"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Rabu, 06 Juli 2011

RENCANA TUHAN SELALU INDAH

Badan terasa pegal-pegal. Perjalanan yang harusnya bisa ditempuh dalam jangka waktu yang relatif cepat (3-4 jam) justru membikin kepala pening, Bus yang saya tumpangi bagai tak bertenaga, lemooootttt banget. Semakin komplet lah pendertaan ini. Dalam keadaan seperti itu saya menggerutu pada diri sendiri “kok seperti ini, enggak biasanya”, barangkali karena macet sehingga gerak Bus terbatas. Hawa semakin sumu' ditambah penumpang yang berjubel mulai dari trminal. Semenjak baru akan berangkat dari terminal Arjosari Malang penumpang sudah banyak yang berdiri.

“Jalan macet-macet....3 x 3.” Suara itu terdengar dari bangku duduk di belakang. Entah siapa namun dari suara-nya seperti perempuan. Macet menjadi ciri kota-kota besar. Mobilitas warga kota sangat tinggi dan padat apa lagi saat jam pulang kantor seperti Semarang, macet sudah langganan. Sebagaimana kota-kota lain, Madang, Surabaya ke-macet-an sudah menjadi hal yang biasa. Biasanya tidak separah ini, apa karena nanti malam, malam minggu-an..??. Lengkaplah segala galauku dengan kondisi Bus yang merayab bak semut.

Walau dengan jalan Bus yang kaku dan sangat lambat, akhirnya saya pun tiba di Terminal bungor Asi. Pukul 19.26 m, saya tiba di terminal Bungur Asi Surabaya. Perlahan saya turun dari Bus yang tak mampu menembus kemacetan kota. Sebelum melangkah masuk ke terminal Bus kota saya mencari catatan kecil yang sebelumnya sudah saya persiapkan. Catatan itu berupa petunjuk jalan yang lengkap (naik Bus apa turun di mana). Sambil membaca catatan itu saya langsung bergegas ke tempat Bus kota. Di pintu gerbang beberapa orang menawarkan jasa angkutan “....bali mas, jakarta, .......... mas mau ke mana.. ” suara itu terus bergantian diketokkan ke telinga. Terkadang para jasa angkutan itu membuat saya (atau anda) risih.

Seorang laki-laki dengan jaket kumal menawari saya ojek. Awalnya saya Cuma bermaksud menanyakan alamat yang saya pegang pada bapak itu

“ ... Maaf pak numpang tanya .....kalau mau ke Dolog naik bus apa .....”

“wah ini itu masuk ke dalam mas bagaimana kalau saya antarkan pakai sepeda, itu sepeda saya”. Bapak itu ternyata tukang ojek berbaik hati menawarkan jasa ojek pada saya, Dia terus membujuk saya untuk naik ojek, tapi saya tolak, pada awalnya bapak itu menawarkan harga Rp. 25.000 sampai turun ke Rp. 10.000.

Kemudian saya tanya pada salah petugas resmi di area terminal Bungur Asi. Dari petugas resmi terminal saya Akhirnnya mendapat keterangan yang jelas. Bapak petugas itu langsung menunjukkan salah satu bis yang sedang parkir di lajur dua dari arah selatan. Saya pun langsung menuju Bus yang bapak tunjuk, kemudian duduk di bangku agak tengah. Selang beberapa saat ada wanita (Mahasiswi IAIN Surabaya) duduk di samping kiri saya. Kami sempat ngobrol namun belum sempat menanyakan nama. Tapi dia mahasiswa IAIN Surabaya. Jurusan Skologi. Dan akan berangkat PKL pada salah satu kabupaten di Madura.

Obrolan kami belum usai..... saya bergegas meninggalkan mahasiswi di samping saya, awalnya tujuan saya untuk mengingatkan pada kondektur bahwa saya akan turun di Dolog. “......Pak ini sudah sampai di Dolog.....” belum selesai ngomung tiba-tiba kondektur menghentikan laju Bis, saya pun agak kaget. Perasaan masih bercampur ragu dan tak tentu. Maklum saya belum begitu paham Surabaya.

Saya menelpon teman sambil sedikit mengingat-ngingat keadaan saat saya di turunkan. Belum selai ngomung telp putus... ternyata pulsa habis. Waduh ...... gimana ini, seru saya pada saat itu. saya mondar-mandir sebentar kemudian balik ke arah pertama di turunkan. Dari jauh saya melihat pernak-pernik lampu. Barang kali itu taman yang dimaksud bapak satpam di Stasiun Bungur Asi tadi. Saya menuju cahaya lampu.

Berjarak sekitar 10 m saya melihat bapak satpam.... cepat-cepat saya menuju bapak itu. Saya tidak sempat perhatikan keadaan. Langsung tanya pada satpam “ Maaf pak ... saya numpang tanya, apakah benar ini masuk daerah Dolog”.

“.. ya benar ada apa....” kaget saya mendengar sahut satpam yang tiba bersuara tinggi dengan muka masamnya. Wah kenapa satpam ini galak benar.... grutu saya dalam hati. Apakah karena kecapean. Tapi apa juga dibenarkan marah-marah pada orang yang benar-benar butuh bantuan “kepastian tempat”. Apakah tidak ada bahasa yang lebih bersahabat .... tapi saya masih bersukur bapak itu jawab iya.

Ini juga kesalahan saya, sebelum tanya tak melihat keadaan lingkungan sekitar padahal satpam itu merupakan satpam dari Dolog... Alamaaaaak yaaaaaaaaa!!!! Kata saya dalam hati. Wong jelas di selatan berjarak 20 m tulisan DOLOG besar menempel pada sebuah gedung yang masih terlihat rapi dan baru.

Saya tahu posisi saat itu. namun saya tidak bisa memberitahukan pada teman, lantaran pulsa habis. Sementara tadi tak cari-cari di sekitar area itu tidak terlihat ada jualan pulsa. Kemudian saya berinisiatif untuk tanya lagi pada satpam... Dolog tersebut.... Walau saya tahu pak satpam enggak begitu bersahabat saya tetap tanya pada pak satpam barangkali tahu penjual pulsa terdekat sini. Jelas jawabnya “tidak tahu...!!!.” tak mengenakkan. Waduh kenapa sentimen banget yaa... saya pun kesal, jadi satpam saja sok gitu... hati saya berontak.

Saya tetap tak berputus asa. Masih di dalam lingkungan area Dolog. Ada bapak-bapak usianya kira-kira 50 th-nan ke ata. Bapak ini terlihat sibuk mencatat setiap mobil masuk. Rupanya ada kegiatan mantenan. Wajar banyak lalu-lalang mobil mewah masuk. Saat keadaan agak sepi saya tanya pada bapak itu .... “Maaf mengganggu sebentar,.... pak mau tanya.... kira-kira konter atau jasa pengisian pulsa...yang agak dekat di sekitar sini...barangkali bapak tahu .”

“.. ooo coba sampai masuk ke ...Alfamarrt insyaallah di situ juga jualan pulsa”

”ini pak ...!!”

Saya kembali mempertegas kondisi toku yang berjarak 3 m dari tempat saya tanya sama bapak tua yang halus. Biaaarrrr hari saya seperti mendapat sentuhan segar...... ”alhamdullillah ternyata penjual pulsa di tempat yang sama sekitar 10 m dari bapak satpam yang saya tai pertama. Saya pun langsung dan mengisi pulsa........

Belum sempat masuk ternyata teman saya Khotib telp....

”Di mana aku sekarang di depan gedung Dolog.....”

” .. aku ada di alfamarrt baru isi pulsa...”

Saya tutup kemudian langsung menuju ke depan. Dari jauh sosok Khotib sudah jelas terliat. Kilatan lampu kendaraaan sesekali menerpa wajah nan tanpan itu. Saya tak langsung bertegur sapa. Kelihatannya dia masih berusaha meliat-liat keadaan.

"assalamulaikum.... " tegur saya.

Dia terlihat masih seperti dulu, penuh semangat dan pantang menyerah. Sorot pandangnya tajam memandang ke arah wajah. Dari bibir tecurah senyum tulus. Pertemuan ini seperti mengulang kisah-kisah perjuangan saat di MAN dulu.

Setiap kenangan selalu memiliki kesan sendiri bagi kehidupan dan alur selanjutnya. Cerita yang ceria membuat kita tertawa. Sementara kenangan sedih senantiasa menjadikan diri seorang petangguh. Maka pada kenangan yang berlalu itu terdapat sebuah ibroh yang bisa dijadikan pelajaran yang berarti. Kita pun bisa belajar banyak dari masa lalu. Sebaik-sebaik pelajaran adalah pengalaman itu sendiri.

”Tuhan terimakasih telah Engkau pertemukan kami lagi, dengan teman, sahabat ’saudara seperjuangan di MAN dulu’”, Semoga hamba bisa mengambil hikmah atas segala rencanamu yang agung. Dan berikan hamba dan orang-orang yang senasib seperti saya ketetapan dan keteguhan hati. Sungguh engkau maha pemenuh janji.

Surabaya

Tidak ada komentar: