"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Selasa, 12 April 2011

KAJIAN TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

Teori Pertumbuhan Rostow
Teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Walt Whitman Rostow merupakan garda depan dari linear stage of growth theory. Pada dekade 1950-1960, teori Rostow banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi para ahli ekonomi mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori Rostow didasarkan pada pengalaman pembnagunan yang telah dialami oleh negara-negara maju terutama di Eropa. Dengan mengamati proses pembangunan di negara-negara Eropa mulai abad pertengahan hingga abad modern, maka kemudian Rostow memformulasikan pola pembangunan yang ada menjadi tahap-tahap evolusi dari suatu pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara tersebut.

Rostow mambagi proses pembangunan ekonomi suatu negara menjadi lima tahap, yaitu:

1.Perekonomian Tradisional
Perekonomian pada masa tradisional cenderung bersifat subsisten. Pemanfaatan teknologi dalam sistem produksi masih sangat terbatas. Dalam perekonomian semacam ini sektor pertanian memegang peranan penting. Masih rendahnya pemanfaatan teknologi dalam proses produksi menyebabkan barang-barang yang diproduksi sebagian besar adalah komoditas pertanian dan bahan mentah lainnya. Struktur sosial kemasyarakatan dalam sistem masyarakat seperti ini bersifat berjenjang. Kemampuan penguasaan sumberdaya yang ada sangat dipengaruhi oleh hubungan darah dan keluarga.

2.Prakondisi Tinggal Landas
Tahap kedua dari proses pertumbuhsn Rostow ini pada dasarnya merupakan proses transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Sektor industri mulai berkembang di samping sektor pertanian yang masih memegang peranan penting dalam perekonomian. Tahap kedua ini merupakan tahap yang menentukan bagi persiapan menuju tahap-tahap pembangunan berikutnya yang menentukan, yaitu tahap tinggal landas.

Sebagai tahapan yang berfungsi mempersiapkan dan memenuhi prasyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya, diperlukan adanya semangat baru dari masyarakat. Menurut pengalaman Rostow, negara-negara Eropa mengalami tahap kedua ini kira-kira pada abad ke-15 sampai ke-16. Pada saat itu terjadi pertumbuhan radikal dalam masyarakat Eropa dengan munculnya semangat Renaissance. Semangat ini telah membalikkan semua tata nilai masyarakat Eropa saat itu yang cenderung statis menjadi dinamis.

Pertumbuhan paradigma berpikir nampaknya merupakan istilah yang lebih tapat untuk menilai fenomena itu.

Pada tahap ini, perekonomian mulai bergerak dinamis, industri-industri bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat, dan lembaga keuangan resmi sebagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada industri manufaktur.
3.Tinggal Landas
Tinggal landas merupakan tahap yang menentukan dalam keseluruhan proses pembangunan bagi kehidupan masyarakat. Pengalaman negara-negara Eropa menunjukkan bahwa tahap ini berlaku dalam waktu yang relatif pendek yaitu kira-kira dua dasawarsa. Dalam tahap ini terjadi suatu revolusi industri yang berhubungan erat dengan revolusi metode produksi. Tinggal landas didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling berkaitan sebagai berikut:
a.Kenaikan laju investasi produktif antara 5-10% dari pendapatan nasional.
b.Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju pertumbuhan tinggi.
c.Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial, dan institusional yang menimbulkan hasrat ekspansi di sektor modern, dan dampak eksternalnya akan memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi.

4.Tahap Menuju Kedewasaan
Tahap ini ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap sumberdaya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan tahapan jangka panjang dimana produksi dilakukan secara swadaya. Tahapan ini juga ditandai dengan munculnya beberapa sektor penting baru. Pada saat negara berada pada tahap kedewasaan teknologi, terdapat tiga pertumbuhan penting yang terjadi:
a.Tenaga kerja berubah dari tidak terdidik menjadi terdidik
b.Pertumbuhan watak pengusaha dari pekerja keras dan kasar berubah menjadi manajer efisien yang halus dan sopan.
c.Masyarakat jenuh terhadap industrialisasi dan menginginkan pertumbuhan lebih jauh.
5.Tahap Konsumsi Massa Tinggi

Tahap konsumsi massa tinggi merupakan akhir dari tahapan pembangunan yang dikemukakan oleh Rostow. Pada tahap ini akan ditandai dengan terjadinya migrasi besar-besaran dari masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran kota, akibat pembangunan pusat kota sebagai sentral bagi tempat bekerja. Penggunaan alat transportasi pribadi maupun bersifat transportasi umum seperti halnya kereta api merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan. Pada fase ini terjadi pertumbuhan orientasi dari pendekatan penawaran (Supply side) menuju ke pendekatan permintaan (demand side) dalam sistem produksi yang dianut. Sementara itu terjadi pula pergeseran perilaku ekonomi yang semula lebih banyak menitikberatkan pada sisi produksi, kini beralih ke sisi konsumsi. Orang mulai berpikir bahwa kesejahteraan bekanlah permasalahan individu, yang hanya dipecahkan dengan mengkonsumsi barang secara individu sebanyak mungkin. Namun lebih dari itu mereka memandang kesejahteraan dalam cakupan yang lebih luas yaitu kesejahteraan masyarakat bersama dalam arti luas.


Teori Pertumbuhan Struktural
Teori pertumbuhan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara berkembang, yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, dan sangat didominasi oleh sektor industri dan jasa (Todaro, 1991:68).

Tori Pembangunan Arthur Lewis
Teori pembangunan Athur Lewis pada dasarnya membahas pembangunan yang terjadi antara daerah kota dan desa, yang mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi di antara kedua tempat tersebut. Teori ini juga membahas pola investasi yang terjadi di sektor modern dan juga sistem penetapan upah yang berlaku di sektor modern, yang pada akhirnya akan berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada
.Mengawali teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara
pada dasarnya akan terbagi menjadi dua, yaitu:

1.Perekonomian Tradisional
Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa di daerah pedesaan dengan perekonomian tradisonalnya mengalami surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitannya dengan basis utama perekonomian yang diasumsikan di perekonomian tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsisten akibat eprekonomian subsisten pula. Hal iniditandai dengan dengan nilai produk marginal (marginal product) dari tenaga kerja yang bernilai nol. Artinya fungsi produksi pada sektor pertanian telah sampai pada tingkat berlakunya hukum law of diminishing return. Kondisi ini menunjukkan bahwa penambahan input variabel, dalam hal ini tenaga kerja justru akan menurunkan total produksi yang ada. Di sisi lain, pengurangan jumnlah tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor pertanian tidak akan mengurangi tingkat produksiyang ada, akibat proporsi input variabel tenaga kerja yang terlalu besar. Dalam perekonomian semacam ini, pangsa semua pekerja terhadap output yang dihasilkan adalah sama. Dengan demikian, nili upah riil ditentukan oleh nilai rata-rata produk marginal, dan bukan oleh produk marginal dari tenaga kerja itu sendiri.

2.Perekonomian industri
Perekonomian ini terletak di perkotaan, di mana sektor yang berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dari input yang digunakan, termasuk tenaga kerja, bernilai positif. Dengan demikian, perekonomian perkotaan akan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal dari pedesaan, karena nilai produkmarginal dari tenaga kerja yang positif menunjukkan bahwa fungsi produksi belum berada pada tingkat optimal yang mungkin dicapai. Jika ini terjadi, berarti penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada akan meningkatkan output yang diproduksi. Dengan demikian, industri di perkotaaan masih menyediakan lapangan pekerjaan, dan ini akan berusaha dipenuhi oleh penduduk pedesaan dengan jalan berurbanisasi. Lewis mengasumsikan pula bahwa tingkat upah di kota 30% lebih tinggi daripada tingkat upah pedesaan, yang relatif bersifat subsisten, dan tingkat upah cenderung tetap, sehingga bentuk kurva penawaran tenaga kerja akan berbentuk horisontal. Perbedaan upah tersebut jelas akan melengkapi daya tarik untuk melakukan urbanisasi.

Perbedaan tenaga kerja dari desa ke kota dan pertumbuhan pekerja di sektor modern akan mampu meningkatkan ekspansi output yang dihasilkan di sektor modern tersebut. Percepatan ekspansi output sangat ditentukan oleh tingkat investasi di sektor industri dan akumulasi modal yang terjadi di sektor modern. Akumulasi modal yang nantinya digunakan untuk investasi hanya akan terjadi jika terdapat akses menginvestasikan kembali modal yang ada ke industri tersebut.

Revolusi Ketergantuan Internaional
Interaksi ekonomi internasional diindikasikan dengan faktor modal bergerak dari negeri yang produktivitas marginal faktor modalnya rendah ke negeri yang produktivitas marginalnya tinggi, atau diharapkan akan tinggi, untuk menuju keseimbangan yang secara keseluruhan tidak pernah terjadi. Andai kata pun terjadi maka pergerakan modal antar-negara, yaitu dari negara maju ke negara miskin, pergerakan ini hanya bertujuan untuk menyedot keuntungan dari negeri miskin. Keuntungan yang disedot ternyata merupakan bagian terbesar dari pertambahan pendapatan yang diakibatkan oleh adanya investasi asing sebagai akibat dari pergerakan faktor modal tersebut.

Naiknya pendapatan nasional di negeri miskin sebagai akibat dari adanya investasi asing, tidak dinikmati oleh sebagian besar rakyat di negeri besangkutan karena adanya kepincangan dalam distribusi pendapatan. Fihak-fihak yang menikmati keuntungan yang ditimbulkan oleh investasi asing tersebut hanya terdiri dari segelintir kecil anggota masyarakat dan keuntungan tersebut diperoleh dari hasil suatu proses eksploitasi.

Di samping efek ekonomi dalam pengertian menaikkan kesejahteraan sebagian besar rakyat di negeri miskin tidak terjadi dengan masuknya modal asing ke negeri miskin tersebut, masuknya modal asing ini diiringi juga dengan masuknya sistem kapitalistis dengan segala persoalan dan kegoncangan ekonomi dan sosial yang terkandung di dalamnya. Sistem ini menggeser kebiasaan sosial yang ada pada masyarakat di negeri miskin ini.

Orientasi kepada Asing
Kontrak transaksi berdasarkan faktor pasar mengganti dan mendesak hubungan paternalistik yang telah berlangsung sejak berabad-abad lamanya di negeri ini. Sistem ini menimbulkan pertumbuhan orientasi dalam ekonomi rakyat di negeri tersebut, yaitu dari orientasi pada kecukupan dan pemenuhan pasar dalam negeri kepada orientasi pada produksi untuk memenuhi pasar luar negeri. Orientasi baru ini sekaligus membuat sistem ekonomi rakyat di negeri-negeri ini dikaitkan secara langsung dengan sistem ekonomi kapitalistis di luar negeri dengan berbagai gejolaknya.

Sebenarnya penggantian sistem hubungan paternalistik (sebagai suatu sistem masyarakat feodal atau semi-feodal) dengan sistem kapitalistis yang didasarkan pada rasionalitas pasar dapat merupakan langkah utama dalam mentransformasi masyarakat ke arah kemajuan dan peradaban yang tinggi seperti yang dialami di Eropa Barat. Namun yang terjadi adalah bahwa penerapan nilai-nilai komersial dalam tata hubungan sosial dalam masyarakat feodal atau semi-feodal ini justru telah memperhebat proses eksploitasi terhadap golongan lemah, yaitu massa rakyat.

Proses eksploitasi yang dilakukan oleh penguasa feodal dalam sistem paternalistik terhadap rakyat dipercayai masih tidak sekejam proses eksploitasi yang dilakukan oleh para pemilik modal dalam kerangka sistem kapitalistis. Proses eksploitasi dalam sistem kapitalistis ini diiringi pula dengan proses korupsi dan ketidakadilan dalam setiap tingkat struktur pemerintahan yang mengabdi pada kepentingan pemilik modal dari sistem kapitalis internasional.

Pola Ekonomi Prekonomin Ekonomi Glaobal
1.Teori Unlimited Supplies of Labour merupakan teori tenaga kerja klasik yang disusun kembali oleh Arthur Lewis. Analisisnya tidak terlepas dari tradisi klasik. Tradisi klasik dalam hal ini adalah dalam mencapai pertumbuhan dengan akumulasi modal akan mengubah distribusi pendapatan dalam jangka panjang (distribusi personal), tetapi terdapat jumlah tenaga kerja berlimpah dengan tingkat upah subsisten. Sistem ekonomi ini semula terdapat di Eropa masa klasik tetapi sektor subsisten mengecil, kemudian keadaan itu dijumpai secara luas di negeri-negeri Asia. Sektor kapitaslis yang modern mempunyai tenaga kerja terampil, dengan tingkat upah tinggi, produktivitas tinggi, sedangkan di pihak lain tersebar luas sektor subsisten dengan produktivitas yang sangat rendah, teknologi tradisional dengan tingkat upah yang rendah. Pada sektor subsisten terjadi kelebihan tenaga kerja. Tingkat upah subsisten itu ditentukan dengan kebutuhan minimum atau tingkat produktivitas rata-rata pada sektor pertanian.

2.Investasi yang dilakukan di sektor kapitalis secara umum tidak meningkatkan upah, namun lebih berarti dalam pembentukan laba dan laba ini sangat kecil yang diinvestasi kembali karena penanam modal mempunyai kepentingan di luar negeri, maka dapat terjadi ekspor modal. Ekspor modal tentunya mengurangi pembentukan modal di dalam negeri. Bahkan kebutuhan dalam negeri sebagian berasal dari impor yang relatif mahal. Keuntungan komparatif dapat dimiliki negeri ini, tetapi karena adanya proteksi maka persaingan dapat kalah dari negeri-negeri lain yang relatif mempunyai pasar bebas.

Teori Pembangunan Klasik
Teori Klasik, Aliran Pembangunan yang Bertumpu pada Akumulasi Modal:
a.Muncul pada abad 18, dengan sedang berlangsung Revolusi Industri di Inggris.
b.Teori Klasik, bahwa peranan modal penting artinya bagi pembangunan ekonomi. Pembangunan modal tersebut ditekankan untuk meningkatkan penawaran setinggi-tingginya. Penawaran yang tinggi akan diikuti oleh permintaan yang tinggi pula.
c.Kenyataannya, penawaran yang tinggi tidak mesti diikuti oleh permintaan yang tinggi pula sehingga akibatnya timbul:
•Over produksi,
•Pengangguran,
•deflasi.

Asumsi Teori Klasik:
a.Perekonomian dalam keadaan full employment,
b.Perekonomian dalam dua sektor (konsumen, produsen),
c.Tidak ada campur tangan pemerintah,
d.Pembangunan ekonomi tergantung dari mekanisme pasar.

Tokoh Teori Klasik:
a.David Ricardo, Adam Smith.
b.John Stuart Mill, Robert Malthus.
Teori Keynes
a.Teorinya bertitik tolak dari teori klasik yang gagal terutama dalam sektor pengangguran.
b.Teori Keynes, pentingnya peranan modal dalam pertumbuhan perekonomian dimana penggunaan modal itu ditekankan pada permintaan yang tinggi, diharapkan pada akhirnya dapat diikuti oleh penawaran yang tinggi pula.
c.Kenyataannya, hal ini tidak berhasil sehingga akibatnya timbul:
•inflasi,
depresi.

Asumsi Teori Keynes:
a.Perekonomian dapat dalam keadaan full employment maupun non full employment,
b.Perekonomian dalam tiga sektor (konsumen, produsen, pemerintah),
c.Ada campur tangan pemerintah,
d.Perekonomian dianalisis dalam jangka pendek.

Teori Pembangunan, terdiri dari 5 aliran teori pembangunan:

1.Teori model pertumbuhan bertahap linear (linear stages of growth models),
2.Teori dan pola-pola perubahan struktural (the structural change theories and pattern),
3.Revolusi ketergantungan internasional (international dependence revolution),
4.Kontra revolusi pasar bebas neo klasik (neoclassical free market counterrevolution),
5.Teori pertumbuhan ekonomi baru atau endogen (new or endogenous theory of economic growth)

Paradigma Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development).
Proses kristalisai paradigma pembangunan berkelanjutan dimulai dari tahap perdebatan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan pada tahun 1960-an hingga tahun 1970-an. Kemudian pada tahun 1980-an hingga awal tahun 1990-an mulai dikenal konsep dan argumen pentingnya pembangunan berkelanjutan.

World Commision for Environmental and Development (WECD) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang”. Esensi pembangunan berkelanjutan adalah “perbaikan mutu kehidupan manusia dengan tetap berusaha tidak melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya. Sedangkan ekonomi berkelanjutan merupakan buah dari pembangunan berkelanjutan, yaitu “sistem ekonomi yang tetap memelihara basis sumberdaya alam yang digunakan dengan terus mengadakan penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan-penyempurnaan pengetahuan, organisasi, efisiensi teknis dan kebijaksanaan (IUCN, UNEP, WWF, 1993).

Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pendekatan, yaitu pendekatan ekonomi, ekologi, dan sosial. Pendekatan ekonomi menekankan pada perolehan pendapatan yang berbasis pada penggunaan sumberdaya yang efisien. Pendekatan ekologi menekankan pada pentingnya perlindungan keanekaragaman hayati yang akan memberikan kontribusi pada keseimbangan ekosistem dunia. Sedangkan pendekatan sosial menekankan pada pemeliharaan kestabilan sistem sosial budaya meliputi penghindaran konflik keadilan baik dalam satu generasi maupun antar generasi (Munasinghe, 1993).

Sumbr Bacaan :
Todaro, Michael P. 2000, pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga PT. Gelora Aksara Pratama Ritonga, dkk., Pelajaran Ekonomi, Jakarta, Erlangga
Todaro, Michael P. 1998. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Reisman, David A. Ekonomi. Teori Campuran tersebut (Teori ekonomi campuran). Pickering & Chatto Ltd. ISBN 1-85196-214-X . Pickering & Chatto
Koentjaraningrat, 2000, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta
Subandi. 2008. Sistem Ekonomi Indonesia. Bandung: Alfabeta

Tidak ada komentar: