"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 13 Maret 2011

JALAN-JALAN DI KOTA MALANG I

Minggu 02/03/2008 pagi masih berselimut mendung. Udara dingin mendirikan bulu kulit. Aku dikejutkan dengan bunyi Hemphon (HP) “Nininit… Nininit ….. Nininit 3x”, aku tidak begitu memperdulikannya. “siapa pagi-pagi begini miscol”, seruku agak malas. Sementara aku masih dalam keadaan antara sadar dan tidak tidur.

Dengan rasa malas aku cari sumber bunyi HP. Beberapa saat aku sudah pegang HP-ku. Kebetulan HP aku taruh di pinggir lesehan ranjang tempat tidur. Tepat d sebelah kiri. Setelah aku buka R. Junika “oh Tuha……an, hari ini kan mau jalan”, seruku dalam hati. Aku baru ingat bahwa kemarin ada kesepakatan semua kru UAPM Inovasi akan jalan-jalan di sekitar Kota Malang. Kesepakatan dengan teman-teman kemarin, jam 05.30 sudah berkumpul di BTN di depan Uin Maliki Ibrahim Malang.

“Sin bangun, dasar si dodol tidur terus, ni udah dimiscol sama Junik”, aku coba membangunkan teman satu organisasi. Junika adalah koordinator untuk memandu dalam perjalanan hari ini. Dia juga yang menetapkan waktu 05.30 harus kumpul di BC “BTN”. Dan usulan itu pun disetujui oleh seluruh yang hadir pada saat rapat waktu itu.
Muhlasin yang sulit dibangunkan belum juga bangun dari tidurnya. Wajahnya Nampak kusam. Bekas air liur masih terlihat membasahi pipi-kanan-nya. Bantal yang dipakai pun terlihat membentuk lingkaran “peta”. Aku coba terus membangunkan si Muhlasin. Aku panggil dan setengah teriak tetapi tetap saja si Muhlasin tidak bangun-bangun juga. Muhlasin tetap tiarap tidur. Aku tarik kakinya “bangun dodol sudah hampir jam enam (6)”, kemudian dia baru bangun, dia telungkup kemudian tidur lagi. Sudah kebiasaan tidur pagi

“Woi !!! udah siang dodol”,
“Jam berapa sih”, Muhlasin menayakan waktu suara masih rada-rada serak.
“Jam 6”, tegasku.

“Aku mandi dulu, ini kepagian”, Muhlasin perlahan bangun dari tempat tidur, dengan langkah lemas dia berjalan, sesaat tangannya mengambil gayung di atas lemari, kemudian menyelinap menghilang di balik pintu menuju ke kamar andi. Hp ku bunyi lagi. Aku raih dari samping rangjang, kemudian aku tulis SMS “Tunggu dulu sebentar ni baru bangun tidur, mau mandi dulu”, setelah SMS lalu aku bergegas menuju kamar mandi. Muhlasin sudah selesai mandi.
“anak-anak kumpul di mana?”,
“Di BC”, kataku.

“BC itu di mana ? di pangung itu ta”, Muhlasin menanyakan anak kumpul.
“Dasar dodol, BC itu di BTN do……….ool”, seru aku sambil ketawa, masa tidak tau BC.
“Aku berangkat duluan akan kubilang kumu belum bangun sama junik”, Muhlasin terkikik sambil berjalan memegang tas yang terlihat budek alias kotor, ya… memang terlihat karena tidak pernah dicuci, kalau dihinggapi lalat mungkin akan mati keracunan.

Setelah Muhlasin berangkat, kini di kamar Cuma tinggal aku dan kedua temanku Naseh dan Oxi. Oxi masih tidur di atas rangjang, aku coba membangunkannya beberapa kali tapi tetap saja, Cuma sesaat menguap lalu tidur lagi. Ya mungkin dia payah setelah hampir semalaman suntuk main Game.

Oxi masuk kamar kira-kira jam 02.30 pagi. Sebulum tidur si Oxi sempat ngerjain teman-temanya. Dia miscol teman-teman ceweknya. “Gus kan bangunin orang dapat pahala juga”, tutur oxi sambil tertawa kecil.

“Ya mungkin saja”, aku jawab dengan nada cuek. dia terus ngejain teman-temannya, sesekali dia bicara sendiri. “ayo bangun dulu”, seru Oxi dia ngomong sendiri. Aku Cuma memperhatikan tingkah lakunya. Waktu pada saat itu udah menunjukkan pukul 03.00. pagi aku tutup buku yang aku baca. Kemudian bergegas untuk solat tahajjud. Ya aku coba untuk mendekantkan diri pada sang pencipta dengan cara solat malam Insaya Allah Tuhan akan memberikan solusi pada persoalan yang kuhadapi.

Pagi terus beranjak, matahari belum juga menampakkan sinar. Kabut bersela mendung menghantar udara yang dingin. Pagi ini memang dingin sekali. Keadaan dingin seperti ini memang enak untuk tidur. Namun kata orang tua, tidur di waktu pagi tidak baik. Konon kalau tidur di waktu pagi akan menjauhan dari rejeki. Petuah orang tua dulu ini bukan tidak diketahui oleh teman-teman yang masih enak tidur, mereka semua tahu, tapi ya tetap juga terbiasa tidur di waktu pagi.

Naseh terlihat sedang memainkan HP-nya. Dia duduk sambil menyalipkan kakinya. “Kamu tidak ikut jalan-jalan”, tegur aku pada Naseh yang sedang meng-otak atik HP-nya. Sesaat kemudian dia menggeliat “Aku tidak bisa ikut karena sekarang ada ujian pemograman Java, dua kelas sekaligus sekarang digabung”, ungkap Nasih sambil tetap meng-otak-atik hp-nya

“ya gak apa-apa”, lanjut aku.

Aku kemudian kebelakang ke kamar mandi. Waktu sudah menunjukkan 05.55. pagi.
Setelah selesai mandi aku mempersiapkan segala kebutuhan, buku catatan, bulpen, dan dua buku bacaan. Untuk meyakinkan sudah tidak ada yang tertinggal, aku periksa tas yang akan kubawa. Kemudian aku segera berangkat sambil berlari-lari kecil menuruni tangga. “Kok terburu-buru” salah seorang santri menyapaku, aku tidak begitu jelas siapa yang menyapaku “ya ni ada kepentingan dikit” jawabku dengan singkat.

Tidak ada komentar: