"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Rabu, 21 Maret 2012

MEMULAI LEBIH AWAL

Story LS Network Twinty One and Amway in Gramedia expo Surabaya

Tanggal 10-11 Maret 2012 saya berkesempatan ikut pelatihan Leadership Seminar (LS) di Gramedia Expo Surabaya. Pelatihan ini diadakan oleh perusahaan Amway di Surabaya dengan menggandeng Network Twinty one.


Sepanjang pengalaman dalam hidup saya baru kali ini ikut acara pelatihan dengan tiket yang fantastis hampir satu juta. Kalau harus merogoh kocek di saku, maka saya akan pikir beribu-ribu kali, tapi karena perusahaan yang memboking tiket maka saya tinggal bondo awak sangat bersyukur. Saya sangat tertarik dengan pelatihan yang sifatnya dapat pengembangan diri (kewirausahaan, kepemimpinan, dan sekil education lainnya).


“Saya sangat percaya karunia dan keberuntungan bagaimanapun bentuknya”. Hadir dalam LS bagi saya merupakan satu karunia keberuntungan, mengapa saya katakan demikian karena pada awalnya tiket ini tidak untuk saya melainkan bagi karyawan bagian pemasaran di perusahaan kami. Namun lantaran satu hal (urusan keluarga) mereka temanan kantor yang mesti mengikuti acara LS saya gantikan . Karena ada dua undangan maka saya pun mengajak teman.


Karunia dan sempat selalu hadir tidak terduga, dan bentuknya selalu suprais bagi si penerima karunia itu sendiri. Dan karunia serta sempat yang Tuhan berikan kepada kita menyangkut berbagai aspek yang sangat luas, bisa hal itu dalam bentuk kasat mata namun ada yang tidak. Namun kehadiran nikmat dan karunia itu senantiasa memberikan satu efek positif pada pikiran dan kehidupan kita.


Apa yang saya alami saat mengikuti pelatihan LS kemarin merupakan satu karunia yang insyaallah membuka bingkai pemikiran. Sebagaimana saya katakan bahwa hadir dalam acara LS adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Saya banyak mendapat pencerahan cara pandang dan pemikiran baru, setidaknya dalam cara memandang kehidupan dan masa depan. Motivasi yang diberikan oleh penyaji sangat lugas dan menyentuk keakar masalah.

Selain penyampaian materi yang mudah dicerna dan pahami, konsep acara juga turut mempengaruni kemeriahan jalannya pelatihan. Menurut saya acara pelatihan kali ini berbeda dengan banyak acara pelatihan yang pernah saya ikuti. Setiap menjelang sesi penyampaian materi diselingi dengan pemutaran video yang berkaitan dengan materi. Dentingan music menjadi satu pengiring, juga turut menjadi salah satu keunikan dan menjadikan para peserta bersemangat. Fariasi lampu dan desan panggung seakan menggambarkan bahwa acara ini memang bagi kalangan elit menengah ke atas.


Mereka pemateri yang kini “sukses” mencerikatan kesuksesannya dan mengajak pada audien untuk sama-sama membangun mensit positif, “jika saya bisa berhasil, saya kira Anda pun bisa melampaui apa yang kini kami nikmati” tegas penyaji kepada para uadien. Dari paparan para penyaji dalam pelatihan LS, mereka selalu mengarahkan pada audien untuk berbagi kesuksesan dan mengajak yang lain untuk bisa sukses.


Para penyaji dari berbagai latar belakang semua merupakan otner dari bisni yang menjadi inesiasi pelatihan LS, yaitu bisnis Amway, Bisnis Amway di Surabaya sudah ada kantor cabangnya bertempat di Jl. Jemursari. Dan yang membuat saya kagum adalah salah satu wanita yang kini sukses dalam bisnis Amway, kebetulan dia berasal dari Madura.

Bukan lantaran saya Madura dan wanita yang saya sebuat juga Madura, namun yang hendak saya sampaikan adalah bahwa kesempatan untuk meraih sukses itu tak terbatas pada jenis kelamin suku dan agama. Setiap mahluk di muka Bumi memiliki kesempatan yang sama dalam menata karir dan bisnis sama, sebagaimana wanita Madura yang sukses di bisnis Amway.


Hal ini juga menjadi satu pecutan bagi perempuan di Madura untuk bangkit dan menunjukkan pada bangsa dan dunia ini bahwa perempuan juga bisa berkarir dan berbisnis. Berbisnis adalah satu hal yang mulia, hal ini telah dicontohkan oleh Siti Khotijah istri rasulullah. Siti Khotijah adalah seorang pedagang yang sukses bahkan dia adalah salah satu wanita muslim yang banyak membantu perjuangan dan penyebaran islam (baik dari materi, dukungan moril dll).


Mohon maaf kalau saya terlalu bersemangat bila membahas kebangkitan wanita, karena ini menyangkut lingkungan. Di lingkungan saya dulu wanita memang sangat tersobordinasi oleh kultur dan nilai-nilai agama. Wanita masih dipandang sebagai mahluk nomor dua dibanding laki-laki. Namun apa yang saya lihat pada pelatihan LS kemarin membalikkan fakta, seorang ibu rumah tangga dari Madura (bangkalan) sukses membangun bisnis dan dia menceritakan kesuksesannya di panggung nun mengah penepis semua anggapan wanita mahluk nomor dua.

Mengajak Kesuksesan
Hal penting yang saya tangkap dari para penyaji adalah membangun bisnis harus dilandasan kerja keras, ikhlas dan kemauan yang kuat serta terus mau berbuat. Menurut para penyaji kebanyakan dari orang yang gagal dalam membangun bisnis lantaran mereka berhenti memulai. Kebanyakan orang menganggab kegagalan sebuah petaka yang menakutkan. Pada hal dibalik sebuah kegagalan ada banyak pelajaran ada banyak jalan menuju kesuksesan selanjutnya, tapi sayangnya mereka menyerah dan berhenti pada kegagalannya.


Mereka mengajak semua peserta LS untuk sama-sama bangkit dan segera memulai. Hal ini sejalan apa yang dikatakan oleh John C Maxwell bahwa ”memulai bisnis lebih awal adalah langkah yang paling efektif dalam usaha Anda “bisnis” dari pada banyak berpikir dan menjadikan lamban untuk memulai”.

Jika mereka bisa sukses mengapa kita tidak…!!!


Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 18 Maret 2012

NON MUSLIM BELAJAR DI PESANTREN

Napak Tilas
Saya bersyukur  atas nikmat dan sempat yang Tuhan karuniakan pada hari ini (12/03/2012) bisa berkunjung pada teman-teman di Malang. Sebelum berngunjung pada teman saya menyempatkan diri keliling kampus (Univesitas Islam Negeri Malauna Malik Ibarahim Malanag) tempah saya mengasah cakrawala pikir. Dengan mengendari sepeda Motor saya berkeliling di area kampus. Berkeliling di area kampus dengan kendaraan tidak butuh waktu lama sekitar 05.09 m, setelah itu saya langsung meluncur ke kontrakan teman-teman.

Sejak di dalam perjalan hal pertama terlintas dalam akal pikiran ialah saya mesti ke kampus terlebih dahulu “menginjakkan kaki di Kampus (ritual saya pribadi)”, dalam perjalanan ke kampus saya berkata pada diri sendiri “Mahmudi kamu harus bisa menuntaskan mimpimu (menyelesaikan kuliah), yakin kamu bisa melakukannya”.

Sekitar pukul 18.45 Saya tibadi kampus. Pandangan tertuju pada tiap-tiap sudut di sekitar kampus. Kerumunan anak manusia terlihat berarak menuju satu tempat (kuliah PKPBA), mereka seperti dalam satu komando, apa yang saya lihat mengingatkan saya pada perjalanan beberapa waktu silam, saat saya masih semester I-II. Sebagai mahasiswa baru saat itu banyak kebiasaan hal-hal baru yang mesti saya ikuti.

Sebagaimana telah menjadi kebijakan kampus setiap mahasiswa baru harus tinggal di ma’had. Dan selama di Ma’had  seluruh mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan wajib mengikuti kegiatan reguler “pelajaran” Bahasa Arab.

Bila saya ingat kegiatan pada dua semester awal (I-II), saya menjadi rindu. Tapi pada saat masih menjalani kegiatan saya jemu dan lelah mengikuti rutinitas pelajaran wajib bahasa Arab (siang, pukul 13.00-15 dan malam 18.30-20.30), selama satu tahun saya disibukkan dengan rutinitas wajib tersebut, waktu jeda hanya pada saat panggilan solat. Sementara pada puku 06.30-12.30 saya harus sibuk dengan kegiatan perkulian sesuai jurusan.

Setaiap rangkaian perjalan selalu memiliki kesan dan nilai yang sangat berarti bagi kehidupan. Dan saya mengambil hikmah dari apa yang telah saya lewatkan pada masa-masa ketika masih duduk sebagai mahasiswa baru (semester I-II) dulu. Hal yang paling berkesan pada masa-masa semester awal ialah ketika saya harus beradabtasi dengan berbagai kalangan dan kultur yang sangat beragam. Pada semester awal itu (saat di Mahad) saya banyak mengenal perbedaan cara pandang dan cara menyikapi persoalan hidup.

Sebagai anak yang datang dari kampung  banyak hal yang harus beradabtasi dengannya, Seperi sistem dan kultur yang masih baru saya temui di tempat ini (di Ma’had  ), beruntung meski saya dari kampung, tidak kampungan, hehehhe. Hal pertama yang saya lakukan saat itu ialah banyak bertanya pada teman sekamar dan berdiskusi dengan mereka. Kebetulan teman-teman sekamar, diantaranya adalah lulusan pesantren ternama di Indonesia (Pesantren Gontor dll) dan hal yang tak kalah menariknya saya sekamar dengan anak yang beda Agama.

Beda agama, mungkin anda tidak percaya kampus UIN dengan latar belakang islam yang mengintegrasikan budaya pesantren di dalamnya ada mahasiswa non muslim. Namun itulah fakta yang saya alami. Dan hal yang mungkin dalam pandangan saya bertentangan dengan sistem kepercayaan teman saya kala itu, ialah ketika dia harus mengikuti pelajaran islam, seperti mengaji, hafalan Al-quran dan rutinitas kemahadan lainnya.

Saya mengambil banyak hikmah atas apa yang saya lihat dan berintraksi dengannya. Pertama ialah kewelcaman teman saya dalam mengikuti semua kegiatan ‘berbeda keyakinan’. Kedua ketepan keimanannya meski dia berada di lingkungan yang mayoritas muslim. Satu pengalaman yang sangat berharga dan sangat bersejarah bagi perjalanan saya.

BERSILATURRAHIM
Pukul 20.30 saya diajak ngopi bareng bersama teman IKLIMA. Sungguh ini menjadi sebuah nostalgia yang sangat menarik. Sebagaimana rutinitas mahasiswa pada umumnya ngopi di emperan jalan “kedai” merupakan satu rutinitas yang biasa. Berbeda dengan kalangan elit bila melakukan pertemuan biasanya di kaffe atao hotel kenamaan.

Selain sudah tradisi, kedai atau warung di pinggir-pinggir jalan dari harga memang sangat miring dan murah. Meskipun murah tidak murahan amat heheh. Sebagai penyedia tempat nongrong mahasiswa para penjual bukan tanpa persaingan, setiap warung memberikan servis yang berfareasi, semisal warung penjual kopi atau makanan menyediakan hal-hal yang menarik mulai WF geratis dan beberapa servis menarik lainnya.

Keesokan harinya 13/03/2012 saya bersilaturrahim dengan civitas Uin Malang utamanya Dekan dan jurusan Pendidikan IPS Ekonomi, Lama tidak ada di kampus membuat saya rindu pada kegitan saat dulu. Bergelut di UKM dan beberapa kegiatan di luar kampus menjadi satu pengalaman yang sangat berharga.  Dan tentu saya banyak melihat perubahan yang bagus dari kampus. Semoga hal ini menjadi satu kemajuan yang baik untuk semua sivitas dan lulusannya kelak.

Saya tiba di kampus sekitar pukul 09.15. suasana kampus Uin Maliki Malang terlihat ramai. Beberapa kerumunan mahasiswa membentuk kelompok di setiap sudut kampus. Masing-masing dari mahasiswa terlihat membawa sebuah computer jinjing.

jika dua tahun yang lalu jarang ada mahasiswa membawa computer jinjing berbeda halnya dengan sekarang. Sekrang setiap mahasiswa sudah memanfaatkan tegnologi modern. Fasilitas kampus yang menunjang seperti ketersediakan WF  geratis di sekitar area kampus mendorong tumbuhnya pengguna komper jinjing.

Adanya WF geratis memungkin bagi setiap mahasiswa dan mahasiswi untuk terus memperbaharui informasi keilmuan dan menambah wawasan yang lebih luas dan dinamis.

Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 11 Maret 2012

STRATEGI ICMI, MEMPERDAYAKAN UMMAT

“Upaya perubahan yang tidak bersistem dan dilakukan sendiri akan lebih banyak mengalami benturan dan kesulitan, namun upaya perubahan yang disenergikan dengan sistem dan terorganisir lebih cepat-mudah” (Mahmudi Inspirasi Generation).

Milis Dan Jejaring Sosial
Tanggal 09 Maret 2012 ICMI Orwil Jawa Timur kembali melakukan rapat koordinasi intern. Sesuai undangan yang diedarkan oleh sekertaris Umum ICMI rapat ini adalah rapat dari tim IT, puk5.32 rapat dibuka. Hadiri dalam rapat ICMI kali ini, antara lain, Samsul Hadi (sekertaris Umum ICMI), Priono Adi Nugroho wakil ketua VI, Sirikit Syah wakil ketua IV. Bagus Suminar, Pitono Nugroho, Petrus, Fahmi Tibyan, Andi Sufarianto (Bendahara Umum) dan Ketua Umum ICMI Ismail Nachu.

Bertindak sebagai pemimpin rapat ialah Sekertaris ICMI Samsul Hadi ……“Mari kita buka acara ini dengan bacaan bismillah”. Di sela-sela sambutan pembukan Samsul Hadi membahas infrastruktur ICMI khususnya di bidang IT. “dilihat dari infrastruktur IT ICMI sudah dapat memanfaatkan berbagai media, semisal FB, Twitter, dan Web”. Infrastruktur ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana komonikasi dan Publikasi ICMI, jejaring social dan millis sangat efektif dalam membantu mengkomonikasikan agenda ICMI. Selain memanfaatkan jejaring sosila dan milis ICMI juga memiliki dua situs/web, web Saudagar Muslim, dan Web ICMI.

Banyaknya informasi yang tidak berhubungan dengan kegiatan ICMI di milis menjadi pembahasan yang serius. Masing-masing peserta mengemukakan pendapat. Priono Adi Nugroho wakil ketua VI yang juga aktif di Lembaga perlindungan Anak ini,  memberikan saran agar milis khusus untuk kegiatan ICMI “menurut saya milis hanya untuk informasi kegiatan. Selama ini saya melihat banyak berita-berita yang kurang relevan, kalau berita yang tidak relevan dengan kegiatan ICMI taruh di FB yang sifat lebih umum” ungkapnya.

Peserta yang lain pun tak mau ketinggalan, ruangan yang ber AC dan dingin suasananya berganti menjadi hangat. Sebagian peserta menyetujui usulan dari Prino dan sebagian yang lain memilih memberikan opsi lain. Fahmi yang selama ini mengelola Web ICMI memberikan pandangan bahwa, “milis dapat dimanfaatkan selain sebagai informasi juga bisa menjadi tempat diskusi, menurutnya kegiatan di milis sifat lebih formal sedangkan di FB tidak formal. Jangan Tanya siapa yang memformalakan dari system komonikasi tersebut. Untu itu perlu merumuskan aturan secara spisifik tata cara pemakaian dan komonikasi jejaring social atau milis. Selama tidak ada kesepahaman dan atauran yang baku, maka selama itu pula tidak akan ditemukan satu kesamaan visi-misi.

Keudian Samsul Hadi yang bertindak sebagai pemimpin jalannya acara memberikan opsi untuk dibuat kesepakatan tentang pemakaian dan konten yang ada atau menjadi media komonikasi ICMI. Dan kesepakatan itu nantinya berupa aturan baku “kode Etik” tentang konten baik di FB, Milis, Twitter, dan Web. Forum pun menyutujui usulan tersebut. Maka forum menyepakati untuk merumuskan kode etik pemakaian atau konten dari media yang dikelola ICMI. Semua peserta rapat bertugas merumuskan kode etik tersebut dan bisa dilakukan di luar forum.

Menurut Pitono Nogroho mengenai konsep, kode etik bisa dikomonikasikan dengan pihak lain yang tidak hadir dalam rapat. Untuk mempermudah dan supaya kerja kesekretariatan lebih ringan, maka akun FB yang tertutup disepakti untuk dihapus. Terkait pengguna media antara milis dan fb/twitter menurut sekertaris dibutuhkan penangan khusus, dan untuk terus dikerucutkan.

Selain menyepakati FB yang tertutup dihapus rapat juga menyepaki bahwa komonikasi yang bersifat umum hendaknya dikomonikasi lewat FB saja, sebagaimana usul diawal tulisan ini. Forum rapat memutuskan bahwa yang menjadi moderator milis ialah Samsul Hadi sekertaris ICMI dan Sirikit Syah Wakil Ketua IV.

Kesepakatan untuk membuat kode etik belum bisa meredam pertanya terkain media yang dikelola oleh ICMI. Pertnyaan-pertanyan yang sifatnya teknis muncul dalam rapat,  seperti perbedaan menulis informasi FB yang sifat tertutup dan terbuka menjadi bahasan yang a lot. Karena pengelolaan media komonikasi melalui jejaring social dan milis satu pintu “ditangani oleh Sekertarsi”, maka pertanyaan itu pun langsung direspon oleh pengelola. Setelah merespon pertanyaan sekertaris mengarahkan pada topitik selanjnya.

TINDAK LANJUTI KERJA SAMA DENGAN PESANTREN Dan PERGURUAN TINGGI
Kerja sama dengan lembaga pendidikan Pesantran dan Perguruan Tinggi ini telah dirintis oleh ICMI Orwil Jawa Timur jauh hari sebelumnya. Kerja sama dengan pesantren dan perguruan tinggi diantaranya, Pesantren Tebuireng, Pesantren Sidogiri, Perguruan Tinggi UMM Malang, Unesa (dalam penggodokan) dan IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Kerja sama dengan Tebuiring sudah mengerucut pada strategi pemberdayaan skil para santri dalam hal ini ICMI akan membantu memberikan pelatihan kewirausahaan. Melalui pelatihan kewirausahaan diharapkan tumbuh kesadaran santri untuk berwirausaha “kesaudagaran” khusunya para santri di Tebuireng. Langkah yang dilakukan ICMI dengan memberikan pelatihan merupakan sebuah wujud apresiatif terhadap keinginan besar pemerintah Jawa Timur yang menginginkan pertumbuhan satu juta pengusaha muda di Jatim.

Kerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan segaligus sebagai pemetaan roul model ICMI ke depan. Hal ini sekaligus sebagai salah satu sarana komonikasi visi-misi ICMI. Artinya bila ICMI ingin melangkah lebih jauh harus menyeimbangkan kondisi sosial saat ini. Sebagaimana harapan Ketua Umum ICMI Orwil Jawa Timur Ismail Nachu, …. “ICMI harus memberikan kontribusi nayata pada ummat dan menjadi garda terdepan dalam perbaikan kualitas hidup ummat”. Maka ketika Andi Sufarianto mengusulkan untuk ada langkah konkrit dalam pertumbuhan usaha dan pengembangan usaha dan sekaligus sebagai respon atas kesediaan Sandiaga S Uno untuk menjadi mentor ICMI Orwil Jawa Timur saat SILAKWIL di hotel SINGGASANA tanggal 3 Maret 2012 kemarin, Ketua Umum mendorong Andi untuk membuat konsep (Master Plan), secara pribadi dan kelembagaan Ismail Nachu mendukung penuh

Andi Sufarianto yang dipercaya untuk merumuskan gagasannya dalam bentuk master plan meminta semua stakeholder ICMI untuk ikut andil membantu. Harapan itu pun disambut dengan baik oleh peserta rapat yang hadir saat itu. Pitono Nugroho pun memberikan atensi khusus dia meminta ICMI mengembangkan mini market dan membentuk system-nya yang dipayungi oleh BMT. Terkait dengan kesediaan Sandiaga S Uno untuk menjadi mentor maka ICMI harus melakukan inisiasi, apakah dengan mengundang Sandiaga S Uno kembali, atau kita yang mendatanginya.

Terkait kerja sama dengan Unesa maka pada tangga 22 Maret akan ada pertemuan khusus dengan pihak birokrasi kampus di Unesa “rector”. Beberapa masalah terkait pelajaran kewirausahaan di unesa ialah. Diantara sekian pengajar hanya tahu konsep dan teori usaha, namun belum perna menjadi pelaku usaha.

Menjadi satu problem ketika dosen mendorong mahasiswanya untuk memulai usaha sementara diphaklain dosennya tidak dan belum berpengalaman menjadi atau berwirausaha. Persoalan semacam ini memang banyak teradi diberbagai di Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya. Akan menjadi riskan seorang yang bicara tentang usaha dan mendorong melakukan usaha namun belum berpengalaman membuka usaha.

Dalam rapat dibicarakan hal subtansi antara materi kewirausahaan dan kerjawirausaha itu sendiri. Secara konsep materi atau teori memang diperlukan, namun ketika didorong lebih jauh pada akses kerja dan praktik sungguh akan berbeda. Untuk memecah kebuntuan teori pada pelajaran kewirausahaan pola pelajaran dan pengajaran mesti dirubah, mahasiswa tidak lagi harus di dalam kelas namun langsung diterjunkan untuk berjualan.

 “Langkah perubahan yang tak bersistem dan dilakukan sendiri akan mengalami benturan dan kesulitan, namun langkah perubahan yang disenergikan dengan sistem dan terorganisir lebih cepat-mudah” (Mahmudi Inspirasi Generation). Rapat sempat jedah untuk solat magrib, dan kemudian dilanjutkan kembai hingga pukul 19.00.
Baca Selengkapnya di sini..

Kamis, 08 Maret 2012

PEMIMPIN, AGAMA DAN PRAGMATISME

Pemimpin yang visioner tidak pernah puas terhadap pencapaian karir, semakin dia berhasil berkarir maka semakin ia banyak melakukan terobosan. Pemimpin yang visioner selalu tertantang untuk berbuat lebih baik dan lebih lagi. Pemimpin yang memiliki sepirit untuk selalu melakukan terobosan, hal ini sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad sw. Nabi tidak hanya sekedar menjadi pemimpin spiritual dan golongan islam saja, hal itu dapat dilihat dari strategi dakwah yang dilakukannya dan keberhasilan dakwa Nabi sendiri.

Aktifitas keberagamaan tidak hanya sebatas rutinitas ibadah, dzikir "inklusif". Karena semua dimensi dalam kehidupan dapat ini dapat dijadikan sebagai media ibadah. Termasuk berkarir di dunia berbisnis. Dan perlu diingat nabi adalah seorang pembisnis. Jadi tidak ada satu alas an bagi muslim untuk tidak mengeluti dunia bisnis.

Dalam sebua hadits disebutkan “bekerjalah kamu seakan-akan kamu, akan hidup seribu tahun lagi. Dan beribadahlah seakan-akan kamu, akan mati besok”. Kalimat tersebut bukan sebuah pengandaian yang tanpa durongan dan semangat kerja. Justru pengandaian itu memberi sebuah sipirit hidup dan keseimbangan dalam hidup, dan hal itu telah dilakukan oleh Nabi sendiri.

Dimensi kerja dan ibadah adalah dua aktifitas yang tidak bias dibedakan dalam artian praktis prakmatis, sebagaimana telah diuraikan di atas semua deminsi kehidupan ini adalah ibadah. Hal ini sejalan dengan apa yang disampai oleh nabi “bahwa kita mesti menjaga hubungan dengan Allah, juga hubungan sesama manusia”.

 Nabi telah memberikan contoh yang praktis dalam kegiatan vertical dan horizontal “bahwa kita mesti menjaga hubungan dengan Allah, juga hubungan sesama manusia”, semisal ketika ada senggeta pemindahan hajar aswad saat itu disepakati siapa yang lebih dulu ada di dalam mesjid maka dialah orang yang berhak memindahkan hajar aswat. Pada saat itu Nabi merupakan yang pertama masuk majid, dan karan sikap dan penyeimbangan hubungan yang dilakukan Nabi sangat baik, ia tidak memindahkan sendiri namun dilakukan secara bersama gotong royong semua kabilah berkesempan memindahkan batu mulia tersebut. Dari pengalan cerita ini kita bisa mengambil satu pelajaran dan kerja praktis hablumminallah wa hablumminannas.


Nabi adalah seorang yang memiliki etos kerja yang sangat disiplin, jujur dan amanah. Etos kerja Nabi “keislaman” dan kepemimpinan-nya menjadi inspirasi bagi setiap ummat. Sedikit bercerita bagaimana Raulullah membangun etos kerja yang revolosioner saat itu. Langkah Rauslullah dalam membangun etos kerja sangat sederhana, yaitu dengan prinsip kejujuran, disiplin dan empati sosial.

Maka wajar bila nabi Muhammad masuk sebagai orang yang paling berpengaruh no satu di dunia. Bahkan kalau kita fles bec mada masa-masa sulit perjuangan Nabi saat itu, betapa Nabi dihadapkan satu keadaan yang sangat sulit, banyak orang yang mencibir dan mencemooh. Sebelum nabi melakukan dakwah secara terbuka …

Sebagimana diulas dalam kajian sejarah perkembangan muslim khususnya pada masa kepimpinan rasulullah, diceritakan sikap dan kesederhanaan-nya sanggup mengubahbah presepsi masyarakat. Dan beliau berhasil membumikan islam secara global. Dan perlu diingat untuk mencapai keemasan butuh perjuangan dan perngorbanan, dan hal itu telah dilalui seniri oleh nabi sebagi representasi muslim.

Bahkan rasullullah mendapagt gelar Al-amin dari penduduk mekkah yang saat itu kita tahu penduduknya masih belum megerti dan paham islam. Gelar Al-amin lahir dari kerja praktis rauslullah bahkan sebelum beliau diangkat menjadi rasul. Dan memang terbukti raulullullah dipercaya oleh mayoritas penduduk bukan dari visi islamnya namun sikap praktis yang kemudian menjadi roh islam yang berkelanjutan.

Selain rasulullullah sw sebagai hamba yang memang dipilih sebagai pemimpin ummat oleh Allah swt, kepemimpinan Nabi sangat familiar, artinya apa yang dilakukan oleh Nabi dapat dilakukan oleh kita sebagai ummat-nya, misal soal sikap dan kejujurannya.

Nabi dikenal sebagi seorang yang santun, ramah dan sangat peduli sosial. Selain itu beliau sangat jujur. Tapi mengapa kebanyakan ummat “pemimpin” saat ini lebih melilih curang dan bahkan sering melukai keadilan masyarakat. Adakah pola kepemimpinan elit di negeri ini dipengaruhi faktor keimanan “setengah-setengah” parsial.

Asumsi di atas bukan bisa saya disanggah, namun fakta dan realita menunjukkan begitu. Para pemimpin islam saat ini cenderung pragmatis. Kepeduliamn pada nasip ummat sangat tipis. Mereka cenderung serakah bin tamak, negara dijakan instrumen untuk memperkaya diri kelompok dan golongan. Kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasul sebagai panutan hampir tak terlihat dari pemimpinan kita, walau pun ada peran mereka kalah dan terdominasi oleh pemimpin yang rakus.

Nabi sebagai representaid kepemimpinan telah banyak meningkan contoh dan nasehat bagi kita sebagai ummat-nya. Namun kita hanya hafal wasiat-wasiat rasul, namun minim  aplikasi. Sungguh sangat disayangkan. Saya sebagai generasi sungguh terbebani oleh sikap pragmatis para pemimpin di negeri ini. Bagaimana tidak, tatkala saya berdiskusi tentang islam dan kejujuran. Argmen saya lansung terbentuk dengan perilaku elita islam yang banyak melakukan kecurangan saat memimpin.
Kepemimpinan saat ini tidak lagi menjadi instrumen jihad dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar.

Kepemimpinan saat ini cenderung sebagai lahan bisnis dan hanya untuk maraup kekayaan untuk diri dan kroninya. Figur ulamak yang getol ingin duduk di kursi kekuasaan di negeri ini, menunjukkan sikap pragmatism mereka.

Baca Selengkapnya di sini..