"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Selasa, 01 Maret 2011

Revolusi Itu ...!!!


Kawasan timur tengah menjadi pusat perhatian dunia. Mengapa hal itu terjadi. Semenjak rakyat Tunisia berhasil menggulingkan“revolusi” kekuasaan diktator Bin Ali, sontak firus itu menyebar di kawasan timur tengah : Mesir, Libya dan dll. Banyak alasan mengapa rakyat di kawasan timur tengah “Arab” memilih menggugat penguasa, karena mereka tidak mau dipimpin oleh diktator. 

Rakyat sudah jenuh ada di bawah kekangan penguasa diktator. Wajar bila rakyat di kawasan timur tengah menginginkan perubahan terhadap nasip dan kepemimpinannya saat ini. Dan perubahan itu telah dirancang dengan satu sikap melakukan perlawanan terhadap penguasa. Perubahan adalah satu keniscayaan, dan bisa terjadi pada siapapun termasuk warga Libya yang berjuang menuju perubahan. 

Perubahan dan dinamika sosial yang disertai kemajuan tegnologi banyak memberi kontribusi berarti pada peradaban modern. Kenyataan itu setidaknya dapat dilihat dari pemanfaatan media “jejaring sosial Facebook-Twitter” secara baik oleh rakyat di dunia internasional dan kawasan timur tengah khususnya. Meskipun rakyat berada dalam kungkungan kekuasaan semisal pengkekangan dan intimidasi, hal itu tidak dapat menyurutkan rakyat untuk melakukan perubahan.

Perjuangan rakyat sipil Tunisia dan Mesir merupakan panggilan hati dan tidak dapat disamakan dengan pergerakan yang terjadi di negara mana pun. Panggilan hati itulah menjadikan rakyat Tunis-Mesir satu sikap “membebaskan diri dan keturunan” dari penguasa yang lalim.

Sudah menjadi sejarah bahwa peralihan kekuasaan di timur tengah harus ditempuh melalui jalan paksa,”revolusi'. Jika pada rezim sebelumnya peralihan kekuasaan dikomandoi kekuatan meliter, namun kali ini sipil lah yang jadi super power dalam menuntut perubahan. Ini sejarah baru sekaligus memperkuat legitimasi rakyat sebagai tonggak revolusi “perubahan”.

Riak perubahan terus disuarakan oleh rakyat dan hal itu mengalir di seantero Arab saat ini. Setelah rakyat Tunisia dan Mesir berhasil mengawal revormasi di negri-nya sendiri. Rakyat Yaman kini terus mendesak Presiden Ali Abdullah Saleh untuk menanggalkan jabatan-nya. Hal yang sama pun terjadi pada kepemimpinan Presiden Muammar Khadafi di Libya. Sementara, rezim di Negara-negara Arab yang lain tengah siap menyusul kemungkinan meletusnya protes rakyat dalam sekala besar dengan cara dan tuntutan seru-pa.

Perjuangan yang dilakukan rakyat merupakan pernyataan sikap sekaligus protes terhadap kelaliman yang dilakukan oleh penguasa. Semoga pergerakan rakyat bisa membuka kesadaran para pemimpin dan mengembalikan fungsi pokoknya sebagai pelaksananya dan pengawal kepentingan rakyat bukan “golongan-partai”.
Kita dan semua “rakyat di dunia” tentu menyayangkan sikap arogan melitir Libya yang membantai warga sipil “para demonstran” dengan alasan ke-amanan dan stabilitas nasional dengan menembak-membunuh. Tindakan “penimbakan” terhadap rakyat sipil adalah satu tindakan keji, Muammar Khadfi sebagai kepala Negara mununjukkan sikap arogansinya bukan hanya kepada Amirika namun kali ini rakyatnya sendiri.      

Para pemimpin di Arab “Bin Ali, Hosni Mubarak dan Muammar Khadafi” lupa bahwa kekuasaan yang mereka nikmati merupakan pengalihan secara paksa “kudeta”. dan saat ini mereka dihadapkan pada tuntutan yang sama dimana rakyat sudah bosan dan menginginkan perubahan, justru disambut dengan bedil “pembantaian”.     

Jika Muammar Khadafi bersikeras mempertahankan tampuk kekuasaannya dengan menghalalkan berbagai cara sekaligus melumpuhkan semua demonstran ”Muammar Khadafi tetap berkuasa”, hal itu tidak akan bertahan lama. Seperti dilansir media internasional Muammar Khadafi  telah dijatuhi sanksi PBB sebagai pelaku kejahatan kemanusiaan dan melanggar ham yang segera diadili.

"Manusia memang membuat sejarah," demikian kata-kata Mara yang terkenal dari tahun 1851, garis kehidupan baru kini dijalani oleh masyarakat Tunis. Dan itu merupakan sebuah proses awal yang harus mereka lampaui untuk mencapai tujuan yang tercita-citakan. Upaya untuk membebaskan diri dari tirani kekuasaan telah berhasil. 

Hal itu mengingatkan kita pada sejarah revolusi dunia. Namun begitu revolusi tidak dapat difotokopi seperti yang diungkapkan Goenawan Muhammad dalam catatan pinggirnya. Semisal  Rusia, dengan cita-cita pembebasan universal, tak bisa menyamakan kondisi Cina untuk melihat lahirnya sebuah revolusi sosialis. Jalan Mao berbeda dengan jalan Stalin. Bahkan pada akhirnya keduanya bertentangan. Rusia, Cina, Yugoslavia, Korea Utara, Kuba, dan lain-lain: revolusi tak bisa difotokopi. 

Tapi sebuah revolusi bisa menjalar. Di abad ke-20 ia menjalar ke Asia, Afrika, Amerika Latin. Kini, di awal abad ke-21, tampak ia berjangkit dari Tunisia, Mesir, Aljazair, Bahrain, Libya.... 

Bagaimana dengan Negara Indonesia. Apakah dimungkinkan revolusi tahap II akan benar-benar terjadi di Negara kita ?. riak-riak itu sudah barang tentu terjadi. Namun apakah rakyat sudah satu sikap, hal ini tidak dapat kita simpulkan. Bagaimana dengan setedment FPI “Habib Riziq” secara terbuka akan melakukan penggulingan “revolusi” terhadap pemerintahan SBY. Lagi-lagi hal itu masih jauh api dari panggang. Bagaimana dengan massa “seporter” sepak bola yang menuntut Nurdin turun……?.



Tidak ada komentar: