"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Rabu, 30 November 2011

Pagi-Mu

بِسْــــــــــــــــــمَ اللّه الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Tuhan telah kuteguk aroma pagimu
Hangat surya, kelopak membinar
Kubasuh diri yang lusuh
Kupetik fatwa dari kicau burung

Semilir angin balut wajah sayu
Akupungut waktu yang bisu
Dalam mihrab tebus berseru
Tuhan, ampuni hamba-mu

Tuhan, beri aku kesanggupan
Sanggup menghadapi kenyataan
Sanggup mengubah kecemasan
Sanggup mewujudkan semua harapan

Surabaya 1 Desember 2011 

Baca Selengkapnya di sini..

Senin, 28 November 2011

PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan pilar penting untuk mewujudkan tatan bangsa ke arah yang lebih baik. Semakin merata pertumbuhan dan perkembangan “baik” pendidikan di masyarakat atau satu bangsa, maka akan semakin baik pula kualitas masyarakatnya.

Oleh sebab itu, untuk mewujudkan pendidikan yang baik-berkualitas diperlukan satu langkah dan keseriusan dari setiap elemen bangsa khususnya pemerintah. Secara garis besar kesadaran akan pentingnya pendidikan sedikit dan pasti mulai mendapat perhatian pemerintah. Namun ada sebagian kalangan menilai perhatian pemerintah terhadap pendidikan masih setengah hati, penilaian semacam itu saya kira wajar. Akan tetapi kita pun tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak hal yang perlu diperbaiki untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang baik.

Upaya perbaikan kualitas pendidikan, seperti perbaikan sarana dan prasarana terus dilakukan oleh pemerintah. Program pemerataan  pendidikan dengan menekan biaya pendidikan “subsidi silang” sekolah geratis sudah berjalan. Namun sistem ini pun ternyata masih terjadi ke-cacat-an, berbagai penyimpangan kerap terjadi. Permainan “manipulasi data siswa” sampai pemotongan bantuan oleh instansi terkait, ada sebagian lembaga pendidikan yang masih menarik pungutan dengan lasan-alasan tertentu, sering dikeluhkan oleh masyarakat. Untuk itu harus ada sistem yang lebih baik.

Mengapa pendidikan itu dinilai penting, diibaratkan satu perangkat lunak pendidikan adalah sofwer yang bisa dikolerasikan terhadap berbagai aspek pembangunan (Ekonomi, sosial budaya) bangsa baik dalam jangka pendik dan panjang khususnya. Melalui pendidikan  pola “menset”  pikir akan terbentuk.

Adanya reword and panismen pada lembaga “institusi” pendidikan oleh lebangan atau intansi terkait akan mampu menciptakan motivasi terhadap lembaga/institusi pendidikan untuk menghasilkan aut put  yang berkualitas. Peran pemerintah dalam pemberian reword and panismend mesti terus digenjot.

Pendidik harus bisa memberikan pemahaman dan penguasaan skil yang dapat diaplikasikan di tengah masyarakat. Pendidikan yang diajarkan di sekolah mampu memberikan pemecahan terhadap persoalan di tengah masyarakat. Oleh sebab itu tugas pendidik bukan hanya sekedar menyampaikan materi di depan kelas, atau sekeder memenuhi tugas pokoknya “mengajar, tanpa bisa memberikan pendampingan secara komprehensip terhadap target dan tujuan yang hendak dicapai”

MENCIPTAKAN PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS
Setiap lembangan atau instusi pendidikan tentu memiliki strategi khusus dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Karena pendidikan yang berkualitas adalah dambaan setiap masyarakat. Dengan sistem yang baik dan pelayanan yang memuaskan akan mampu menciptakan pendidikan yang baik “berkualitas”. Ukuran dari berkualitasnya pendidikan tidak mesti dilihat dari besarnya dana yang harus dikeluarkan oleh siswa atau orang.

Kualitas pendidikan bisa dilihat dan dikur dengan kinerja pendidik untuk mewujudkankan pendidikan yang berkualitas. Kalau dengan biaya-muarah kita bisa mewujudkan pendidikan yang berkualitas mengapa tidak. Memang tentu beukan satu hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa untuk diwujudkan.

Bila sekolah “kepala sekolah” membangun kerjasam yang baik dengan para guru.
Maka untuk memudahkan harapan dan sasaran yang akan dicapai, lembaga pendidikan harus mempbuat skala prioritas. Merumuskan visi dan misi yang jelas.

Tentu suatu lembaga pendidikan memiliki mimpi, anak didiknya bisa  Harapan dan keinginan semacam mutlak diperlukan. untuk mencapai kualitas yang baik setiap instansi melakukan langkah strategi, diantaranya dengan meningkatkan kualitas pendidik dan melengkapi sarana-perasarana yang lebih representatif. Satu hal yang kita lupa adalah kita tidak pernah berfikir bagaimana menciptakan satu lingkungan yang kondusif, lingkungan yang memiliki kesadaran terhadap pendidikan.

Sebaik apa pun penerapan metode “kualitas” pendidikan, tanpa didukung lingungan yang kondusif “baik”, harapan dan keinginan itu tidak akan tercapai dan terlaksana. Oleh sebat itu saya lebih tertarik dengan penerapan pendidikan ala pesantren. Di dalam pesantren selain memberikan pendidikan formal sebagaimana pendidikan umum, pesantren juga menerapkan pola pendidikan “pengkondisian” yang terintegrasi dengan lingkungan keseharian.

Baca Selengkapnya di sini..

Rasa Itu

Dalam hela'an nafas
Kutemukan sejuk membau

Pelan-pelan kunikmati
Ada rasa hawatir
Rasa itu menyelinap
Teduh dalam kehampaan

Butir rindu jatuh dalam kesenduan
Langkah terhenti
Lapak tak lagi membuih
Usang,.. begitulah
Rasa berhaluan

Pada jalan pematang
kutarik tasbih
Jiwa bergetar
Asaku melayang


Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 27 November 2011

Larut Dalam Bisu

Ooooh malamku... terpaksa aku kembali menelanjangimu dengan sebilah asa. Meski Rindu yang kupungut tak sanggup memecah sunyi, Aku yakin langkah kan merajut menuju tepi. Deratan kisah menyulam makna. Puing-puing sembilu saling menukik dalam irama, aku asyik dalam pacuan sahdu. Ragaku melaut pada setangkup mimpi. kisah seakan tercabuli sebelum waktu... larut lah aku dalam bisu.

Sarabaya 28-11-2011

Baca Selengkapnya di sini..

Jumat, 25 November 2011

GURU

Guru adalah pelita di tengah gelap belantara.
Guru merupakan cahaya,
kelembutan dlm mentransfer ilmunya telah memuliakan peradaban di dunia.
Guru merupakan pembuka tabir,
maka tanya merupakan alat dEmi membedah kebuntuan ilmu.
Teori itu beku dan statis, namun Guru yg dinamis mampu mengkontruksi 1 yg statis menjadi dinamis.

kita tak mungkin menggalpakan keberadaannya.
Melupakan jasa-jasanya. apalagi menghanatinya.

Namun nasib guru tak juga merdeka , sebagaimana ia berkubang di negeri yang tak menganggab-nya.
kebijakan dan UU selalu melempar pada ke tidak aku-an seorang GURU.

Guru pun mencoba bersuara, namun karena penguasa lalam Ia tak pernah didengar apalagi diperhatika,.

Kata sebagian orang nasip Guru kini diperhatian "sertifkasi",
GUru dihargai dengan kertas lesu. padahal sertifikasi alat penguasa memuluskan cita-cita gelapnya.

guru pun harus tunduk, memburu helai kertas.... oh Guru.... entah kapan nasip tulus bersanding memangku-mu.

Malang 2011

Baca Selengkapnya di sini..

PERJALANAN PART III (selesai) KULIAH SINGKAT


10-15 m, Setelah menyembrang sungai kami baru sampai di rumah bapak syafi’i. Sebelumnya kami sempat salah jalan, dan akhirnya fahruddin yang pernah sampai ingat kalau salah jalan. Rumah Syafi’I terlihat sepi. Sebuah sepeda motor nampak terparkir di depan garasi “parkir” Mobil.

Kami coba mengintip dari balik pintu di luar, apakah di dalam ada orang. Benar, dari balik pintu yang terhalang tirai berwarna ping, kami melihat sesosok laki-laki berbadan kekar tengah duduk bermain dengan seorang anak laki-laki. Mungkin itu yang disebut pak Syafi’I, lagi bermain dengan anaknya, dan seperti memang ia, karena Sabtu sebelumnya saya melihat sosok ini.

Kami ketok pintu, dan memangil-mangil salam. Laki-kali di dalam rumah yang sedang bermain dengan anaknya berdiri menuju pintu. Dari luar pintu kami melihat sesok wanita dengan memaki baju panjang melintas menuju salah satu ruangan.

“Assalamualaikum…”

“walaikumsalam….”
“Ayo masuk”! Tanyanya pada kami.
“tapi tempatnya begiya… soalnya ini sekil baru aja mengaacak-acak isi rumah jadi begi” tegasnya lagi.
“Oya ngak apa-apa, kita cuma silaturrahim sambil mau lihat kindisi bapak, ‘katanya kemarin masuk rumah sakit-oprasi’” tegas fahruddin.

Kemudian kami membantu menggelar karpet yang terbuat dari bahan benag berwana agak colak dengan motif abu-abu. Kemudian lelaki ini menayakan nama saya. Dan kami berkenalan.
“Ini yang ikut kemarin ke jombang”. Tanya bapak syafi’I pada teman saya.

“tidak pak, kemarin Cuma bertemu di KFC, tapi tidak ikut” ungkap saya.

Fahruddin mengambil sebuah bingkisan yang awal-nya diletakkan di sebuah sofa samping pintu. “Ini ada titipan dari istri, kalau dibilang buat yang sakit takutnya yang sakit ngak mau, jadi buat yang mau aja” tegasnya sambil menyerahkan pada bapak Syafi’i.

“kok repot-repot segala”

Perbincangan terus berlangsung. Bahkan setelah beberapa lama berbincang-bincang, pak syafi’I menegaskan bahwa dia memang tidak memberi tahu sia-siapa soal penyakit “saat oprasi”. “sitri saya saja tidak tahu kalau saya oprasi” bagi bapak syafi’I kalau kabar yang kurang baik tidak perlu dibarkan pada orang banyak. “kalau kabar sakit itu, bukan kabar baik” ungkapnya sabil tertawa kecil.

Kenapa saya tidak mau memberi tahukan soal sakit saya. Saya masih teroma dengan kejadian beberapa tahun yang lalu dimana waktu itu saya pernah masuk rumah sakit istri panik, dia telpon bapak dan ibu, semua jadi panik. Pada hal yang sakit Cuma saya, dan penyakitmya bisa dikatakan biasa.

Iya saya sengaja bulang sama orang yang mengantarkan saya untuk tidak bilang apa-apa tentang saya. “awas ya, jangan kamu bilang siapa-siapa kalau saya masuk rumah sakit, ini Cuma sakit biasa”. Dia menceritakan percapakannya dengan teman yang mengawalnya saat itu.

Walau masih dalam keadaan yang tidak fit, bapak syafi’I termasuk orang yang kuat poa’ka. Seakan sakitnya tak mampu mengalahkan semangat hidupnya untuk berbagi pengalaman hidup. Dia menyinggung bahwa gejala sakitnya sudah terasa waktu sabtu kemarin sebelum soan ke jombang, saat itu dia tidak menyangka akan menyetir sendiri, tapi karena teman-temannya meminta dia yang bawa mobil, mau tidak mau dia harus menyetir sendiri. “yaudah … saya bismillah aja… ngak bakal ada apa-apa”.

Gejala awal yang dirasakan, dianggap sebagai hal yang biasa. Mungkin masuk angin karena menyetir. Dia pun meminum obat masuk angin. Bahkan dia juga minta pijet, namun rasa sakit di perut sebelah kanannya tetap tidak juga hinlang. Dia hanya heran, kok bisa.

Dalam hidup kita harus bisa menjadi orang ikhalas. Jadi orang tua dari anak-anak juga begitu. Kita harus konsekwen terhadap pilihan dan keputusan. Jangan sekali-kali mengeluh, atau menuntut hal yang berlebihan pada anak. Biarkan seorang anak berperoses sebagaimana keadaan saat ini. Tugas orang tua memberikan penguatan mental dan spritual keagamaan.

Kita mesti membuka ruang dialog dengan anak. Jangan sampai kita menopoli dalam hal sikap, apa lagi sampai diktator pada anak. Jadikanlah anak sebagai patner, teman. Saya selalu memberikan ruang khusus buat anak, artinya apa pun permintaan anak selalu saya turuti asalkan dia mampu memberikan alasan logis terhadapa apa yang dia minta. Dan saya bersikap sebaliknya….. jika anak tidak bisa memberikan alasan logis, maka anak harus mau mengikuti anjuran orang tua.

Contoh “anak saya pingin sekolah A… dengan alasan banyak temanya yang masuk pada sekolah itu. Itu alasanmu, kira-kira kamu akan bersama mereka untuk beberapa lama. Dia tidak bisa memberikan satu alasan logis, saya bilang “kamu lebih baik masuk sekolah ini.. dengan pertimbangan begini…., kamu tidak usa khawatir masalh kebutuhan kamu ayah yang nanggung yang penting kamu sekolah di situ, jangan kamu takut tidak lulus, masuk kelas apa.. ayah tidak mau tahu… kamu dak pulang dak naik kelas … dan di situ terus ngak maslah yang penting kamu sekolah.
Anak anak saya yang kedua, dia masu sekolah B… alasannya kuat ya saya turuti….

Namun menurutnya kita harus konsekwen dalam artian ketika anak ikut opsi orang tua, orang tua pun harus bisa memenuhi segala apa yang diminta “dalam hal kebutuhan”. Pernah dia akan mengikuti kegiatan di sekolahnya, dan dia butus sepatu dengan spisifikasi tertentu dan harus sampai keesokan harinya, saya sebagai oran tua harus sabar dan memenuhi apa yang dipintanya.

Cata-tan. “Apa yang disampaikan pada saat sungguh sangat menyentuh, semua yang dijabarkan terpotret dalam kehidupan saya. Namun sisi-nya yang berbeda. Dalam hal ini saya sangat setuju… bahwa pendidikan sangatlah berpengaruh dalam membangun rumah tangga, lebih-lebih saat kita dianugrahi sebuah ti-tipan “anak”.

Baca Selengkapnya di sini..

Kamis, 24 November 2011

PERJALANAN PART II

Selesai berbincang-bincang, kami segera persiapan berangkat. Namun kami tidak bisa langsung berangkat meningalkan rumah fahruddin, karena anaknya yang masih berusia sekitar tiga tahun ingin ikut. “ayah mau kemana.., aku ikut? Anak kecil dan polos itu, duduk di atas sepeda motor dan tidak mau turun.


Semenatara anak-anak seusianya nampak asyik bermain perang-perangan, sementara yang lain bermain peta umpet. Dunia anak memang suatu hal yang menarik, mereka seperti tak berbeban apa pun. Segalanya mengalir bak air. Namun anak Fahruddin ini, tidak mau bergabung dengan teman-temannya yang lain, dia hanya berputar-putar di ampran rumahnya dengan sepeda kecilnya. Tahu ayahnya akan bepergian dia buang sepeda yang dari tadi dinaiki kemudian pindah naik ke sepeda motor yang baru saja di keluarkan oleh ayahnya.

Ayahnya mencoba membujuk putaranya agar tidak ikut dan di rumah saja, “kamu di rumah saja,  ayah mau jenguk teman ayah yang sakit” ungkap fahruddin pada anaknya, namun anaknya tetap tidak mau dan memaksa untuk bisa ikut. Memang anak seusianya lebih suka ikut bepergian orang tua. Namun kondisinya yang tidak memungkinkan.

Wajar bila ayahnya tidak membolehkan ikut. Pertama memang kondisi cuaca dan jalanan yang malam saat ikut sangat tidak cocok “mendung seperti akan turun hujan” dengan anak seusianya. Dan bila keluar berkendaraan malam-malam bisa masuk angin. Bila saya berada pada posisi Fahruddin saya juga akan mengambil sikap yang sama.

Dia mencoba menurunkan anaknya dari atas sepeda. Namun upaya untuk menurunkan tidak berhasil “dak mau, pkoknya ikut!!” tangan anak itu berpegang erat pada setir kendaraan yang di naikinya. “itu mama dak ikut, adik sama mama di rumah” mamanya masih terlihat memakai roko (menutup aurat untuk solat) mungkin baru selesai solat isyak. Dari balik daun pintu ia perhatikan anaknya yang terus menolak diturunkan dari kendaraan.

“nanti kalau adik tidur di jalan gimana, ayah ngak bisa nyetir motor” ayahnya mencoba mengajak si anak berdiskusi “membujuk” untuk tidak ikut. Kami pun membantu membujuk, “nanti aja ikutnya, ini malam tidak enak, mending adik sama mama di rumah tidur” ungakap kami secara serentak.

“Dak mau” anak yang masih belum begitu fasih berbicara itu tetap menolak untuk ditunkan dari kendaraan, dia tetap pada kehendaknya untuk ikut ayahnya,. Faruddin kemudian masuk ke dalam rumah, sesaat ke luar dia terlihat membawa bingkisan, “itu apa yaa…. ?” tanya anak kecil itu dengan spontan. “bingkisan untuk oleh-oleh, mau di kasi sama teman ayah yang sakit”.

“orang lagi sakit, kok dibawakan makanan “oleh-oleh”” (ungkap saya dalam hati) ungkapan semacam itu pernah saya dengar dari sebagian teman diskusi. Entah apakah ungkapan itu sebatas bergurau saja, atau sebagai satu pengngejawantahan terhadap kultur masyarakt yang mengakar sejak dulu. Namun sebagaimana saya pahami. Oleh-oleh “bingkisan” untuk orang yang sakit memang tak di mana-mana. Di kampung tradisi semacam itu juga berlaku bahkan lebih dominan lagi.

Saya sendiri agak heran ternyata di Kota juga ada budaya oleh-oleh “bingkisan untuk orang sakit”. “Oleh-oleh untuk orang sakit”, kalau dilogikakan memang tidak masuk akal, karena sebagaimana umumnya orang sakit ngak begitu bernafsu makan ‘jarangan mau makan-makan apa pun’. Kalau istilah orang kampung, oleh-oleh disebut sebagai alat sapat “e-panya-pa’a”


Fahruddin kemudian dengan cepat menurunkan anaknya yang mulai lupa memengang setir, anaknya sedikit berontak menolak diturunkan, namun akhirnya berhasil dan mau masuk sendiri ke dalam rumah. “oke kamu di rumah aja, sama mama. Kami berangkat dulu, Assalamualaikum…..”

Kami pun berangkat, jalanan yang tadi kami lewati masih ramai dengan anak-anak yang bermain. Seperti awal ketika kami memasuki jalan “Gang”, anak-anak yang masih lucu-lucu itu mencoba menghalang-halangi jalan, namun itu Cuma permainan, anak itu pun kepingir sambil memainkan beberapa jurus yang paling mereka sukai.

Jalanan yang semi kota ini, tak kalah dengan di kota. Laju pengendara sepeda motor memadati jalan, kami yang hendak menyembrang harus mengantri untuk beberapa saat 5-10 m. Rumah fahruddin berdekatan dengan sungai. Sementara ramau bapak Syafi’I yang hendak kami kunjungi masih di sebrang sungai. Jadi untuk sampai pada rumah bapak syafi’I dengan jarak yang cepat kita mesti melintasi sungai dengan menggunakan jasa kapal atau sampan air.

Ada yang menarik dari penyebrangan di sungai, di mana perahu yang kami tumpangi itu tidak mnggunakan mesin atau gayung seperti perahu pada umumnya. Perahu ini di kemudikan dengan cara ditarik menggunakan sabuk tali. Sabuk tali itu sudah terpasang kuat diantara masing-masing seberang. Ada pun jarak tempunya sekitar < 5 m. Sedangkan ongkos hanya ditarik Rp. 1000,.

Penyedia jasa penyembrangan sungai ini tidak hanya satu, arti masyarakat bisa memilih dan memanfaatkan semua jasa yang telah disedikan. Konon jasa penyembarangan ini dikelola oleh badan pertambangan, bukan perhubungan. Jasa perahuni ini boleh dikatakan tidak berhenti atau parkir lama-lama sebagaimana kapal besar yang menunggu penumpang. Berapa pun penumpang atau kendaraan motor yang sudah menanti langsung disebrangkan, tanpa harus antri sebagaimana angkutan umum lainnya.

Dari apa yang saya lihat saya bisa membaca bahwa, kehidupan selalu memberi kita ruang yang luas untuk bisa mengakses segala hal “rejeki”. Namun kita kerap kali tak mampu menagkap sinyal dan peluang. Yang terkedepankan dalam benak kita selalu berujung pada moda “materi”.

Pada hal Tuhan telah menganugrahkan kita dengan satu kecukupan, kitanya saja yang sering lupa dan jarang mensykuri nikmat yang telah diberikan. Pada hal jika saja kita bersyukur nikmat itu akan semakin mengalir deras, “bukankah yang demikian merupakan
Baca Selengkapnya di sini..

Selasa, 22 November 2011

Hidupku

Aku selalu kalah olehku
Aku sadar, Salahku-berlaku
Aku kesal dalam penyesalan penuh liku
Aku sedar mengulang waktu

ooo....h
Hidup yang bertualang
Badai gelap mengaburkan pandang
Ini kenyataan yang harus diterjang
Walau getir jangan lah meradang

Hari ini adalah kenyataan yang harus dijalani
bekal dan mimpi jangan sampai sunyi
barangkali besok ada yang bisa kutemui
Katakan, "kami telah menebus pahit cukup berarti"


Surabaya, 23/11/2011

Baca Selengkapnya di sini..

Sabtu, 19 November 2011

IJINKAN AKU

Tuhan, dosaku padamu tak ternilai besarnya. Aku yang bodoh dan tak pernah tahu, kapan dan dimana pijakan kaki ini berakhir, memohon ampunan-rahmat-Mu. Tuhan, ... Sebelum semuanya kutinggalkan, maka ijinkan dari sebagian hidupku ini bermanfaat bagi kedua orang tua (aku ingin bahagian mereka). sempatkan aku untuk mempersembahkan yang terbaik bagi bangsa tercinta ini. Setelah itu, biarlah aku pergi, pergi dlm keridoan-Mu.
Baca Selengkapnya di sini..

CATATAN PERJALANAN 1

“Sabtu 19 November 2011, saya berkesempatan silaturrahim pada Bapak Syafi’I, salah seorang demisioner PII di Jawatimur. Pertemuan ini menjadi satu hal istimewa bagi kami “saya khususnya””.


Surabaya, kota besar kedua setelah Jakarta ini hampir penuh dengam orang berkendaraan “motor”. Penjalan kaki nyaris tak tertemukan. Infarstruktur “jalan” yang representativ menjadikan pengguna asyik dan nayaman. Hal ini yang saya rasakan setelah beberapa hari di Surabaya, karena hampir setiap akan ke mana-mana selalu memakai kendaran.

Sabtu pagi teman saya menelpon temannya dia menayakan kabar bapak syafi’I yang sebelumnya dikabarkan masuk rumah sakit, konon karena gejala usus buntu. Teman saya yang seminggu sebelumnya bersama dia hamper tidak percaya mendengar kabar kalau Pak syafi’I kena penyakit usus buntu-harus oprasi.
“nasip manusia memang tak bias dutebak” keluh teman saya,
Memang ada apa? Tanya saya.

Kemudia teman saya bercerita “itu lo pak Syafi’I yang kita ketemu di salah satu restoran kemarin, sekarang masuk rumah sakit dan harus oprasi karena kena usus buntu”.

Ya pada tanggal 16/11/2011, saya sempat berkenal dengan orang yang dimaksud oleh teman di atas. Pada saat itu mereka akan melakukan studi banding mengenai usaha ke salah satu pesantren (Sidogiri, Jombang) di Jawatimur. Pada saat yang sama langkah studi banding ini sekaligus sebuah upaya merangkul usaha yang kini tumbuh berkembang di pesantren. Kerena mereka adalah para pengurus ICMI yang baru yang juga memiliki satu program “membentuk 1000 SAUDAGAR MUSLIM”, hal itu adalah bagain dari program kerja ICMI Jawatimur.

Usus buntu, saya tak begitu paham dengan nama penyakit tersebut. Bagaimana gejalanya, dan dampak pada si penderita saya tak tahu. Saya hanya pernah mendengar nama penyakit “usus buntu” itu dari media. Dan semoga tidak akan pernah mengalami.

“Hidup ini sudah ada yang mengatur, kita hanya bias berusaha semaksimal mungkin, bagaimana hasil nantinya itu urusa yang di atas. Dan penyakit itu disesuaikan dengan keberadaan dan kemampuan seseorang. Coba lihat orang kampung jarang terdengar istilah penyakit-penyakit yang aneh-aneh. Makanya jarang orang kampung yang sakit kemudian di bawa ke rumah sakit. Rumah sakit bukan solusi terbaik, rumah sakit bukan untuk membantu beban derita orang miskin, tapi justru menambah beban baru”. Ungakap saya agak lebar pada teman yang masih memandangi hanpon di tangannya.

“Yaallah, kita sungguh berdosa tidak pernah mau menyukuri nikmat yang tuhan berikan. Bukankah sehat itu adalah nikmat yang paling mulia. Kita kita hanya bersyukur bila mendapat gaji atau rejeki yang bersifat materi, itu pun masih sebatas lipstik “bibir” saja”.  Kembali teman saya bersuara dengan berat. Wajahya Nampak mengkerut.

Memang kita tak pernah tahu kemungkinan yang akan menimpa pada diri sendiri. Dan kita kerap lalai terhadap perintah Tuhan, sehingga Tuhan menegur kita dengan perantara sakit dll. Sehat adalah anugrah, namun anugrah sehat ini selalu terabaikan dan jarang disyukuri. Untuk mengetahui terang itu indah, kita harus tahu saat yang gelap itu bagaimana. Maka begitupun dengan keberadaan kita, Tuhan memberikan salah satu penyakitnya biar ummat sadar ternyata sehat itu adalah nikmat yang luarbiasa.

Sorehrinya sekitar Pukul 15 wib, teman saya menghubungi salah satu temannya. Dia menanyakan keberadaan Bapak Syafi’I, dari pembicaraan dapat saya tangkap, ternya yang sakit sudah pulang dari rumah sakit dan paginya sudah bias masuk kantor. “berarti sekarang beliaunya sudah ada di rumah” tegas teman saya pada temanya lewat hp-nya.
Awalnya kami hendak menjenguk ke rumah sakit. Namun ternyata orang yang kami jenguk sudah pulang dan sudah bisa masuk kantor. Namun kabar itu tidak mematahkan niat kami untuk tetap soan ke bapak syafi’i. kami bersepakat untuk silaturrahim “menjenguk” ke rumahnya.

Sauna di kantor masih terlihat sibuk, dan kelihatannya akan lembur lagi, seperti pada malam-malam sebelumnya. Maklum mereka sedang menggarap sebuah proyek pristisiu yaitu sebuah ruko “GRAND AHMAD YANI PARK” yang akan di bangun di dekat taman Pelangi di Surabaya, salah satu akses yang strategis. Proyek ini di tangani di bawah PT. PILARMAS DIADASA, konon pembelanjaanya di atas lima miliar.

Selesai solat Isyak kami ke luar meningalkan kantor. Suasan Nampak cerah dengan sedikit mendung. Kami langsung meluncur kea rah barat menuju salah seorang teman yang tahu rumah Bapak Syafi’I, karena walau teman saya akrap dengan beliaunya belum pernah sampai ke rumahnya. Sekitar perjalan 15-20 menit kami sampai di rumah teman yang tahu rumah pak Syafi’i.

Kami memasuki sebuah genga kecil. Konon ngang ini disebut NG (Nyebrang Sungai). Ngang menuju rumah Fuad ini ramai dengan anak-anak kecil. Sekitar 5 m dari ngang masuk ada sebuah tulisan “pelan-pelan karena banyak anak kecil yang berbain”. Ya.. saat ini saya melihat anak-anak tengah bermain sepak bola. Kendaraan kami perlambat. Ada sikitar delapan anak asyik berpain bola, sebagian yang lain Nampak bermain peta umpat. Sebagian menghadang kami sambil bergaya seperti pendekar. Kami sapa anak-anak itu dengan penuh hangat, kemudian mereka minggir kesamping. Sebantar kami pun sampai di rumah Fuad. Ternyata rumah pak syafi’I sudah dekat “nyembarng sungai ini langsung rumah pak syafi’I” ungkap teman yang baru saya jumpai ini. 
Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 13 November 2011

- Doa untuk Putraku -

Tuhanku...

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hatidalam kemenangan.
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku...
Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.


Biarkan puteraku belajar untuktetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.
Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya...

Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku...
Berilah ia kerendahan hati...
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia."

(oleh Jenderal Douglas McArthur)


Baca Selengkapnya di sini..

JEJAK

Maka baris kembali ternoda
Jejak menyudahi langkah
Aku tak tahu, yang aku tahu
Semua menjadi semu

Ayat terpenggal di sudut lamunan
Diri yang hanif, menjejal tafsir
Membuka mata
Kemudian berlalu

Aku beringsut dari lamunan
Apa yang bisa aku pahami
Masih adakah sisa sexum
Hingga waktu ini bisa kumengerti
Baca Selengkapnya di sini..

Sabtu, 12 November 2011

KEBEBASAN

Bait itu tersusun dari potogan kisah. selaksa kasih menyertai deret dan baris, ada luka yg menyayat. keegoisan sang tuan telah mamasung kepaknya. "kau berhasil merampas kebebsannya dalam ruang kau buat sendiri", tapi satu yang tak pernah kau bisa, yaitu memenjara kebebasan pemikiran dn jiwanya.
Baca Selengkapnya di sini..

Jumat, 11 November 2011

MASIH KAH

Apkah kau masih selembut dahulu. Saat aku ad di pangkuanmu kau belai aku. apakah kau masih ingat ketika aku dekap kamu dalam pelukku, saat itu aku belai rambutmu. kau pasrahkan segalanya bagiku. Dunia hadirkan makna terdalam, kemudian aku cumbui kamu, kau pun membalasx.

Baca Selengkapnya di sini..