"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Kamis, 07 Juli 2011

KUNCI SUKSES : KENALILAH POTENSI ANDA SEKARANG

Siapa yang tak ”bangga” ingin dikenal banyak orang. Semua pasti menginginkan hal itu. Bahkan kita pernah dikejutkan berita pengiriman peti mati ke beberapa awak media nasional, konon pengiriman peti mati tersebut bagian dari setrategi untuk memasarkan atau mengenalkan sebuah karya. Hem kok sebgitu-nya yaa...?? memang menarik simpati atau perhatian orang bukan satu hal yang mudah, orang gampag dikenali publik apa bila orang tersebu mempunyai ”keunikan” kelebihan.

Peroses menciptakan keunikan ini lah yang menuntuk kemampuan yang ekstra yaitu sebuah gagasan dan ide baru ”visioner”. Ketika kita muncul ide tertentu, ide tersebut akan memunculkan satu terma, dan terma nantinya akan menjadi sebuah ikon : keunggulan personality. Yaitu personalit yang sukses dan tangguh. Saat anda mendengar kata sukses apa yang muncul di benak anda ? sudah barang tentu sukses adalah impian setiap orang. Namun jarang orang menggapai sukses, kebanyakan orang hidup datar-datar saja. Ada sebuah paradikma baru yang kini digandrumi : orang eksis sukses. Atau sukses eksis.

Perlu ditekan-kan orang eksis belum tentu sukses, sebaliknya sukses tak selama menjadikan diri orang eksis. Cita-cita dan harapan terhadap hidup memang selalu sama, kesamaan itu termaktup dalam dua kata ”eksis & sukses”. Tapi sadarkah kita bahwa kenyataan empiris, setiap orang memiliki pengalaman berbeda di dalam meraih dan menentukan hidup eksis/sukses.

Banyak orang eksis namun mereka tak merasa atau belum sukses dalam kehidupan-nya. Contoh kasus eksis tanpa sukses, tergolong sangat banyak. Biasanya orang-orang yang masuk dalam golongan eksis tanpa sukses terjadi pada orang orang termarginalkan dalam lingkungan sosialnya, semisal karena kemiskinan yang sangat, kebodohan/kegilaan sosial, penjahat dan beberapa kasus lain-nya.

Sementara orang yang masuk dalam golongan sukses tapi tak eksis biasa terjadi pada orang-orang sederhana dengan sepritual yang tinggi. Atau orang yang senantiasa tabah dengan segala cobaan hidupnya. Orang seperti ini tak pernah mengeluh dalam menjalani kehidupan. Hari-harinya senantiasa dipenuhi rasa syukur dan dzikir. Sesungguhnya orang-orang yang senantiasa bersykur dan berdzikir mereka itu adalah orang yang sukses tapi tak pernah mengharap eksis di mata manusia kecuali mengharap ridho di sisi Allah swt.

Sekarang bagaimana dengan kehidupan kita sekarang apakah kita menginginkan hidup yang seperti di atas. Dan keinginan itu terletak pada kata yang mana eksis-kah atau sukses?. Saya tak akan mengarahkan apa pun, karena saya yakin saat ini ada sudah memiliki target terhadap hidup anda sekarang ini.

Anda tak harus terjebak dalam pengkata gorian hidup atau definisi seperti disebutkan di atas. Karena hal teknis semacam itu bukan satu hal yang penting. Yang terpenting saat ini bagaimana kita mampu membangun kepercayaan diri dan bisa melampauwi segala rintangan dengan senyum dan harapan. Kita boleh berambisi dalam menentukan hidup tapi ingat bahwa kita punya punya keterbatasan dan kelemahan.

Allah memberikan anuggrah berupa kelebihan dan kekurang dinatara masing-masing kaum. Tentu maksud Allah yang demikian memiliki tujuan yang mulia. Kekurangan dan kelebihan pada diri manusia sebenar-nya semua itu sebagai isyarat bahwa manusia perlu bersosialisasi satu dengan yang lain. Bahkan dalam tatanan kenegaraan, antara negara A & B, dari ketidak samaan tersebut mendorong negara-negara untuk saling berinteraksi (kerja sama) satu dengan yang lain.

Kita tak perlu bicara hal yang luas antara negara satu dengan negara yang lain. Kita menoleh pada skop lingkungan yang lebih kecil yaitu keluarga. Dalam keluarga ada anak, ayah, ibu, masing-masing dari mereka karakter tidak sama dan cenderung berbeda. Namun yang sering terjadi dalam lingkungan karakter yang dominan selalu memaksakan dominasinya untuk sama seperti dirinya/orang lain.

Sadar-kah bahwa selama ini, Anda Saya dan juga yang lain ada pada sebuah lingkungan dengan segala keteraturan dan presepsi ”konstruksi sosial yang keliru”. Kekeliruan yang saya maksud adalah kita sibuk mencari kelemahan ”ketidak mampuan” diri, Berbagai upaya dilakukan hanya untuk keluar dari penyakit itu. Terkadang kita memaksakan diri dengan manipulasi kenyataan dengan sebuah lakon yang konyol. Contoh konkrit : kita tak bisa berhitung ”matematika”, tak bisa matematika adalah kelemahan kadang menjadi aib. Untuk menutupi kelemahan itu kita banting tulang belajar mati-matian, bahkan sampai mengundang guru privat ”belajar dengan metode cepat” untuk menutup kelemahan yang ada diri kita atau anak.

Tahukah bahwa apa yang anda lakukan itu adalah satu tindakan konyol, sudah tahu anda tidak bisa namun tetap saja ngotot hanya tak ingin ada predikat ”bodoh matematika” jelek. Kesalahan dan tindakan konyol semacam ini sering terjadi dan bahkan kerap dilakukan oleh orang tua kepada sang anak, demi memenuhi impian orang tua.

Pernahkah anda mendengar seorang ayah/ibu bertanya pada anaknya ”Nak apa yang kamu suka dari pelajaran di sekolah”? Barang kali kita jarang mendengar pertanyaan semacam itu. Karena pertanyaan semacam itu tak populer di kalangan masyarakat. Sementara paradigma yang tertanam di otak para orang tua adalah sesuatu hal yang bersifat populer. Seperti pertanyaan berikut ”Nak ... bagaimana nilai matematika dan bahasa Inggris kamu di sekolah baik-kan”? Orang tua akan bangga melihat anaknya menjadi juara Olimpiade Matematika atau bahasa Asing.

Ketika anak menjuarai even-even ”matematika atau bahasa asing” yang bersekala Nasional atau bahkan Internasional para bangga. Bahkan saat para orang tua melihat kesuksesan pada orang lain dengan trem yang sama mendorong anaknya ”makanya belajar yang serius biar pandai matematika atau bahasa asing, biar seperti mereka”. Orang tua sering menuntut anak menjadi orang lain dari pada menjadikan anak tumbuh berdasar karakter dan potensi yang ada pada diri anak.

Mengapa kita harus lelah dan menghamburkan uang pada hal yang tak disenangi anak. Mengapa orang tua tak menjobai melakukan riset terhadap kecendrungan anak. Tanyai apa yang paling disukai anak. Karena dengan begitu telen anak bangkit dan berkembang. Kepercayaan dirinya pun semakin bertambah.

Sukses tak harus sama dalam arti dan difinisi. Sukses itu harus dimaknai secara proporsianal. Setiap orang berhak untuk sukses dan populer, tapi bukan cara-cara yang tidak terhormat. Apa lagi sampai memaksakan kehendak lantaran mengejar sukses dalam makna sempit. Perlu diketahui orang hidup itu sudah dibekali dengan keterampilan dan kesuksesan pada dirinya.

Pertanyaan mendasar, apakah seseorang telah merasa enjoi menjalani kehidupannya
Setelah itu anda akan dengan sendirinya akan bisa memaknai sukses itu apa dan bagaimana meraihnya. Kemudian apakah anda telah mengenal diri dan kemampuan anda. Kalau tidak segera keali potensi anda anak-anak anda juga lingungan saat ini anda ada.

”Kita semua sepakat bahwa setiap orang itu memiliki kelebihan dan bekal kemampuan yang bersuber dari Allah. Namun saat ditanya apakah kelebihan dan kemampuan kita.... jarang diantara kita yang langsung bisa menjawab”.

Surabaya 2011

Tidak ada komentar: