"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Senin, 28 Maret 2011

ANTARA AKU, TEMAN-PACARKU II


Waktu pun berlalu, sementara permasalahan antara ER, Vani juga aku masih diselimuti tanya….? Ya sikap Vani yang tiba-tiba berubah menimbulkan tanda tanya, hal semacam itu ternyata juga dirasakan oleh ER. Bahkan pada sela waktu tertentu ia bertanya prihal sikap Vani yang tiba-tiba berubah. Aku pun tidak dapat menjelaskan kenapa Vani berubah.

Aku bertanya pada diri sendiri, apa mungkin ia cemburu lantaran keakrabanku dengan ER. Mengapa ia cemburu ? padahal antara aku dan ER hanya sebatas pertemanan. Aku sendiri tidak ada keterikatan dengan siapapun jadi aku bebas bergaul dengam siapa saja !!!. pikiranku terrus bergulat. Aku pun tidak mau ambil pusing dengan perubahan sikap Vani terhadap keakrabanku dengan ER, justru antara aku dan ER semakin akrab, setiap pulang kami selalu pulang bersama, berangkat pun juga bersama.

Keakrabanku dengan ER semakin hari semakin mesra, benih-benih perasaan ‘cinta’ pun makin terasa, namun aku tidak bisa semerta-merta menyatakan prasaan. Keakrabanku dengan ER aku nikmati dalam suasana canda, namun gejolak hati tak dapat aku pungkiri, diam-diam aku tatap wajh ER pipinya yang kemerah-merahan membuat hati berdeguk, senyumnya bagai menghalau gemuruh kalbu, pada saat-saat seperti itu ingin aku berterus terang namun tidak bisa kumelakukannya. Apakah ER juga merasakan hal yang sama seperti yang kurasan, pertanyaan itu tidak dapat aku jawab.

Pada saat-saat itulah aku mulai merasakan hasrat (ketertarikan terhadap lawan jenis) dalam bahasa akrapnya ‘cinta’, namun aku masih belum berani mengungkapnya. Mungkin aku terobsesi oleh sikap Vani yang tiba-tiba berubah ‘cemburu’ tanpa kuketahui alsanannya, namun pada perjalanannya aku malah jadian sama vani hal ini akan diceritakan pada pembahasan lain.

Satu saat aku pernah menaruh surat, surat itu aku masukkan pada sebuah fentilasi kamar ER, dalam surat itu sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa, hanya mengungkapkan kekagumanku pada dia.

“……..ER kau sangat cantik. Paras wajahmu yang elok dambaan setiap lelaki. Di balik balutan jilbab kau begitu anggun mempesona. Pujian ini mungkin sudah ribuan kali kau dengar, namun aku perlu mengungkan. Seandainya aku mampu menghiasi dan mewarnai perjalanmu betapa sangat bahagianya aku. Namun Er apalah arti diriku bagimu, kau laksna laut yang mendayu seiring tarian ombak, sementara aku hanyah buih di tepian.

Kau tercipta tanpa cela, cayaha kecantikanmu silaukan pandangku. Tutur sapa taklukan hasratku. Ingin kugapai engkau dalam mimpi nyataku tapi pusaran waktu seakan menelantarkan niat. Akhirnya aku hanya bisa mematung dalam impian dan harap. Andai kau tahu dan akau tahu bahasa tubuh maka ……. Tapi aku pun sadar bahwa tak mungkin bagiku meraih rembualan. ……………….

Surat itu kulis tanpa alamat jelas dari siapa dan untuk siapa, keesokan harinya saat akan berangkat ke Sekolah Er pun bercerita mengenai surat buta itu, aku hanya tersenyum dan bilang, ‘ya itu orang yang kagum pada kamu’ kemudian aku pun mengalihkan pembicaraan. Oya Er aku masih penasaran sama sikanp Vani yang tiba-tiba berubah.

“aku juga gak tau, ya biarkan saja” ungkap Er dengan santai
“masak ia cemburu pada kita”
“Aku juga gak tau”
“Menurut kamu kira-kira bagaimana”
“Udahlah jangan bahas itu, mungkin dia naksir sama kamu”
“la..h kok bisa,”

Er pun mengalihkan pembicaraan. Kemudian dia bercerita masalah hubungan dengan mantannya dan soal tungannya yang diputus. Tanpa terasa kami telah tiba di sekolah. Sementara dari kejauhan Vani sudah ada di serambi sekolah. Dari jauh dia terlihat memperhatikan kami.
“tu lihat Vani memperhatikan kamu”
“Wah jangan gitu lah” aku mencoba mengelak.

Memang akhir-akhir ini Vani terlihat sering memperhatikan aku, lebih-lebih ketika aku berjalan atau ngobrol dengan ER. Seiring waktu pertemannu dan ER juga mengami pasang surut, hal itu terjadi ketika aku coba untuk mendekati Vani. Sebenarnya aku mendekati Vani lantaran aku ingin mengorek lebih jauh prihal sikapnya. ER merupakan perempuan pertama dalam mewarnai perasaan cinta. Namun pada perjalanannya perasaanku terhadap Er sendiri tidak terungkapkan.

Vani dia adalah wanita seksi, namun postur tubuhnya di bawah ER, Vani memiliki tinggi badan berkisar antara 55-60 cm. kalau Er periang dan mudah bergau sementara Vani orang agak tertutup dan sedikit pendiam. Akhirnya aku pun kesulitan untuk melakukan pendekatan. Kerana semenjak Vani memilih menjauhi Er, kita pun tidak sering ngobrol seperti dulu, bahkan kalau berangkat sekolah sering barang, sekarang hal itu tidak lagi.

Tidak ada komentar: