"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Selasa, 16 Juli 2013

CERITA SUKSES MANTAN BUPATI (Refleksi Pada Acara Buka Bersama Mohammad Faried (Mantan Bupati Lamongan))

Surabaya,13/07/2013,Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Orwil Jawa Timur, kembali mengadakan Buka Puasa Bersama (BPB). Tuan rumah pada acara BPB di minggu pertama ini adalah Mohammad Faried mantan Bupati Lamongan, sekaligaus Dewan Penasehat ICMI Orwil Jawa Timur Priode 2010-2015. Bila buka puasa tahun yang lalu dilaksanakan di rumah, buka puasa kali ini dilaksanakan di Kantor MohammadFaried. Tepatnya Kantor Tourindo Jl. Jemur Andayani no 3 Surabya.

Buka puasa bersama dengan Dewan senior ini merukan agenda rutin yang biasa dilaksanakan 2-3 kali setiap tahunnya saat puasa. Agenda ini sekaligus sebagai upaya mempererat jalinan silurrohim diantara dan sesame pengurus. Sebagaimana disampaikan oleh Ketua ICMI Ismail Nachu, selain sebagai silaturrohim sekaligus untuk menyampaikan beberapa agenda yang telah dilakukan dan sedang dilakukanpleh ICMI.

Menurut Ismail Nachu ICMI sebagai wadah cendekia harus mampu memberikan kontribusi dan wawasan baru terhadap ummat. Maka kaitannya dengan agenda Jawa Timur yang akan mengadakan pesta rakyat ICMI pun, mengagas roadmap pembanguan Jawa Timur dalam lima tahun ke depan, yang meliputi pendidikan, keagamaan, perekonomian,lingkugan hidup dan masalah social seperti penanggulangan PSK, yang nantinya diwujudkan dalam bentuk buku putih Jawa Timur.

Buku putih Jawa Timur ini kini sudah pada tahap perampungan, setelah selesai akan diberikan kepada Gubenur terpilih untuk bisa dilaksanakan. “Sebagaimana organisasi ICMI tidak boleh berpolitik praktis, dan pembuatan buku putih JawaTimur tidak bertujuan untuk dukung-mendung calon kandidat, ICMI tidak berkepentingan terhadap politik praktis”. Ungkap Ismail Nachu.

Selain merancang buku putih, ICMI tetap konsen pada program unggulan yaitu menumbuhkan10.000 suagar muslim di Jawa Timur. Untuk mewujudkan program itu ICMI pun menggalakkan berbagai kegiatan, seperti pelatihan dan kerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan, seperti Perguruan Tinggi (PT) dan Pesantren. Untuk mendukung progampenumbuhan saudagar muslim ICMI menjalin kerjasama dengan perguruan tinggaseperti IAIN, UNESA, ITS, P. Tebuireng, dan P. Sidogiri dll.

Sedang dalam memperlancar komonikasi dan sosialiasi program dan kegiatan yang dilukanoleh ICMI, ICMI memanfaatkan kemajuan teknologi. Menurut Samsul Hadi, pemanfaatan teknologi ini merupakan sarana yang efektif di tengah kepadatan dan kesibukan masing-masing pengurus. Saat ini ICMI memanfaatkan Mailing List, FB, Twitter, BBM dan Web sebagai sara komonikasi dan sosialisasi kegiatan. Untuk menyukseskan kegiatan dan agenda ICMI, ICMI terbuka dan menerima masukan dari berbagai pihak. Sebagaimana diusulkan oleh Rektor UNESA kepda Samsul Hadi,“pengembangan ummat dapat dilakukan dengan mengoptimalkan setiap potensi yang ada di intern pengurus ICMI” katanya.

Selainitu menurut Samsul Hadi ICMI senantiasa memanfaatkan kehadiran pengurus pusatguna memberikan stimulus dan motivasi terhadap agenda dan kegiatan yang dilakukan oleh ICMI. Semisal kehadiran Ibu Marwah Daut Ibrahim ketua Presidium Pusat. Dan minggu ini (Sabtu 20/07/213) Sandiaga Salahudin Uno akan hadir ke Jawa Timur, maka diharapkan kehadirannya bisa dimanfaatkan untuk mensernigikan agenda dan program yang dilakukan dan akan dilakukan ICMI Orwil Jatim.

Menimba Pengalaman Dari Mantan Bupati Lamongan (Mohammad Faried)
Dalam sambutannya Mohammad Faried, yang juga mantan Bupati Lamongan ini menyampaikan terimakasih atas kehadiran para pengurus di acara buka bersama. “Alhamdulillah di puasa yang ke 4 ini, merupakan nikmat dan kebangaan bagi saya bisa berbukadengan bapak dan ibu sekalian” ungkapnya.

Mantan Bupati Lamongan ini kemudian berbagi cerita kesuksesannya saat memimpin Lamongan kepada semua undangan yang hadir. Menurut Faried kesuksesan memimpin Lamongan diinspirasikan dari B.J. Habibie  ketua ICMI pertama sekaligus mantan PresidenRI ke 3. Undagan yang hadir awal mendapat bingkisan buku yang langsung ditulis Faried dari pengalamannya.

Dalam kesempatan itu Faried menyampaikan bahwa buku yang dibagikan kepada undangan yang hadir permata merupakan cata-tan harian semenjak dan bagaimana dia membangun Lamogan yang dulunya tidak diperhatikan kemudian menjadi perhatian nasional. Menurut Faried salah satu cara untuk menarik perhatian ialah dengan membuat isu nasional.

Padatahun 1962, saat itu penduduk + 100 juta, dan 2% adalah Cina. Muncul pertanyaan kenapa yang 2% ini mampu menguasai dihampir perekonomian nasional. Maka Faried  saat itu sebagai Bupati Lamongan mengembangkan ide. Ide muncul saat melihat sebuah lukisan di kantor B.J.Habibie, “lukisan ini bila dilihat rakyat akan menyembah-nyembah” Sambil menarik tangan B.J. Habibie kemudian menceritakan keadaan di Lamongan. Melalui cerita dan kesan singkat itu B.J. Habibie  pun datang ke Lamonga.

Kedatangan B.J. Habibie  di Lamongan tidak disiasiakan. Saat itu juga dibuatkan peta kawasan industri. Menurut Faried yang membuat kawasan industry di Lamongan adalah B.J. Habibie sendiri. Sejak kedatangan B.J.Habibie Lamongan menjadi isu/perhatian Nasional “Lamongan dulu sangat tertinggal, pendidikan sangat rendah” katanya.  Namun dengan ide dan trobosan yang dilakukan oleh Faried Lamongan banyak kemajuan.

PersahabatanDengan Mucikari
Lamongan tidak lepas dengan dunia gelap, seperti prostitusi. Di sini ada pengalaman menarik dari seorang Faried  sebagai Kepala Daerah. Saat itu mucikari di Lamongan yang teman Faried memiliki kompleks lokalisasi sekitar 2 hektar yang di atasnya berdiri bangunan sekita 112 rumah, dengan jumlah PSK + 400 orang. Kecakapan bergaul dengan berbagai lapisan menjadi salah satu kelebihan dari Faried hal itu tak lepas dari pengalaman menjadi aktivis dan wartawan, maka saat dia menjadi orang nomor satu di Lamongan ia tetap menjalin komonikasi yang baik dengan siapa pun termasuk dengan para Mucikari. Namun persabatannya itu bukan bertujuan bisnis atau bermaksud melindungi si Mucikari.

Cerita Faried, pada satu hari terjadi kasus kematian di kompleks mucikari temannya itu. Kematian salah satu pelanggan di kompleks itu pun diangkat menjadi isu nasional dengan isu penyakit mematikan (HIV). Berita kematian dan penyakit menular cukup member efek jera kepada pengunjung. Sebagai kepala Daerah Faried dengan mengandeng keamanan dan Dinas kesehatan menerapkan kewajiban bagi semua PSK untuk melakukan pemeriksaan dan meninggalkan KTP, kemudian membekukan aktivitas di komplesk eks PSK, yang dituangkan dalam peraturan.

Caraitu ternyata efektif. Namun muncul persoalan dan tuntutan dari mucikari untukmencabut peraturan, karena dengan adanya peraturan yang dikeluarkan pemerintah membuat para PSK tidak memperolah nafkah. Inti dari tuntutan itu para mucikari minta bantuan, maka diberikanlah beras untuk sejumlah PSK. Tidak berhenti disitu para mucikari dan PSK itu pun bilang “kami tidak hanya butuh makan, kami juga butuh oprasional seperti membayar listrik dll” tiru Faried. Untuk permintaan kedua itu Faried, tidak bisa memberikan karena keterbatasan alokasi dana dan pertimbangan lain.

Maka 23 germo datang lagi ke Faried bermaksud menjual lokalisasi dengan luas 2 hektar dengan harga 200 juta. Para germo itu bermaksud menutup lokalisasi dengan menjualnya ke pemerintah. Faried pun berkoordinasi dengan DPR soal pembelian tanah milik para PSK itu, diadakanlah  rapat untuk menyetujui pembelian lahan milikpara mucikari itu. Menurutnya harga 200 juta, yang dipatok oleh para mucikari murah, dari pada akibat bila lokalisasi itu tetap dibiarkan beroprasi justru akan menjadi sarang penyebaran penyakit yang mematikan dan pada akhirnya berdampak pada beban APBD, membelinya merupakan opsi yang paling efektif. 

Singkatnya DPR dan Daerah sepakat membeli tanah yang hendak dijual oleh para mucikari itu, ketika akan melakukan pembayaran tanah yang dibeli dari mucikari, Faried meminta pada semua mucikari untuk tidak membuka lokalisasi di tempat lain.“haram bila uang ini kemudian dibuat untuk membuka lahan di tempat lain” ungkap Faried.

Saat-saat penutupan lokalisasi terjadi tarik menarik siapa yang akan menutup lokalisasi itu secara resmi. Para mucikari meminta Faried untuk menutup secara resmi. Permintaan itu didasarkan pada beberapa ancaman yang diterima oleh para mucikari yang tidak suka lokalisai itu ditutup, ancaman itu berupa gertakan sampai pada hal yang berbau mistis. Namun dengan kelihaian komonikasi sang Bupati saat itu tepat pada tahun 1993 Prasasti menutupan ditandatangi sendiri oleh pada germo.

Memanfaatkan Ketenaran Da’i Kondang (K.H. Zainuddin Mz.)
Dengan mimik yang merendah Faried menceritakan saat ketemu dan bermaksud mengundang Da’i Kondang (K.H. Zainuddin Mz.) untuk memberikan pencerahan agama di Lamongan. “Pak, Semua warga Lamongan sangat tersentuh mendengar ceramah-ceramah K.H. Zainuddin MZ melalui rekaman dan radio. Namun ummat di Lamongan belum pernah melihat dan mendengar langsung cermah dari Bapak. Maka dengan ini saya meminta bapak untuk hadir memberikan siraman rohani, ini saya tinggalkan dua amplop satu transpot dan satu ini untuk ummat.

Singkat cerita K.H. Zainuddin Mz berkenan hadir dan memberikan ceramah. Maka ketika hadir di alun-alun Lamungan K.H. Zainuddin Mz mengajak ummat untuk bersedekah dengan amplop yang di bekalkan itu “semua ingin masuk surga,,,? Ingi……iiin,Kalau begitu mari kita berinfak, K.H. Zainuddin Mz mengeluarkan isi amplom yang kemudian diberikan pada sorban yang dijalankan” tiru Faried. Semua berlomba untuk berinfak. Maka saat itu menurut Faried muncul Badan Amil Zakat Nasional(BAZNAS).

“Upayakan sesuatu yang tidak terlihat itu perhatian nasional” Ungkap Faried.

MemantapkanKeimanan (Ust. Muhammad Taufiq AB)
Di bagain sesi akhir, para undangan mendapat tambahan pencerahan dari dewan pakar ICMI Ust.Muhammad Taufiq AB. Ust. yang mahir berbahasa Arab dan Ingris ini memberikansatu pandangan soal keimanan ummat muslim khususnya para pemimpin yang masih kalah oleh berbagai kemegahan dan rayuan keduniawian. Menurut Lelaki keturunan Arab ini, banyak pemimpin muslim yang tidak berpihak pada Islam. Dia kemudian mengapresiasi langkah yang dilakukan mantan bupati Lamongan selama kepemimpinannya yang banyak memberikan perubahan dan pencerahan. “Harusnya ummat islam (pemimpin) bisa seperti dia” katanya.

“Dibutuhkan pejuang-pejuang Islam yang berani dan peduli islam” Ungkapnya. Saat ini menurut penilaian Ust. Muhammad Taufiq AB, banyak dari ummat Islam sendiri yang tidak begitu yakin pada islam dan janji-janji Allah, sehingga kualitas ketaqwaanpada-Nya setengah-setengah. Lemahnya iman ummat isalam salah satunya dikarenakan pemahaman terhadap sejarah islam lemah.

Padahal menurut Ust. Muhammad Taufiq AB  keimanandan ketaqwaan merupakan kunci  sukses.Jika seorang muslim benar-benar taqwa dijamin sukses. Kualitas ketaqwaan danyakinan kita terhadap janji Allah (islam) harus senantiasa ditumbuhkan.

Dia mengungkapkan kekagumannya terhadap Turki yang sangat sekuler, melalui Fethullah Gulen yang terinspirasi oleh Rasullah mampu memberikan nuansa dan perubahan berwawasan isalam. Dia yakin bahwa Islam adalah sebaik-baik kelompok. Ust. Muhammad Taufiq AB  mencontohkan bagaimana Al-fateh berhasil membangun benteng dalam waktu 6 bulan, dan menaklukkan Konstantinopel, menurutnya inspirasi kemenangan dari Al-fateh semua itu karena nilai keyakinan dan ketaqwanaan  pada Allah benar-benar Total.


SedekahMerupakan Bukti Keislaman
Dulu Nabi Muhammad mengumpulkan para sahabatnya untuk menggalang dana. Diantara sahabat berlomba-lomba memberikan harta kekayaannya untuk perjuangan ummat islam. Umar membawa buntelan uang untuk diberikan kepada Rasul. Begitu pun Abu bakar Assidik, dia membawa semua hartanya untuk disumbangkan, saat Nabi bertanya apa yang kau sisakan dari kekayaanmu ya Abu Bakar, kemudian Abu Bakar menjawab, “Cukuplah Allah dan Rasullah, sebagai kepunyaan hambba” Jawab Abu Bakar.

Meski pun Abu Bakar menginfakkan semua hartanya tidak berarti dia kemudian menjadi miskin malah dia menjadi kaya raya. Sebagaimana janji Allah bahwa bila hamba itu menolong-Ku maka Aku tundukkan semua yang ada di bumi baginya. Aku lapangkan rezikinya dan Aku ganti dari tiap-tiap pintu yang tidak disangka-sangka.

Jarang ummat muslim memiliki keimanan dan keyakinan akan janji Allah itu, sebagaimana dicontohkan oleh sahabat Nabi. Contoh ketika kita bertemu dengan pengemis pasti yang dicari adalah uang recehan, jarang orang yang memberikan uangnya pada pengemis yang warna merah (100.000) atau yang biru (50.000). Kemudian Ust.Muhammad Taufiq AB menceritakan bagaimana pengalamannya saat akan memberikan uang pada pengemis, di mana saat itu tidak ada uang kecil. Di dompetanya saat itu yang ada hanya pecahan 50.000,00 dan 100.000,00 an.

“Saya membuka dompet isinya hanya dua pecahan itu” katanya. Kemudian dia berdialog dengan perasaannya sendiri. Masak tidak bisa memberikan uang ini, dengan membaca bismillah kemudian uang lima puhan tadi ia lipat-lipat menjadi beberapa lipat sehingga membentuk lipatan kecil kemudian diberikan kepada si pengemis.“pengemis terkejut, barang kali belum pernah menerima sejumlah uang dengan sebesar itu, barang kali itu malaikat yang dikirimkan oleh Allah” cerita Ust. yang mahir bahasa Arab dan Ingris sambil tersenyum.
Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 14 Juli 2013

MENJAGA SEMANGAT AWAL PUASA

Sebelum pemerintah menetapakan jatuhnya awal puasa, Muhammadiyah sudah menetapkan puasa lebih awal dari pemerintah. Tentu saja penetapan awal puasa  oleh Muhammadiyah yang dilansir di media membuat sebagain ummat bigung. Kemudian muncul satu dikotomi lawas, “NU dan Muhammadiyah mana pernah sama dalam menetapkan awal puasa”. Terlepas dariperbedaan dan persaingan pengaruh ditingkatan elit organisasi, kita semua dan ummat berharap nantinya Muhammadiyah, NU dan Pemerintah bisa duduk bersama, kemudian menyamakan metode dan presepsi terkait awal puasa. Semua ini demi ummat. bukan organisasi.  
 
Untunglah masyarakat muslim di Indonesia sudah ada kemajuan, hal itu ditunjukkan masyarakat dengan  keterbukaan mereka, mereka menerima perbedaan dalam penetapan awal puasa sebagai sebuah hal yang lumrah. Namun bila kita melihat pada ketegangan di puncak instusi dan organisasi di sana terjadi perang opini dan saling serang menyerang. Tentu saja cara dan sikap yang ditontonkan para tokoh itu keluar dari semangat yang saling mencerahkan. Tentu kita mempertanyakan sikap mereka itu, bukankankah harusnya tokoh-tokoh itu memberi teladan yang baik. 

Baiklah. Bagaimanpun kita tidak boleh larut oleh perang opini. Sekarang kita sama-sama melaksanakan puasa. Dan ini perlu kita syukuri bersama. 

Alhamdulillah, dii bulan dilipatgandakannya setiap amal ini kita diberi kekuatan, kemudahan dalam menjalankan dan melaksanakan ibadah puasa dan ibadah lainnya. Kita patut bersykur kepada Allah karena kita dipertemukan kembali dengan bulan yang dimuliakan, bulan untuk berladang amal. Bila bulan ramadhan sebelumnya,keluarga, teman, tetangga lengkap mungkin di tahun ini berbeda, mungkin sebagian diantara mereka telah dipanggil Allah.

Hal yang sama dari bulan ramadhan tahun kemarin dan sekarang adalah semangat dalam melaksanakan ibadah, khususnya saat masuk awal puasa. Bila sebelum puasa kita berat melangkat ke masjid, dengan datangnya puasa Masjid dan Surau hampir tidak muat menampung jema’ah. Sungguh semangat ramadhan diawal sangat luarbiasa. Semua tumpah ruah ke masjid. 

Laki-laki perempuan, orang tua dan anak-anak semua pada datang ke masjid. Wajah-wajah kecerian terpancar dari senyum dan pakaian yang dikenakan oleh mereka. Bulan ramadhan memberi sepirit ibadah yang baru, semangat berjema’ah yang jarang terjadi di bulan-bulan yang lain, bulan puasa seperti menciptakan tradisi dan dunia baru. 

Bulan yang penuh barokah ini benar-benar mampu mengkondisi kita untuk kembali kepada hakekat diciptakannya manusia, yaitu sebagai hamba. Menyembah kepada Allah. Masjid dan Surau padat dengan kegiatan keagamaan dan ceramah rohani. Semua ummat islam tengah antusias untuk melaksanakan ibadah dan kebaikan lainnya. Berkah ramadhan memampukan kita dalam menjalankan sholat isyak dan taraweh dengan berjemaah. 

Makasyukur di sini harus benar-benar menjadi pilar kekuatan. Sebagai instrument keberimanan yang total dan subtansial. Harusnya rutinitas dan keberimanan ini kitajaga dan senantiasa ditumbuhkan. Kesadaran dalam keberimanan harus dibumikan melalui sikap dan tindakan. Sebagaimana Allah mengingatkan kita melalui sabda-Nya, 

"Haiorang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkanatas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqoroh 183). 

Imanlah yang memanggil dan mendorong kita melaksanakan ibadah dan berpuasa. Dan imanlah yang membuka rasa tanggungjawab untuk mengakui dan melaksanakan kewajiban puasa. Dan tujuan dari keberiman dan melaksanakan kewajiban puasa adalah supaya kita bertaqwa, sebagaimana Allah inginkan dari hamba-hamnya yang beriman.  

Selain kita menyaksikan antusiasme ummat muslim dalam melaksankan ibadah puasa dan solat, kita juga melihat sebagian ummat yang terpaksa menanggalkan puasa dan tak bisa solat isyak dan tarawih lantaran desakan ekonomi. Jangan kemudian kita mengatakan orang yang tidak berpuasa itu sebagai orang lemah dan tak taat agama. Mereka belum menyempurnakan agama lantaran satu hal iya. 

Tidak elok membasah mereka (yang belum berpuasa) yang karena satu hal, sebab kita sendiri tidak bisa mengukur dan berasumsi dari apa yang kita lihat, sebab apayang kita lihat bisa saja itu berupa sebentuk ujian pada kita yang sedang melaksanakan puasa. Dan di sinilah harusnya puasa bisa mengontrol kita dari hal-hal yang sekiranya hanya mengurangi kekhusyukan dalam menjalankan puasa. 

Kita fokus saja sebagaimana tema di atas, menjaga semangati awal puasa. Di awal puasa semangat dalam menjalakann ibadah dapat dilihat dari jumlah ummat muslim yang datang ke Masjid atau Surau. Namun sayangnya itu hanya terjadi saat awal puasa. Mengapa semangat beribadah di awal puasa ini tidak bisa kita jaga dan pertahankan. Apakah ini ada kaitannya dengan mutu dan keberimanan kita. Atau adakah alasan lain sehingga Allah membernarkan alasan kita. 

Mengaca pada pengalaman sebelumnya, stelah 10 hari puasa ke atas bisanya jema’ah dan semangat beribadah mulai menyusut. Sedangkan prilaku dan konsumisi semakin meningkat. Kebiasaan menjelang akhir puasanya bisanya disibukkan dengan gaya hidup, pakaian, menyiapkan sajian dan makan menjelang lebaran dll. 

Subtansi puasa yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang beriman-taqwa kalah dengan pola budaya komsumtif. Kita dipersibuk oleh dorongan konsumtif dan gaya hidup. Sedang sepirit dan nilai-nilai puasa yang menganjurkan agar kita bisa menahan, kita hanya bisamenahan diri lapar. Sedangan menahan diri dari konsumtif dan gaya hidup masih belum.


Baca Selengkapnya di sini..

Rabu, 10 Juli 2013

PUASA PERTAMA DI BULAN ISTIMEWA

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqoroh 183)

Ayat di atas sudah sangat familiar di telinga. Apa lagi bulan puasa seperti sekarang, setiap khotip atau para dai’I dipastikan mengutip ayat tersebut diantara ceramahnya. Ayat di atas menyematkan kalimat iman, kewajiban dan taqwa. Orang yang beriman pasti memenuhi prasyarat untuk berpuasa dan kawajiban tersebut melekat pada diri orang tersebut yang pada akhir demensi adalah bertujuan membentuk pribadi yang bertaqwa.

Hari ini (Rabu/10/07/2013) seluruh ummat muslim di belahan dunia berlomba menyambut dan melaksanakan puasa Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan istemewa. Bulan Rhamdhan merupakan bulan yang diistimewakan oleh Allah karena di bulan ini pula banyak kejadian sejarah yang luarbiasa termasuk turunnya al-Quran.

Setiap ummat muslim sudah tau kewajiban yang harus dilakukan di bulan yang segala aktifitas mendapat nilai tambah atau pahalanya dilipat gandakan. Puasa merupakan satu ibadah yang mengikat dan  diwajibkan bagi seiap individu muslim, terkecuali mereka yang mendapat halangan, pekerja berat, sakit atau sedang dalam perjalanan. Orang dalam katab gori  (pekerja berat, sakit atau sedang dalam perjalanan ) diberi kemudahan atau keringan oleh Allah. Namun bukan berarti tidak ada konsekweksi logis, sebab mereka yang berhalangan diharuskan mengganti dikemudian hari atau mebayar fidyah.

Allah dengan segala kekuasaan dan ketentuan hukumnya sangat proporsional dan tidak untuk memberatkan. Justru ritual dan anjuran yang Tuhan perintahkan kepada kita hal itu untuk kebaikan kita sendiri, bukan untuk Allah. Ini lah kebijaksanaan Allah yang senantiasa mempertimbang aspek logis dan kronologis. Ibadah puasa satu yang mutlak dilaksanakan oleh ummat, namun ketika ummat tersebut memiliki satu tanggungan yang tidak memungkinkan bagi seseorang untuk berpuasa Allah memberikan keringanan pada orang tersebut.

Jika Allah saja dengan seperangkat hukum dan ketentuannya bisa memberi keringanan bagi hamba-Nya untuk tak berpuasa di bulan yang diwajibkan, apakah pantas dan layak kita sebagai hamba memaksa orang lain untuk mengikuti dan berpuasa sebagaimana kita. Apa arti puasa dan mengapa allah menganjurkan kita berpuasa sebagaimana dilakukan oleh ummat sebelum kita, dan sebagaimana Allah senandiri sampaikan bahwa tujuan akhir atau puncak dari puasa ini ialah ketaq-waan.

Sesungguhnya puasa mengajarkan pada kita bagaimana menahan diri secara total. Bukan hanya menahan dari tidak makan. Setiap orang bisa menahan atau tidak makan apakah kemudian orang tidak makan bisa disebut berpuasa, tentu tidak. Orang yang tidak makan belum atau tidak bisa dikatakan berpuasa, karena dalam puasa ada tata cara yang diimplementasikan melalui niat dan tindakan.

Adu dual hal poko yang saya sampaikan di atas, pertama mengenai ketentuan Allah mengenai hukumnya bangi hambanya, khususnya mengenai kewajiban berpuasa dan keringanan bagi mereka yang yang sedang melaksanakan perjalanan atau pekerja berat. Kedua berkenaan dengan hakekat puasa, atau subtansi dari makna berpuasa sendiri, pusa bukan hanya menahan diri dari makanan saja. Namun puasa harus bisa menahan diri dari semual (total), emosi, amarah, sombong, riak, mengunjing orang lain dan kejelekan lainnya.

Kenapa kita mesti berpuasa dengan total, sebenarnya ini lah inti dan subtansi puasa. Justru kita harsu mengevaluasi tindakan yang bertentangan dengan semangat puasa itu sendiri sebagaian kelompok organisasi tertentu yang mengatas namakan agama dan perintah Allah. Merusak fasitilas publik. Bertindak keras dan kasar pada setiap orang yang membuaka warung dipinggir jalan, atau mereka yang tidak berpuasa. Artinya apa, ada sebuah prilaku yang salah kaprah yang dipertontonkan oleh sekelompok ormas itu dengan legitimasi agama. Pada hal agama dan Rasullullah tidak pernah mencontohkan demikian.

Justru puasa harusnya meningkatkan keasadaran kita dan senantiasa bisa menahan diri dari sikap-sikap yang lebih mengawasi orang lain. Mengenai ketertiban umum, bukankah sudah ada aparatur yang berhak mengatur dan menertibkan. Jadi tindakan oleh sebagain ormas dengan melakukan swiping dan perusakan saat Ramadhan sangat tidak dibenarkan dan bertentangan dengan visi agama yang rahmatan.

Bukankan puasa itu panggilan iman sebagaimana bunyi ayat al-Quran yang dikutip di atas. Harusnya iman ini pula yang bisa memandu kita agar tidak bertinda Jika iman dan kesadaran terhadap kewajiban atas puasa bagi kita sebagai muslim, tentu kita tidak akan tergoda dan terpengaruh oleh dinamikas sosial atau warung yang berjualan di siang hari. Dan bukankah Allah sendiri memberikan keringanan bagi mereka yang pekerja berat, seperti tukang becak, kuli bangunan dll, mereka adalah terkecuali dari ummat yang lain.

Agama dan muatan nilai serta ritual di dalamnya bukan ketentuan yang bersifat kaku, artinya hukum Allah itu sangat proporsional disesuaikan dengan kesanggupan hambanya. Di sinilah keadilan dan kasih-Allah pada hambanya. maka dalam menjalankan puasa pertama ini, mari kita semakin mempertajam nilai kebersamaan dan toleransi pada sesama. Jangan sampai agama dijadikan panggung pembernaran atas sikap dan kekerasan. Bulan yang penuh berkah ini, harus member berkah pada yang lain. Artinya semua harus bisa menahan diri.

Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 07 Juli 2013

MENGEVALUASI SIKAP ATAS WARISAN BUDAYA


Cerita ini lahir dari sebuah kesunyian, dan ketiadaan dialog yang konstruktif. Manusia dengan kebiasaannya tetaplah sebagaimana kodratnya dimasa lalu, mudah mengklaim diri sebagai pencetus dan instrument dari perubahan. Tapi untuk mengimplementasikan perubahan sering terjadi tawarmenawar bahkan tak jarang berhenti di ruang-ruang wacana saja. Dan kita hari ini, hanya menjadi bagian pengagum tanpa ada nilai kritis atas apa yang dilakukan orang di masalu itu.

Kita hanya menjadi pengagum keelokan yang sudah melegenda. Liahat saja bagaimana mobiltas sosial di era digatil saat ini, situs-situs peninggalan dari legenda ramai bahkan menjadi sebuah kapitalisasi baru era modern. Tak jarang cerita dan kehebatan masalalu menjadi legitimasi dan pembenaran hari ini. Dan bodohnya, kita pun turut mengamini kondisi yang dihebat-hebatkan oleh nenek moyang, guru dan orang tua kita.

Apa kontribusi kita untuk perubahan dan peradaban yang lebih baik pada bangsa ini. Mengapa kita hanya menjadi pemuja sejarah tanpa mau belajar, tanpa ada inisiatif untuk turut ambil bagian menjadi pelaku sejarah. Masihkah kita terkerangkeng oleh metos ketak sejajaran dan ketakutan lainnya. Takut dikatakan sebagai orang yang tidak sopan atau dianggap melawan tradisi dan warisan masa lalu.

Saat ini kita kehilangan kekritisan yang sebenarnya adalah warisan dari sebuah peradaban juga penentu masa depan satu Negara dan bangsa, bahkan di agama sebenarnya menantang kita untuk kritis atas teks-teks Tuhan. Tapi saat ini kekritisan masih dinilai sebagai musuh. Saat sesorang muncul dengan gagasan yang keluar dari kelaziman, sering kita hakimi bahkan kita mengutuknya. Maka saat bersamaan, dimana ketika kita berhadapan dengan kekritisan, akal dan pewacanaan kita mati-matian melakukan pembelaan dan membentengi diri bahwa tindakan dan apa yang dilakukan orang dimasalalu itu sebagai hal yang benar. 

Kita terlalu banyak menuntut keteladanan dari orang lain atau tokoh di masa lalu, tanpa ada satu ikhtiar diri yang pantas diteladani. Sejarah bukan untuk sekedar diagung-agungkan tapi harus ditela’ah, dikritisi guna satu sejarah dan perubahan baru ‘yang baik’ di masa mendatang. Hari ini kita masih sibuk menyolah kepantasan, layak tidak layak. Sehingga sosial kita masih berisi kebisingan yang lebih banyak mempertontonkan perbedaan tanpa ada satu tindakan yang melahirkan solusi bersama atas sosial kita. 

Percaturan agama di ruang-ruang pablik pun masih mempersoalkan perbedaan, dan asas ketunggalan yang sebenarnya bukan satu hal urgen yang dibutuhkan ummat. Agama pun menjadi terpetakkan berdasarkan basis kekelompokan. Dan masing-masing kelompok agama merepresentisikan diri sebagai yang paling benar. Muncullah pertentangan wacana di dalam tubuh agama islam itu sendiri. Pertanyaannya apakah kita akan mempertahankan konsep dan keberagamaan kita seperti ini. 

Warisan masalalu yang mengngerdilkan dan menutup ruang dialog harus kita tinggalkan. Keberadaan kita bukan hanya menjadi seorang pemuja atau pengagun masa lalu. Kita harus merubah cara pandang, menjadikan diri sebagai pelaku perubahan. Tentu kita tak harus muluk dan berambisi diluar kemampuan yang ada pada kita. Siapa pun dan dimana pun Anda kini berada, Anda memiliki tugas dan kewajiban sama yaitu menjadi pelaku perubahan untuk dan bagi bangsa yang kita cintai. 

Realitas yang ditampakan oleh kaum yang mengklaim diri sebagai pembela agama (polisi moral), justru memunculkan realitas yang memprihatinkan dan bertentangan dengan misi agama itu sendiri, seperti kekerasan dan main hakim sendiri terhadap hal yang dipandang bersebrangan dengan paham dan keyakinan mereka. Takbir dan kebesaran Tuhan terjadi pergeseran di tangan-tengan orang yang mengaku sebagai menjaga moral itu. Jihad di tangan Polisi moral itu adalah pentungan.  

Kita pun terjebak pada pendikotomian pantas dan tidak pantas, lagi-lagi di sini terjadi pendistorsian makna dan sejarah yang kompleks. Sosial kita tak lagi fokus pada solusi tapi malah terjebak pada kontruksi perdebatan dan kepantasan yang semu. Kebudayaan di masalalu kita anggab sebagai sesuatu yang luhur hingga kita takut melakukan pendekatan sekedar mendalami untuk satu hal yang lebih besar (perubahan). Begitu pun dengan keberagamaan kita, agama lebih dimaknai sebagai pengekang sehingga kita terpaku pada pembatasan dosa-pahala atau surge-neraka saja.

Pengadopsian budaya kita sering kali melupakan aspek kekritisan. Kita hanya menjadi orang yang terampil meniru tanpa ada kehendak untuk menjadi bagian yang mencerahkan. Bangsa ini butuh generasi yang bisa melahirkan gagasan yang cemerlang guna mewujudkan bangsa yang bermartabat di dunia. Kemandirian adalah kunci dalam mewujudkan cita-cita dan harapan dalam mewujudkan bangsa yang berwibawah. 

Saatnya kita melakukan perenungan atas apa yang ada pada dan disekitar kita, bahkan soal keberagamaan kita. Jangan sampai kita menjadi orang yang merasa paling benar sehingga menutup dialog atas kebenaran yang lain. Ketak beresan sosial juga merupakan akibat dari kesalahan kita dalam memaknai agama dan beragama. 

Menutup cerita singkat ini saya mengajak pada diri sendiri untuk senantiasa merenungi konstelasi sosial meliputi aspek ; keagamaan, budaya dan warisan kultur nenek moyang. Dan selalu membuka diri atas pandangan-pandang kekinian dengan tidak melupakan akar budaya luhur masa lalu, seperti etos juang dan kecintaan pada tanah air yang kita cintai. 


Baca Selengkapnya di sini..