"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Selasa, 05 Juli 2011

SAHABAT : PERJUANGAN & KOMETMEN

Kawan ….. benar apa yang kamu katakan, pertemuan ini mengingatkan kita pada kenangan beberapa waktu silam yaitu masa-masa di sekolah MAN Sumenep. Saat itu kamu mulai menginjak naik kelas dua sementara aku masih baru masuk di kelas satu. Dua tahun lebih kita saling akrab satu sama lain. Hari-hari yang telah berlalu selalu indah untuk dikenang. Entah sudah berapa lama kita tidak bertemu. Seingat aku setelah kamu dinyatakan lulus kita tak lagi bertemu. Dan kali ini setelah 4 th-nan lebih kita kembali bertemu.

Pertemuan ini tergolong istimewa, hal ini bila kita lihat dari kesamaan jalan yang kita lalui. Kita sama-sama menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri. Kamu bilang saat ini sedang cuti, berarti kita sama karena saat ini aku juga cuti. Kita memang tak satu kota aku di Malang dan kamu di Surabaya. Kalau dilihat dari jarak tempuh kalau normal berkisar tiga jam. Kesamaan diantara kita terletak pada nasip sementara tautan takdir tak pernah sama.

Perbedaan yang tampak pada kemampuan beradaptasi dengan hidup dan mampu hidup mandiri. Sementara aku ….heem Sangat jauh beda dengan kamu. Barangkali aku harus banyak belajar dari kamu, dan penglaman kamu. Jujur aku salut atas segala prestasi yang kamu raih. Bila aku mengenang kamu, aku teringat kita hidup bersama di Musollah sekolah MAN. Saat itu kita hampir terbakar. Satu yang tak kala seru adalah saat kau terjatuh di kamar mandi, saat itu kita mengejar waktu menjelang solat Jum'at.

Aku ingat betul perjuanganmu saat itu, tertutama dalam hal keorganisasian. Saat kamu menjadi pemimpin di redaktur majalah sekolah kamu masih mengurusi kegiatan organisasi di luar sekolah. Sungguh kau teman pencerah. Saat aku tak tahu apa itu organisasi kau bimbing aku. Pada saat itu kita mulai saling bertukar pikiran. Di ruang redaksi cara dan tradisi kehidupan baru aku jalani. Aku sangat bangga bisa mengaktualisasikan diri lewat tulisan.

Kamu benar-benar berbeda dengan segudang perubahan pada hidup-mu, saat ini. Ketegasan sikapmu tercermin pada tiap kata lontaran kata. Kau senantiasa bersahaja, sikapmu yang lembut mampu menaklukkan ganasnya kehidupan. Bila saat ini langkahmu tertuju pada satu arah dan mulai terfokus, hal itu merupakan buah manis dari sikap dan kometmen kamu selama ini.

Kini kamu benar-benar berubah, jarak dan usia telah mematangkan segala hal tentang kehidupan termasuk masa depan-mu kelak. Saat ini kamu telah menuai pahit menjadi madu, berbeda dengan dulu saat di MAN. Bila awal mula kau bersungut-sungut dengan keringat maka kali ini kau hanya dituntut dapat munguasai angin. Peluru perjuangan memang belum sepenuhnya termuntahkankan, dan tak harus memang. Selama kita mampu menjalani keadaan dengan tangan kosong buat apa kita memakai peluru pemungkas.

Bila aku boleh ber-ujar kamu benar-benar sukses. Semoga aku bisa mengikuti lankah suksesmu, setidaknya pada jalan aku esok dan nanti. Aku tak begitu mengharap kesamaan takdir terhadap apa yang saat ini aku jalani. Aku cukup belajar terhadap apa yang kulihat dan aku saksikan pada kometmen kegigihan kamu dalam meraih dan mengejar cita-cita. Kita yang terlahir tak sama tak mungkin menyamakan presepsi. Gayung kehidupan tak mungkin beda apa lagi soal kometmen. Soal buahnya kelak bagaimana, itu hanya persoalan perawatan dan waktu.

Kawan tentu kamu masih ingat saat setiap pagi kita saling memburu nasi paling murah (nasi lauk tahu lekangkap dengan sayurnya seharga Rp. 1500) barangkali itu nasi termurah di kota kita (sumenep) saat itu. Kamu ingat air yang kita minum setiap sehabis makan ? Air yang biasa kita minum adalah air-kran. Air di kran tempat Musollah memang tidak mengalir dari tanah suci seperti air zam-zam yang bisa diminum kapan pun dengan khasiat yang menyertainya. Air kran itu hanya air biasa, sebagaimana air yang dijadikan wuduk atau cuci baju. Tapi kita tak pernah menyoal, apakah tubuh kita akan terinfeksi atau akan kena firus ..... kita bagai mahluk dengan kekebalan tubuh yang tak tertandingi oleh apa pun.

Aku benar-benar salut pada sebilah kata-kata yang mengalir penuh ketulusan “.... Perjuangan belum selesai kita arus sukses”. Perjuangan tak akan selesai dan tak pernah mengenal medan dan batas. Selama roh masih menyatu dengan badan dan belum terpisah maka perjuangan akan terus bergulat. Perjuangan sesungguhnya merupakan penanda kehidupan, tak ada kata juang bagi mereka yang tak memiliki pengharapan terhadap hidup.

Hidup bagai medan peperangan, syarat utama orang berperang bukan pada senjata yang ada ditangan tapi pada apa yang perjuangkan. Senjata adalah alat yang statis sementara kehendak ”perjuangan' merupakan sebuah bentuk yang dinamis. Maka pemenang perang adalah bagi mereka orang yang mampu menunjukkan kometmen dan perjuangan yang gigih.



Semenjak pertama aku mengenal-mu di MAN Sumenep dulu, kau sudah penuh ambisi. Di ruang redaksi 2 x 6 m, aku menyaksikan bagaimana kamu menjadi pemenang atas segala beban dan tanggungjawab. Kau pejuang sejati. Di detik ini pada saat kembang merekah wangi semangat-mu senantiasa bagai api yang membara.



Barangkali kebersamaan kita selama kurang-lebih dua tahun tak bisa menjadi alat ukur untuk penilai kamu. Karena sebagaimana dikatakan di awal, hidup ini penuh dinamika. Segala sesuatu cepat dan bisa berubah setiap saat. Namun pertemuan ini semakin memperkuat kesanku akan kamu. Kesan pertama kau memang layak disebut pejuang sejati. Kedua kekonsistenanmu dalam menekuni sesuatu seirama dengan dedikasi yang kamu berikan.

Bila hari ini kamu mulai mereguk separuh kesuksesan itu sebanding dengan pengorbanan yang kamu berikan selama ini. Benar juga apa yang kamu katakan ”orang-orang di kota semua egois dan penuh ambisi, bila kita lamban dan lalai maka selamanya hanya akan jadi penonton”. Aku yakin kata-kata lahir dari kandungan zaman yang selama ini kau selami. Kita harus percaya diri. Kita mesti berani melakukan terobosan baru. Kita tak boleh takut mengambil resiko. Namun segala lakon yang akan dipentaskan harus benar-benar melalui perhitungan yang matang.

Surabaya 03/07/2011

Tidak ada komentar: