"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 06 Maret 2011

Memposisikan Perempuan

Saya tertarik untuk membahas tema ini, kronologi menulis ketika saya mengirim satu pesan kepada teman organisasi di kampus UIN MALIKI Malang “apa perbedaan feminisme dan gender” pesan itu saya send pada tnggal 25/06/2009, pukul 08.34. Saat itu saya sedang mengejakan tugas “UAS” mata pelajaran Hukum Bisnis, semeste IV di ruang 206 gedung A.

Setelah beberapa menit ketika saya tengah asyik mengerjakan tugas tiba-tiba Henphon bergetar dengan rington celender alert.mid, spontan saya kaget dan langsung membuka pesan seraya mengabaikan soal-soal yang belum saya jawab “Gerakan Gender biasanya lebih pada misi kesamaan peran laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan, pendidikan. Lek Feminisme mengacu pada penentangan otoritas laki-laki secara holistik” pukul 08.38 25/06/2009. Setelah saya baca saya tutup kemudian Hp dimasukkan dalam saku baju.

Awalnya pertama kali yang mendorong saya mempertanyakan perihal feminis dan gender saya membuka salah satu facebook. Di mana di dalam pada salah satu teman di facebook ada banyak komentar, tak buka salah satu diantara pesan-pesan yang berderet ada salah seorang perempuan yang mengirim pesan “suka gender juga” terimakasih. Sebenarnya perempuan itu tidak terlalu menarik, menurutku biasa-biasa saja. Satu hal yang membuat tergelitik “ternyata masih ada beberapa orang yang peduli terhadap diri peribadi dan orang lain.

Detik-detik ketika saya hampir menyelesaikan soal-soal itu tiba-tiba ada pesan masuk di Hp “manusia itu tuhan! Agama yang diturunkan Tuhan kemudian dilegitimasi oleh manusia untuk melakukan pembenaran. Kemudian manusia membuat suatu aturan, ibadah, tata moral dan nilai. Mereka menyebut itulah hukum Tuhan. Lalu mereka mempatologikan, menindas, menomerduakan nilai-nilai manusia lain yang berbeda dengan mereka, baik secara tindakan verbal maupun yang tersirat dalam hati mereka” pukul 10.46, 25/06/2009.

SMS tersebut jika dibaca oleh kalangan radikal, teman saya telah murtad karena menganggap ibadah adalah rekayasa manusia. Saya tidak akan membahas subtansi agama. Namun saya lebih menilik pada perjuangan teman dan cara pandang dia kepada perempuan, di mana masih ada pandangan lemah “di bawah” dari pada laki-laki, oleh sebagian masyarakat yang tidak sadar.

Mengapa ada pandangan wanita itu lebih rendah dari pada laki-laki ? siapa yang mengkonsep hal itu, agamakah, budaya atau apa ?. Adanya stigma diciptakannya manusia pertama adalah laki-laki (Adam) mungkin inilah yang menjadi landasan masyarakat. Sementara wanita (hawa) diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam, hal itu dipertegas oleh dalil-dalal agama “Al-Quran” dan keterangan Ulama'. Kalau dilihat dari kronologi ini ada beberapa kronologi yang akan kita pertanyakan. Mengapa Hawa diciptakan dari tulang rusuk, dan mengapa Tuhan menciptakan Adam lebih dulu, dan tidak diciptakan secara bersamaan antara Hawa & Adam itu sendiri?

Asumsi awal yang bisa kita berikan adalah posisi antara laki-laki dan perempuan dikarenakan penciptaan, di mana Adam diciptakan awal sementara hawa hanya sebagai pelengkap dan objek sexsual. Konon cerita setelah adam selesai diciptakan oleh Tuhan adam kemudian mempertanyakan fungsi dari setiap organ tubuhnya. Fungsi mata untuk apa, hidung, mulut, anus telinga, tangan, kaki.

Pertanyaan itu semua dijawab secara gamlang oleh sang empu-Nya. Kemudian Adam menerima penjelasan Tuhan, namun ada sesuatu yang Adam belum tanyakan beberapa alat fital yang ada pada dirinya, kemudian dia mempertanyakan fungsi dari organ kelamin itu. Lalu ini untuk apa saja Tuhan “kamu butuh teman”, kemudian disitulah Tuhan konon memerintahkan Adam untuk memotong tulang rusuk bagian kiri.

Cerita rakyat tersebut pernah saya dengar dari salah seorang penceramah kondang, dan membuat saya tertawa dan sakit perut. Dari cerita itu betapa tidak berharganya perempuan yang hanya dijadikan pelengkap objek seksual laki-laki. Sayangnya pada saat penyampaian ceramah tidak ada satu pun yang meresa tersinggung atau tersakiti dengan cerita yang disampaikan oleh penceramah, malah audien yang hadir perempuan dan laki-laki sama tertawa, seakan membanggakan kelemahan mereka sendiri.

Satu pertanyaan lewat SMS yang saya kirim kepada teman ternyata dibalas beberapa kali dengan satu pandangan bebeda “tidak mampukah kita berubah dari penindas ke yang tertindas. Dari laki-laki ke perempuan. Dari yang diri satu ke sosok yang lain ? yang konsenwensinya kita harus bersusah payah mengkontruk ulang pemikiran laki-laki menjadi perempuan, membangun ulang keinginan laki-laki menuju perempuan. Bahkan kita harus mengkondisikan hasrat purba kita atas hanyalan-hayalan tentang penindasan terhadap perempuan” 10.54, 25/06/2009.

Sengaja saya tidak membalas sms-sms yang datang dari teman, karena pada saat itu saya tengah mengerjakan tugas UAS. Beberapa teman memandang saya karena beberapa kali berbunyi. Mungkin dikira aku minta kiriman jawaban atau apa, bukan hanya itu pengawas juga memperhatikan saya. Salah satu pengawas langsung duduk dibelakang saya. Namun saya cuek saya saja.

Namun tak lama setelah itu Hp berbunyi lagi siapa lagi pikir saya. Walau pengawas memperhatikan dari belakang saya tetap seperti biasa dan baca sebelum saya menyelesaikan jawaban soal terakhir, “perlu mengorbankan lautan kesenangan untuk berani bersikap (Hens. 09)” 11.09, 25/06/2009. Ini adalah pesan terakhir dari satu pertanyaan yang saya ajukan.

Dari beberapa sms yang saya terima mencerminkan betapa telah terjadi pergolakan yang membumi dalam pandangannya. Hal itu dapat saya baca dari beberapa tulisan lewat sms, tapi benarkah hanya dia yang memiliki kesadaran semacam itu, kenapa dia dengan bertubi-tubi mengarahkan dan seperti mendoktrin saya. Seakan saya adalah orang yang masuk kedalam apa yang ia tulis. Saya menjadi orang tersalah yang harus disadarkan dengan beberapa maklumat sms itu.

Seperti yang telah saya uraikan di atas posisi penciptaan antara Hawa dan Adam menjadi salah satu pengkondisian terhadap posisi perempuan di mata masyarakat. Sampai saat ini perempuan masih dipandang di bawah derajat laki-laki ”mahluk nomer dua”. Dari perjalanananya wanita terus mengalami penindasan yang tak pernah usia.

Pada zaman jahilia sebelum kedatangan islam perempuan “memiliki anak perempuan” tidak menjadi kebanggaan bahkan menjadi aib. Tidak hanya sebatas penguburan hidup-hidup terhadap anak perempuan. Muhammad sebagai pembaharu pada saat itu mencoba mendobrak paham, budaya dan tradisi yang sangat kelam dalam sejarah manusia (penguburan hidup-hidup terhadap anak perempuan).

tanggaban teman-teman
Iva@
lalu dmana posisimu? saat qm mengatakan bhw laki2 tdk patah hati smpi bunuh diri krn itu bkn sifaty, apa scr tdk lgsg qm ingn mengatakn bhw itu sifat perempuan? dan trnyt qm pny pandangan yg sm ttg perempuan, merendahkany n merasa jauh lbh ...superior dr aq yg perempuan ini krn apa? krn aq yg pth hati. huuuh patah hati trnyt bs jd tema yg bgs untk meliht pndgn laki2
30 Juni 2009 jam 13:34 •

Prayudi @
yang jelas posis wanita selalu ada dibawah dull.... ya opo nek awakmu rabi karo wong lemu, iso-iso penyetkon. koyo tempe penyet
01 Juli 2009 jam 4:49 •

Mahmudi@
Untuk iva, aku tidak bermaksud demikian "sakit hati bukanlah sifat lelaki, apalagi sampai mati bunuh diri. Putus cinta itu soal biasa, persetan dengan cinta, persetan dengan janji aku tak peduli. Persetan dgn sumpah, percuma kalau hanya menya kiti........." itu potongan lagu dangdut yang dinyanyikan oleh Yussionus. Patah hati, kecewa, cemburu, dendam benci, dunkkol dll, itu hanya permainan kata dan simbol-tertentu (bunuh diri dll).

Aku tidak suka perempuan (lemah lembut, penurut, tidak pernah menolak laki-laki, dalam hal cara pandangnya terhadap perempuan) aku suka wanita (aktif, berani berkata tidak pada sesuatu) mungkin dalam hal ini aku dipengaruhi oleh simbol/pertanda perempuan-wanita itu sendi, tapi tidak apalah. Aku tidak menganggab laki-laki itu superior tidak, namun yang hendak aku katakan jangan kita terjebak pada pendefinisian jenis kelamin, intinya bagiku laki-laki wanita sama, keduanya adalah manusia (mahluk Tuhan, yang membedakan di hadapan-Nya "taqwa" kata dosen-dosen di Uin seperti itu, hehe).

Saat Perempuan Mengubah paradikma yang konten dengan mik-up (bedak,kaca,gincu dan produk kapital lainnya) bersolek diri di depan cermin hal yang demikian tidak jaman lagi, tapi bercerminlah pada realitas sosial yang ada di lingkunganm kita, aku kira itu akan lebih arif. Saatnya wanita turun langgang, baca dan lawan.

Untuk Pray : pandangan kamu tidak sepenuhnya benar. Tapi apa yang kamu katakana telah merepresentasikan kebiasan “asumsi personal”. Perempuan tidak harus selanya ada di bawah, kenyataan ini kan sudah terkukuhkan dalam kebiasaan terlarang “melihat Film dewasa”. lihat saja perempuan juga bisa di atas, "si laki-laki bilang, lanjutk......an ...9x" hahaha.
01 Juli 2009 jam 6:16

Taufiq@
Emang kalo nulis feminisme mesti terangsang dulu ya.., he..he..
02 Juli 2009 jam 7:42

Mahmudi @
Makasih pak Taufiq r. saya tidak adapat menjawab apakah saya harus “terangsang” dulu atau tidak. Namun hal ini saya jadikan pendorong dan motivasi untuk selalu brproses. Saya sadar tulisan di atas tidak dapat merpresentasikan realitas secara utuh. Oleh sebab itu masukan dari kawan-kawan member banyak inspirasi. Saya sadar tidak ada kesempurnaan di dunia ini. Dan bila konotasi “terangsang” dinisbatkan pada saya “laki-laki” mungkin karena paham dan anggapan kelakian itu yang mengalirkan motifasi. Saya kira perempuan juga “terangsang”, Maaf perempuan di ujung sana!
02 Juli 2009 jam 19:35

Hendri@
Maaf baru baca tulisan ini. ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan:
1. Terima kasih karena telah memuplikasikan semua sms yang pernah saya kirimkan. Dan saya terkesan, senang, walau tulisan ini menggugat sms saya.
2. Ada beberapa hal yang perlu dicermati, pasti dan pasti konsep-cerita Adam Hawa tersebut diterjemah dan digagas oleh ulama- da'i yang berparadigma laki-laki. Dan jelas, pasti kelamin mereka adalah laki-laki. jelas sekali kamu ada dipihak mereka
08 Juli 2009 jam 15:47 •
3. Pemikiranmu bagus,tapi keliru-paling tidak menurut q- dengan gaya (sok) postmodern, mengatakan tidak perlu terjebak pada definisi kelamin. padahal pada saat-saat tertentu kita akan ada pada 2 pilihan (pemikiran) tersebut. Kau belum memahami apa yang disebut 'perempuan'. Definisi ...yang kau maksud lebih pada tataran biologis.
4. aq sangat megerti mngapa kau sangat tidak menerima konsep 'perempuan'. tak lain & tak bukan lebih karena konsep posmodern. tapi sayang, konsep posmomu sangat akholsentris
08 Juli 2009 jam 16:01 • SukaTidak Suka
Hendri @
aku pernah mengatakan : ada yang salah terhadap konsep posmodern yang kau pahami (atau mungkin konsep posmo sndiri). karena memang sangat akholsentris skali.. terutama ktika memandang konsep 'perempuan'. Kau mengaku orang yang berproses kan? pikir, evaluasi, dan kriti...silah pemahamanmu sndiri. karena aq telah menemukan kebobrokan posmodern (akholsentris) yang slama ini kau pahami. Tunggu aja tgl main nya!
08 Juli 2009 jam 16:10 • SukaTidak Suka

Mahmudi @
bung setiap ilmu pengetahuan itu memiliki titik kelemahan, kan sudah aku bilang tempo kemarin tidak ada yang sempurna di dumia ini. apa yang kamu pikirkan tentang keberadaan perempuan tidak seperti yang kamu sangkakan. kita sama-sama berpro...ses setiap peroses itu akan membutuhkan waktu ,
09 Juli 2009 jam 20:03 •

Hendri @
Jika memang seperti itu, lalu mengapa bung harus mengadakan pembenaran lewat jargon 'proses'? kata2 'proses' mu, itu lo miliknya nietzsche? slah satu pendorong/cikal bakal lahirnya posmo?? yo' opo seh??
09 Juli 2009 jam 20:34 • SukaTidak Suka
Hendri @
Ilmu itu ga da yg sempurna? lalu mgapa knsep adam-hawa yg coba km tawarkan? 'proses' mu dlm memandang knsep perempuan jelas2 sgat akholsentris kq.
09 Juli 2009 jam 20:41

Potongan dialog di atas telah disunting dan nama-nama pun disamarkan.

Tidak ada komentar: