidak rela isinya pindah ke tangan polisi.

Setelah bersusah payah akhirnya saya berhasil mengambil dompet di saku celena. Saya lihat-lihat mungki ada uang puluhan ribu, apes bagi saya dan untung bagi si polisi saat itu uang di domept saya adanya hanya lima puluhan dan seratusan ribu. Saya ambil satu lembar dan letakkan di atas meja. Polisi itu tidak langsung mengambil uang yang saya letekkan. Dia hanya melirik, bagai tikus yang sesekali siap memakan padi para petani. Walau saya sendirian saat itu, saya pun tak kalah gesit saya mengambil HP dan memfoto si Polisi denga fram uang di depanya. Polisi itu tidak sadar kalau dia difoto.

Sebenarnya saya melakukan pelanggaran lagi, iya dengan memfoto polisi saya sudah melanggar aturan, tapi polisipun melanggar aturan, heheh. Min+min kan …. Miniature… terabadikan deh ahahahhaah.

Uang Rp. 50.000,00 pindah tangan. Polisi akhirnya memperbolehkan saya meninggalkan ruangan yang sangat saya benci seumur hidup, juga polisi yang tak becus seperti mereka. Tak semua aturan harus ditaati, ada saat di mana harus dilanggar ada saat di mana mesti ditaati dan dijalankan. Barangkali itu yang menjadi perinsip polisi menerima uang Rp. 50.000,00, juga saya saat menerobos polisi yang mengdang saya. Heheheh. Tapi ini tidak untuk diikuti, ini hanya sebagai sebauh rekam jejak jelek. ehheheheh



Baca Selengkapnya di sini..

Sabtu, 02 Juni 2012

SILATURRAHIM ICMI ORWIL JAWA TIMUR KE PT. BEHAESTEX (BRAIN PT. BEHAESTEX : KERJA KERAS DAN KONSISTEN TERHADAP KUALITAS)

Tanggal 1 Juni 2012, Imail Nachu ketua ICMI Orwim Jawa Timur (beberapa anggota yang lain) bersilaturrahim pada Najib Abdurauf Bahasuan SE, (Bendahara ICMI sekaligus dirut utama PT. Behaestex).

Dengan menggunakan tiga mobil pribadi rombangan berangkat dari sekertariat ICMI Orwil Jawa Timur munuju Gersik (PT. BEHAESTEX), untung dalam perjalan tidak ada macet dan sekitar Pukul 13.30 rombangan dari ICMI tiba di PT. Behaestek, dan langsung disambut sendir oleh  Najib Abdurauf Bahasuan.

Setelah ramah tamah rombongan langsung solat asar berjemaah ke Musollah. Setelah selesai solat rombongan di arahkan pada salah satu ruang tempat pertemuan. Di dalam ruangan ini rombongan mendapatkan gambaran bagaimana sejarah perjalanan  PT. Behaestek, sejak awal hingga menjadi besar seperti sekarang.

Menurut Najib, untuk membangun usaha tidak harus diawali dengan modal besar, namun cukup dengan niat, kerja keras, ulet dan konsisten (kerja Iklas). Awalnya PT. Behaestek hanya Home Industri, namun dengan kerja keras dan semangat dari keluarga Abdurrauf Bahasuan yang ditularkan pada anak-anaknya menjadi besar seperti sakarang. “orang tua kami sangat teliti dalam hal kualitas produksi dan memiliki jiwa seni yang tinggi, sebelum ada alat modern seperti sekarang keluaraga menenun sendiri hingga larut malat dan kecapean” ungkap anak ke 9 dari keluarga Bahasuan ini.  Kamipun terus menjaga kualitas sebagaimana diwariskan oleh keluarga.

Ketua ICMI Orwil jawa Timur merasa banga saat memberikan sambutannya rautnya berkaca air mata. “Oleh sebab itu mari kita kirim fateha kepada Almarhum Abdurrauf Bahasuan ……” Ajak Ismail Nachu kepada semuanya.



 “Saya pikir ini sesui dengan semangat ICMI untuk menumbuhkan kesaudagaran. Kalau ibu Sirikit merasa tidak merasa punya model pengusaha… semuga suaminya… kalau “Kalau tdk kita yang menjadi pengusaha… semoga keturanan kita yang jadi pengusaha”  tidak anaknya atau menantunya, Santi juga jika memang punya semangat untuk  menjadi saudagar kenapa tidak.  Darah saudagar adalah darah Rasulullah, jadi menjadi saudagar adalah sebagain dari satu bagian sunnah” Ungkap Ismail Nachu.

“Saya sangat terinpirasi dari ungkapan dan semnagat keluarga pak Najib yang mengatakan bahwa semua kesuksesan BHS lantaran keluletan dan kekonsitenan dalam bahasa agamanya Istiqomah”, tambah ketua ketua Umum ICMI.

Semoga semngat bisnis yang dimiliki keluarga Abdurrauf Bahasuan menular kepada kita. Perlu saya sampaikan ICMI belum pernah soan ke Instansi pemerintah (Pak Karwo, atau wali Kota) tapi ICMI ke PT. Behaestex.


Saat ini PT. Behaestek menampung tenaga kerja kurang lebih dari 6000 seluruh Indonesia, itu tidak termasuk pekerja autsourcing. PT. Behaestek kini terus mengembangkan produksi, kini PT. Behaestek memiliki 6 prodak diantaranya, Sarung Sutra, Sarung Tenun/TR, Baju Muslim, Songkok, Subaiyah dan kain Gengham.

“Saat ini export produksi PT. Behaestex ke Timur Tengah Yaman dan Arab mencapai 50%, dan insyaallah tahun inipun kita akan memasang Iklan di TV Malaysia dan bisa ada logo ICMI-nya” sambil tertawa.

Saat kerisis tahun 1997-1998 perusahaan sempat mengalami keterpurukan, tidak dapat memenuhi pasar. Ketidak terpenuhinya produksi lantaran keterbatasan mesin produksi yang mana pada tahun 1997-1998 hanya memiliki 1700 alat produksi. “namun kami berkeyakinan setiap ada masalah pasti ada hikmahnya di belakang”.

Kira-kira peluang apa yang bisa ditawarkan kepada atau teman ICMI untuk dijadikan bisnis, atau bisnis apa yang akan diberikan oleh PT. Behaestex untuk kami”. Tanya salah satu rombongan. Kemudian Najib memberikan jawaban, bahwa saat ini perusahaanya membidik beberapa segmen market/pasar diantara : Tradisional market (sudah berjalan) Modern Market (terus dikembang) dan Institusional Mareket. Yang institusional market inilah kami mengganding beberapa instansi seperi Pesanren dan BUMN.



Setelah selesai mendengarkan pemaparan sejarah PT. Behaestex dan Tanya jawab, seluruh rombongan keluar ruangan untuk menuju tempat produksi, setip peserta dikasih masker dan penutup telinga. Setelah selesai melihat proses produksi hingga finising rombongan berfoto bersama di depan Kantor dengan loga PT. BEHAESTEK.
Baca Selengkapnya di sini..

Rabu, 30 Mei 2012

FATMIATUN NUFIANAH DALAM SUNYI

Ada sebuah buku tipis tergeletak di atas Meja. Warna yang mencolok sempat mengundang perhatian. Saya coba mendekati. Pasti Buku Puisi, mengingat teman saya Fausi senang dengan puisi. Bahkan beberapa sebelumnya sempat saya ajak jalan-jalan ketoko buka di Surabaya diapun membeli buku kumpulan puisi. Fauzi memang sangat menyenangi puisi bahkan saat SMA dulu dia pernah belajar bagaimana merangkai puisi. Mulai menentukan tema, rima dan pilihan-pilihan kata lainya.

Berbeda dengan saya dulu,  dan biasaya saya sering menikmati siaran sastra di Nada FM Sumenep salah satu Radio Swasta yang memiliki kepedulian terhadap sastra utamanya belantika puisi. Biasanya siaran sastra “Sastra Udara Nada FM” mengudara minggu malam sehabis isya’.

Saya menduga buku dengan warna mencolok di atas meja itu merupakan buku baru, kapan beli, seingat saya kemarin dia tidak membeli buku dengan warna seperti itu. Apakah dia pergi sendiri saat saya tidak ada di Surabaya, ah itu tidak mungkin. Sambil diliputi pertanyaan dan penasaran saya jamah buku itu, benar saja buku ini merepuakan kumpulan puisi. Setelah tahu buku itu kumpulan pusi saya taruh lagi di tempatnya.

Di ni hari sekitar pukul 00.13 m buku dengan warna mencolok itu tergeletak di samping teman saya yang tengah pulas tidur. Sambil rebahahan saya meraih buku kumpulan puisi itu, awalnya saya ingin tahu siapa penulisnya. Saya buka ternyata pada halaman pertama setelah sampul di bawah judul tertulis Antologi siswa-siswi Al-in’am. Sayapun mengubah posisi yang awalnya rebahan dengan terlentang ke posisi tengkurap. Saya buka halaman-demi halam. Susunan redaksinya saya perhatikan. Pengantar Antplogi Puisi ini oleh Rahbini saat masih menjadi Kepala SMA, dan puisi pembuka oleh  Abd. Rahem Kepala  MTs. Al-in’an.

Saya tidak sampai menuntaskan membuka lembar-lembar, buku saya tutup dan kembali mengamati judul buku tersebut “Salam Rindu Kidung Malam”, saya bertanya pesan apa yang  hendak disampaikan oleh penyunting  pada pembaca. Saya mengulang-ulang membacai kalimat “Salam Rindu Kidung Malam” entah sampai berapa kali kalimta itu saya ulang, hanya ingin menangkap pesan. Tapi tetap saja saya dengan keambinguan yang sangat. Biasanya sebagaimana buku-buku pada umumnya judul itu setidaknya mampu mereduksi isi dan mengkontruksi mempaca untuk melangkah jauh (ketertarikan). Kalau tidak melihat lebel lebaganya saya tak menangkap kesan apapun dari judul “Salam Rindu Kidung Malam”, selain keambiguan.

“Salam Rindu
Kidung Malam”
Sebuah Antologi puisi Siswa-siswi Al-in’am

Kalau mengamati judul “Salam/Rindu/Kidung/Malam” masing-masing kalimat bisa berdiri sendiri seperti : Salam, Rindu, Kidung dan Malam dimana kesemuanya tak berobyek. Siapa yang bersalam/menitip salam, siapa yang rindu/dirindu, kidung malam bagai sajak yang tak bertuan. Kata salam mestinya diiringi subyek dan obyek, sementara dalam kalaimat Salam Rindu Kidung Malam, siapa yang merindukan kidung malam..? entahlah.

Saya bukan pengamat sastra dan tak tahu sastra, tapi saya senang menikmati puisi. Jadi bila saya mengatakan tak mengerti terhadap judul dan pesan yang hendak disampaikan, itu semua lantaran keterbatasan saya. Namun Di balik tidak bisaan saya menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penyunting  dari buku yang berjudul Salam Rindu Kidung Malam, saya mengapresiasi pada siswa-siswa Al-inam dan terbitnya buku tersebut, ada semacam giroh dalam untaian kata yang saya sendiri tak bisa untuk itu. Proses kreatif yang elegan natural dan mencerminkan lokalitas pingiran.

Walau saya senang menikmati puisi tapi saya termasuk malas membaca puisi, saya lebih suka menikmati dengan cara mendengarkan. Saya hanya sempat mengamati sampul dan membaca judulnya saja. Setelah saya membuka lembar-demi lambar saya menjumpai nama Gapura Barat di bawah catatan puisi tersebut. Sayapun melihat dengan teliti dan membacai-nya, ternya penulis ini seorang perempuan Fatmiatun Nufianah. Perempuan ini seperti memberikan oase baru atas kekecewaan saya terhadap kultur di Desa. Sebuah oase digurun gersang.

Puisi yang ditulis oleh Fatmiatun Nufianah diantaranya ialah : Saat Bersamamu, Kini Tinggal Kenangan dan Pasrah, saya bertanya-tanya siapakah Gadis ini, pikiran sayapun langsung menerawang pada beberapa sosok perempuan di kampong saya. Saya berfikir anak ini memiliki potensi dan kekayaan instuisi yang jarang dimiliki orang. Anak ini berani mengungkapkan kegelisahan dan kecemasan yang bergulat di dalam jiwanya. Dan bila anak ini mendapat bekal keilmuan yang cukup dan pendidikan memadai maka akan tercipta satu lingkungan dialogis, konstruktif dan imajinir.

Siapakah Fatmiatun Nufianah pertanyaan itu belum terpecahkan. Mengapa saya tiba-tiba peduli, mengapa saya sampai bersemangat menyusun retakan kalimat ini.  Entahlah, yang pasti saya tak punya hasrat untuk menguasi, apalagi memperistrikan sebagaimana tradisi yang ada tidak ke arah sana. Seperti yang saya kemukakan di atas, anak ini bisa menjadi contoh yang baik bagi lingkungannya.

Bicara lingkungan saya merasa sedih, sedih melihat anak-anak yang mestinya menikmati dunia pendidikan harus berjibaku dengan tugas kerumah tanggaan “nikah dini”. Sehingga tak jarang sambil sekolah ya yambi suami. Utamanya SMA (Swasta). Melihat realitas itu saya merasa terpukul ada semacam ketidak relaan. Haruskah generasi emas itu layu dan gugur sebelum waktunya. Haruskah generasi harapan bangsa dan warga ini hilang harapan dan cita-citanya demi memenuhi kultur dan hasrat orang tua.

Saya tidak tahu apakah Fatmiatun Nufianah sudah dinikahkan sebagai terjadi pada perempuan-perempuan yang lain di kampung saya. Kalaupun dia sudah menikah semoga keberlangsungan pendidikannya terjaga dan suaminya memberikan ruang sebagaimana harusnya.  Dan bila Fatmiatun Nufianah masih belum menikah saya menyarankan “teruslah engkau bergelut dengan duniamu, raihlah mimpimu, patahkan segala asa dan jadilah engkau kartini di masa depan”.

Dalam beberapa kesempatan mengobrol dengan para orang perempuan saya selalu menekankan pentingnya pendidikan tak terkecuali perempuan. Bahkan saya memberikan satu stimulus bahwa perempuan itu sejajar dengan laki-laki kalau perlu melebihi “pendidikan”, karena perempuan akan menjadi Ibu dari anak-anaknya. Jika ibunya hebat pastilah anaknya akan hebat pula. Pengkotak-kotakan wilaya pada wilayah domistik : Dapur, Kasur dan Sumur, sudah bukan eranya lagi. Perempuan sat ini harus produktif, oleh sebab itu pendidikan harus menjadi prioritas utama oleh serluruh komponen.

Namun bila para orang tua dan tokoh masyarakat mengabaikan pentingnya pendidikan bagi perempuan dan lebih mengedepankan struktur social dan budaya, maka bukan tak mungkin harapan dan mimpi-mimpi Fatmiatun-Fatmiatun yang polos dan jernih hanya akan menjadi kidung sunyi.



Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 27 Mei 2012

LADY GAGA(L) KONSER (Epesintrum agama, bisnis dan kealpaan Negara)

Akhirnya promotor Lady Gaga membatalkan konsernya ke Indonesia. Keputusan pembatalan konser itu diambil kerena faktor keamanan.

Batalanya konser Lady Gaga ini tak lepas dari desakan sebagian golongan agama “islam” yang menolak kehadiran Lady Gaga ke Indonesia. Golongan Islam yang menolak kehadiran Ledy Gagaga ke Indonesia beranggapan dalam setiap pentasnya Lady Gaga sering menampilkan aurat dan menampilkan tarian-tarian fulgar, bahkan mereka yang menolak berpandangan kahadiran Lady Gaga akan “mengancam” merusak moral muslim dan remaja bangsa Indonesia.

Benarkah kehadiran Lady Gaga ke Indonesia sebegitu membahayakan dan akan mengancam moral bangsa “islam”..?  apakah belakangan ini public dan golongan yang menolak kehadiran Lady Gaga tidur dan sekarang baru sadar dan teringat akan moral. Lalu bagaimana dengan penampilan music di negeri sendiri yang sering mempertontonkan tarian-tarian erotis, mengapa mereka absen mengapa mereka tak bersuara.

Mangapa publik baru mempunyai kesadaran dan kepedulian terhadap moral, saat akan ada konser Lady Gaga. Kecemasan oleh sebagian golongan “islam” ini berbeda dengan pernyataan Ketua NU Syaid Agil yang menegaskan “Walau ada konser satu juta Ledy Gaga tidak akan berpengaruh terhadap moral dan akidah warga Nahdiyin”.

Jika moral golongan itu yang merasa terancam atas kedatangan Lady Gaga ke Indonesia mengapa harus membawa ummat yang lain, karena saya sebagai ummat muslim tidak pernah merasa terganggu dan sebelumnya saya tak tahu bagaimana Lady Gaga dan gayanya itu. Namun pemberitahan dan pertentangan akhirnya mendorong diri untuk mencari tahu.

Saya menangkap ada hal yang paradok atas gagalnya konser Lady Gaga, diantaranya kegilisahan “ketakutan” sebagian golongan yang terlalu berlebihan dan hal itu menunjukkan sikap paranoid mereka.  Publikpun dibawa dalam arus senggeta moral baik-baruk. Publik yang awalnya tidak tahu apa dan siapa Lady Gaga akhirnya penasaran ingin tahu. Orang yang awalnya abai dan tak tahu menahu soal Ledy Gaga merekapun menerobas cara dengan akses informasi melalui internet.

“Jangan-jangan penolakan atas kedatangan Lady Gaga, sama dengan kasus fatwa larangan rokok”, Tuhanlah yang tahu niat dan kebenaran atas penolakan Lady Gaga.
Benarkan penolakan konser Lady Gaga ke Indonesia semata-mata dorongan moral dan semangat dakwah. Atau ini ada sebauh permainan dan persaingan bisnis di balik gagalnya konser itu sendiri. Jika ini adalah persaingan bisni mengapa yang muncul ke publik adalah pertentangan moral, mengapa pertentangan itu harus dibungus pula dengan legitimasi keyakinan “islam”. Atau jangan-jangan golongan yang selama ini menolak keras terhadap konser lLady Gaga sebuah pesanan, yang memanfaatkan celah moral dan agama.

Jika ada sebagian orang menganggab dan menilai konser Lady Gaga ke Indonesia sebagai ancaman terhadap moral agama dan bangsa, hal itu terlalu berlebihan, karena kegaduhan atas konser Lady hanya terjadi di dekat  pusat kekuasaan sementara di lainnya tidak demikian dan  mana mungkin konser lady yang hanya semalam dapat merusak moral “aqidah” agama dan bangsa, secara logika awampun isu moral itu tidak masuk akal.   

Menarik apa yang dikatakan oleh ketua NU “Walau ada konser satu juta Ledy Gaga tidak akan berpengaruh terhadap moral dan akidah warga Nahdiyin” saya pikir ungkapan ini bukan semata ingin cari sensasional atau ingin popular di publik, terlepas ada prokontra atas stedment ketu NU seharusnya ummat dan golongan yang lain dapat melihat dan menilai sesuatu tidak hanya pada tataran kontek dan teks itu sendiri, harus ada pembelajaran teladan keummatan. Ketua NU telah berhasil memberikan satu oase pemikiran yang koheren dan bijak.

Rakyat Indonesia yang mayoritas muslim bukan berarti bebas melakukan tindakan berbuat anarki dan perusakan, sebagaimana terjadi belakangan ini “dengan dalih agama dan moral”. Yang mayoritas tidak berarti harus menjadi Tuhan atas yang lain, yang mayoritas bukan berarti punyak hak untuk memproduksi moral atas yang lain, harusnya kita mengacu pada konsep dan atruan konstusi kita yaitu ke-binika-an.

Saya kurang sependapat dengan ungkapan Bung Roma Irama yang menilai konser Lady Gaga dari sudut pandang agama dan muslim yang mayorita, “kita ummat islam adalah mayoritas tentu mereka yang akan datang ke sini harus mengikuti kultur dan budya kita” (dalam dialog di metro TV). Memang dalam islam setiap aturan sudah sangat jelas terutama soal aurat. Namun apa relevan konser Lady Gaga dengan konsep aurat yang notabeni adalah prodak hokum islam, bukankah Lady Gaga bukan muslim apakah dia akan kita paksa berjilbab dan memakai burgah. Saya pikir para pendakwa moral itu harusnya bersikap fair sesuai koridor yang ada bukan dengan melakukan ancaman. Artinya apa, mereka yang tidak senang dan merasa terganggu dengan konser jangan hadir-melihat, penyeleksian semacam ini lebih ideal dan tak membikin publik bising.

Alangkah sejukkan bila semua muslim dapat memberikan jaminan aman atas jalannya konser tapi tetap dengan catatan. Bukan seperti yang sering kita dengar “ancaman dan kekerasan”.

Negara sebagai pelindung atas hak-hak warganyapun jarang dan lebih sering tak hadir, semisal dalam kasus gagalnya konser ini Negara seperti tak berdaya, Negara larut dalam hiruk pikuk ancaman yang sangat bias. Lihat saja, kekerasan karena faktor agama di Negara ini sering terjadi dan lagi-lagi negera tak hadir. Kemarin kekerasan dan perusakan terjadi saat bedah buku Irsyat Manji.

Ummat islam yang mayoritas harusnya tak menjadi momok atas warga yang minoritas, karena bila itu terjadi “dan sering terjadi” hal itu telah bertentangan dengan nilai-nalai  islam itu sendiri (islam rahmatanb lil alamin). Nilai agama harusnya menjadi episentrum yang mengayomi dan melindungi atas segala hal, tugas dakwa bukan menakut-nakuti tugas dakwa hanya member tahu, sedangkan hidayah tetaplah ada pada otoritas Tuhan itu sendiri. Bukan pada kelompk dan golongann “manusia”.

Baca Selengkapnya di sini..

Rabu, 16 Mei 2012

KARTINI DARI PASURUAN

Pada tanggal 21 April 2012 yang lalu, saya berkesempatan menghadiri pengukuhan pengurus ICMI Orda Pasuran. Turut hadir dalam acara pengukuhan ataran lain pejabat teras dalam hal ini Bupati Pasuruan yang diwakili oleh Asisten I. Pengukuhan kepengurusan ICMI Orda Pasuruan dilakukan langsung oleh Ismail Nachu ketua ICMI Orwil Jawa Timur.

Pada acara pengukuhan kepengurusan ICMI Orda Pasuruan ada orasi ilmiah, yang dalam hal ini di isi oleh Prof. Imam Suprayogo Rektor Uin Malang sekaligus penasehat ICMI. Pada saat itu Imam Suprayogo memberikan kuliah umum “mengintegrasikan pendidikan, saint dan Agama”, yang selama ini telah dijalankan oleh beliau selama memimpin UIN Malang seperti sekarang ini.

Mumen pelantikan kepengurusan ICMI Orda Pasuruan termasuk istimewa, keistimewaan itu antara lain pertama Ketua ICMI Pasuruan adalah seorang perempuan, kedua pelantikan kepengurusan bertepatan dengan peringatan hari Kartini.  Dimana setiap tanggal 21 April publik diingatkan pada peran dan sosok Kartini, Ya Kartini sosok wanita yang berdarah biru ini diyakini oleh halayak sebagai wanita yang amat peduli terhadap sesamanya bahkan berani menggugat hak-hak yang memang harusnya dimiliki, seperti pendidikan dll.

Kepedulian Kartini terhadap kaumnya menjadikan dia dikenang sepanjang perjalan sejarah bangsa Indonesia. Kartini dikenal sebagai seorang perempuan yang kritis dan konsisten memperjuangkan hak-hak perempuan utamanya hak perempuan untuk memperoleh pendidikan.

Kartini memperjuangan hak perempuan ialah hak perempuan untuk mendapat kesempatan yang proporsional, seperti hak-hak perempuan dalam kepemimpinan publik, mengapa kepemimpinan?, karena dulu pemimpin identik dengan laki-laki hal itulah yang digugat oleh Kartini. Mengapa kepemimpinan sangat identik dengan laki-laki, mengapa perempuan terus dilemahkan baik secara kultur, budaya dan dilegitimasi oleh Agama. Gugatan itu dapat kita temukan dalam korespondensi Karti dengan teman-teman-nya di Eropa.

Sikap dan kepedulian Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya pada teman-temanya dapat kita temui melalui di situs-situs, atau buku kumpulan surat kartini. Namun di sini saya tidak hendak membahas Kartini dengan perannya pada masa lalu, saya lebih tertarik melihat sosok wanita Sidoarjo dr. Wiwik wirnaningsi, MARS, yang didapuk menjadi ketua ICMI. Mengapa wanita yang dipilih menjadi ketua ICMI? Apakah tidak sosok lain selain perempuan. Saat itu saya melihat banyak diantara jajaran kepengurusan sosok laki-laki bahkan romo kia’i. Apakah ini merupakan satu babak baru. Apakah ini buah transformasi kepemimpinan baru, Apakah ini sekaligus sebagai penanda, buah keberhasilan perjuangan kartini.

Saya pikir saatnya kita memberikan apresiasi terhadap lahirnya Kartini-kartini modern saat ini. Apresiasi ini memang hal yang patut mereka peroleh dan apresiasi ini bukan atas dasar sikap iba dan mengasihani. Karena bagaimanpun penghargaan ini memang hak yang seharusnya mereka dapatkan. Kalau selama ini hak-hak itu sengaja dikubur dan seakan dihilangkan dengan alasan kultur dan budaya maka saya pikir kini saat yang tepat untuk menampilkan perempuan sebagai ikon perubahan.

Tentu kita masih ingat perdebatan kepemimpinan perempuan dalam konteks keindonesiaan, perdebatan itu mencuat ketika Megawati akan menjadi presiden RI. Prokontra kepimpinan perempuan hangat dibahas diberbagai media saat Mega akan didapuk menjadi presiden RI, ada yang mengklaim bahwa perempuan tidak boleh memimpin Negara karena bertentangan dengan Agama. Dalil-dalalil keagamaanpun mengalir seiring pemberitaan di media. Namun ada pemikir lain dengan cara yang lain,  yang tetap memperbolehkan perempuan menjadi Presiden.

Maka terjadilah perdebatan dalil antara kubu yang membolehkan perempuan menjadi pemimpin dan kubu yang tidak membolehkan perempuan menjadi presiden. Terjadilah perang ayat, seakan Agama pempermasalahkan kepemimpinan perempuan “ragu”, pada menurut saya cara pandang dan penafsir Agama itulah yang mempersempit ruang gerak dan Agama itu sendiri. Sehingga orang di luar islam menilai kok seperti itu ya islam. Islam yang rahmatan lil-alamin dan bagian dari solusi terkubur oleh persenggetaan dan perbedaan penafsiran.

Sebaik apapun perubahan pasti akan menimbulkan pertentangan “konflik”, begitulah bunyi teori sosial modern. Dan perubahan paradikma kepemimpinan perempuan puncaknya terjadi pada saat-saat Megawati akan menjadi Presiden. Dan setelah Megawati menjadi Presiden, perbedaan pandangan dan perang ayatpun mereda, maka saat itu kepemimpinan perempuan semakin mendapatkan legitimasi hukum Negara dan Agama.

Kontruksi pemikiran wanita yang hanya berperan di dapur, kasur dan sumur dengan sendiri tergusur oleh zaman dan peradaban. Maka saya pikir saatnya perempuan menjadi bagian dari solusi. Maka untuk itu keterlibatan perempuan dalam kancah kepemimpinan struktural dan non struktural harus tetap kita dukung.  Tentunya dukungan itu harus tetap mengedepankan pada sisi kemampuan dan skil dari tokoh itu sendiri.

Ketika melihat sosok Wiwik naik ke pentas dan memberikan jabaran-jabaran peran keorganisasian dalam hal ini ICMI saya melihat sebuah semangat kepemimpinan yang penuh kesahajaan. Memang Wiwik bukan satu-satunya wanita di kepengurusan ICMI banyak perempuan-perempuan yang andil dan ambil bagian untuk berjuang melalui organisasi yang bediri di Malang, sekita tahun 1990-an.  Sebagaimana kemunculnya ICMI ditengah pemerintahan represif sempat membawa peta perubahan pemikiran bahkan garis politik saat itu.

Karena pelantikannya bertepatan denga moment Kartini maka diapun sedikit mengulas bagaimana peran kartini dan cita Kartini dilihat dari prespektif ismlam. Menurut wiwik “Karni adalah seorang penganut islam sejati bahkan dia bisa dikatakan sebagai seorang perempuan yang khusnul khotimah”, ungkapnya.

Maka saat ini saya melihat sosok kartini yang nyata, kartini yang bukan dalam skop etalase sejarah, yaitu kartini era sekrang kartini yang dinamis itulah Karni Pasuruan. Ya wiwik secara tidak langsung telah menjadi representasi kekartinian saat ini, dia membawa dan memberikan satu resonansi kepemimpinan khususnya kepemimpinan perempuan. Melalui ICMI Ordara pasuruan Wiwik ingin menggembalikan hittoh perjuangan Kartini pada nuansa lebih dinamis dan konstruktif-agamis.



Baca Selengkapnya di sini..