"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Jumat, 05 April 2013

RENCANA ALLAH ITU SUNGGUH INDAH

Saat kita tak mampu meraih apa yang diimpikan setiap itu pula orang terdekat keluarga teman bilang, bertawakkalah. Dan yakinlah bahwa rencana Tuhan atas kehidupan ini pasti yang terbaik. Dan kita seakan terkondisikan oleh kesaktian dari kata-kata mistis religius itu. Ketiak kita tak bisa merealisasikan harapan atau kecewa oleh satu hal, maka yang terbesit "mungkin ini belum waktunya, Tuhan berkenhendak lain atas Aku".

Kata-kata Tuhan dan penyerahan hidup atas kehendak Tuhan memang satu cara yang agung, (Jalan sufi). Tapi benarkah apa yang kita jalani dan capai hari ini, kegagalan dan kesuksekan itu lantaran Tuhan. Kalau ia kenapa hanya pada saat kita dalam gagal. Kenapa saat kita diberi kemuliyaan atau sedikit keberuntungan sering lupa pada peran Tuhan atas hidup ini. Dan mengapa di saat kita kalah dalah satu usaha/ikhtiar kemudian mengembalikan semua bahwa ini sudah ketentuan Tuhan, adilkah.

Pernahkah kita mengukur dimana batas mampu dan dimana saat campur tangan tuhan ada atas kita. Hal ini yang masih penulis tak bisa membedakan. Dalam banyak aliran dan paham, ada perbedaan pandang soal campur tangan Tuhan atas hidup manusia, ada yang mengatakan Tuhan telah memberikan jalan kemuliaan dan manusia bebes menentukan pilihan apakah menjadi baik atau sebaliknya.

Kemudian yang menjadi pertanyaan apakah saat kita berkehendak pada yang tidak baik, Tuhan tak ikut andil?. Kalau kita melakukan konsensus tentang harapan akan kebaikan semua pasti akan mengatakan dan berharap hal yang baik atas kehidupannya. Akan tetapi baik dalam rumusan manusia sering berbeda satu dengan yang lain. Dan kecendrungan si manusia yang saling memaksakan menimbulkan perpecahan dan konflik dikemudian hari.

Kita harus mengembalikan keadaan ini pada titik sebagaimana Tuhan kehendaki. Pertama kita kenali siapa kita. Kita di sini bukan hanya susunan fisik saja, kita yang dimaksud adalah subtansi sebagai manusia, mengapa mengetahui subtansi sebagai manusia itu penting. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi (SAW) yang terkenal berbunyi "Dia yang mengenal dirinya, mengenal Allah.".

Apa hubungan mengetahui manusia secara subtansi dengan ketentuan Tuhan atas kita. Pertama, ketika kita mengetahui kita sebagai manusi dengan segala kelemehannya, barulah kita memiliki kebersadaran bahwa ada kekuatan diluar diri kita yaitu Tuhan. Apakah kemudian kita berhenti pada kepasrahan pada Tuhan saja. Tentu kita harus tetap berupaya sebagaimana diannjurkan oleh-Nya. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11.

Hadits itu menjadi pondasi kehidupan menuju kebenaran yang haqi-qi. Artinya anjuran pertama bagi manusia ialah mengenal dirinya baru Tuhannya. Hal ini senada dengan Wahyu yang turun pertama kali "Iqro'" baru "Bismikallah". Artinya realitas itu dulu yang harus kita nekali baru dari realitas itu kita bertanya kenapa itu ada dan siapa yang mengadakan dan itu untuk apa?

Oleh sebab itu dalam ini kita sebagai manusia harus bergerak aktif, namun pergerakan itu harus tetap sesuai dengan kaidah ketuhanan, dan sebaik-baik keadaan ialah menyikapi keadaan itu dengan kesabaran dan takwa. Dan pada akhirnya ketuntuan Tuhan itulah tetaplah yang terbaik atas dan bagi kita.


Baca Selengkapnya di sini..