"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Kamis, 28 Juli 2011

MENGUBAH MENSET NIGATIF KE-POSITIF

Seorang ilmuan mengatakan “Presepsi kita terhadap sesuatu akan mempengaruhi pola pikir dan tindakan” jika kita mempresepsikan jelek pada objek tertentu, fetbec kepada kita juga akan jelek. Ketika pikiran kita dikendalikan oleh hal yang nigatif seluruh perbuatan kita pun akan berdampak nigatif. Anda percaya.

Pada saat saya masih di sekolah menengah pertama guru Matematika pernah mengatakan begini kepada saya “apa yang diperbuat manusia akan kembali pada dirinya sendiri, jika dia sering berbuat maka fetbecnya akan baik dan begitu pun sebaliknya” waktu itu guru mencontohkan pada obyek ban. “Ibaratnya seperti kamu melempari batu pada ban, maka batu yang kamu lempar itu akan kembali mengngena pada kamu, jika kita melempar ban dengan emmas maka emmas yang akan kita dapat”, tegas guru saya waktu itu. Saya yang kurang begitu paham hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala. Ungkapan guru matematika saya itu sederhana, namun penting untuk dicerna.

Kalau dipikir-pikir ternyata ungkapan guru benar adanya, saya baru sadar hal itu belakangan ini. Kalau ungkapan itu diperhalus barang akali makna kurang lebih seperti ini ”Apa yang kamu pikirkan “sangkakan” tentang sesuatu satu objek akan mempengaruhi cara bertindak pada diri kamu sendiri”.

Berfikir positif ternyata memiliki kekuatan yang sangat luarbiasa. Apakah kita telah mampu mengontrol pikiran kita kearah yang positif. Baik, saya akan mengajak anda untuk berpetualang untuk menemukan hal yang baik dan positif. Saya akan mengambil hal yang menurut hemat saya lebih dekat dengan kebiasaan kita sehari hari.

Anda punya ibu bukan. Atau anda sendiri kini seorang ibu. He….eemm atau anda adalah calon ibu. Baiklah apa pun posisi saat ini tak jadi masalah. Anggap saja diri anda Semarang adalah seorang ibu rumah tangga, anda saat ini dikaruniai satu-tiga anak. Apa bayangan dan harapan anda pada si buah hati kelak. Ngak usaha dijawab dulu.

Seorang ibu rumah tangga berusaha keras mendidik anak-nya. Ibu ini selalu menjaga diri untuk tidak mengeluarkan perkataan nigatif, karena bila itu terjadi akan mempengaruhi perkembangan anak. Perjuangan seorang ibu untuk memberikan satu yang terbaik untuk si buah hati seringkali dihadapkan pada persoalan pahit, dimana perubahan anak dan banyaknya tuntutan anak yang sering memancing emosi orang tua “ibu”. Di saat seorang ibu dihadapkan pada kondisi yang panik dan tak terkendali sering muncul hal-hal yang berdampak nigatif.

Ibu yang paham dan berpandangan positif ketika anak-nya mengalami ketakutan pada sesuatu ibu yang baik mengambil inisiatif untuk memberikan dorongan keberanian pada anak ”Kenapa ... enggak usah takut enggak apa... enggak percaya ” sang ibu memberikan langkah kongkrit untuk membuang kecemasan atau ketakutan si anak. Hasilnya luarbiasa, anak-anaknya pun menjadi seorang pemberani dan selalu berpikir positif terhadap kehidupan dan lingkungannya.

Nah bagaimana dengan anda sekarang, jika anak anda takut pada seekor kucing, dan sering menangis ketika melihat kucing langkah apa yang anda lakukan sebagai orang tua. Membuang kucing jauh-jauh dari anak. Memburunya sehingga kucing itu pergi, atau anda menggendong sang anak dihindarkan dari kucing. Langkah yang anda lakukan akan mempengaruhi mental anak.

Bila anda memilih langkah di atas berarti anda bukan menyelamatkan anak. Barangkali langkah itu benar sesaat tapi untuk masa jangka panjang anak akan terus dihantui troma dan takut sama kucing. Justru anda menjadi bagian dalam membentuk pola pikir anak kepada kucing. Bukan hanya anak anda yang takut pada kucing anda pun akan dihantui hal sama saat bersama anak dan saat itu ada kucing.

Orang tua yang cerdas akan melakukan strategi yang baik artinya ketika anak takut pada sesuatu ”kucing”, orang tua tidak perlu panik, santai saja. Beri pengertian anak soal kucing. Kalau perlu anda pegang dan elus kucing tersebut. Buktikan bahwa kucing tak perlu ditakuti. Bila anda melakukan hal yang demikian berarti anda berhasil menyelamatkan anak dalam menghadapi ketakutan pada kucing, untuk jangka panjang.

Orang tua yang tidak paham akan melakukan tindakan menjauhkan kucing dari anak, atau membuang kacing jauh-jauh dari anak. Namun orang tua yang mengerti akan mendekati kucing dan menunjukkan pada anak bahwa kucing tak perlu ditakuti. Memang dalam kenyataan di lapangan kita jarang menemukan tipe orang tua yang mengerti anak. Ketika anak takut pada sesuatu, sering dijadikan alat untuk menakut-nakuti anak.

Saat anak rewel biasanya orang tua jengkel. Dari saking bandelnya orang tua kehabisan cara untuk mendiamkan anak. Saat-saat seperti itu orang tua sering tak sadar menggunakan cara-cara yang merugikan mental dan perkembangan anak, misal menakut-nakuti, mengancam, dan beberapa cara yang justru berdampak nigatif terhadap perkembangan mental anak.

Biasanya seorang anak suka meniru perilaku di lingkungan sosial terdekatnya. Atau anda pernah bertemu dengan anak-anak yang usia masih TK, biasanya anak usia TK suka meniru dan memerankan salah satu tokoh artis, biasa itu dilakukan secara berkelompok, atau saat dia asyik dengan dunianya sendiri. Sensor anak yang peka dan keingin tahuan yang tinggi menjadikan anak suka meniru sesuatu, itu wajar dan harus terus dipantau. Dipantau bukan untuk dikerdilkan tapi lihatlah, perhatikan perilakunya amati ke-cenderung-an-nya terakhir fokus lah pada kelebihan yang ada pada anak, agar kelak mereka tumbuh menjadi anak yang super yang Amazing.

Dalam ilmu kedokteran pikiran positif memiliki peran yang signifikan dalam penyembuhan pasien. Sehingga sebagian dokter memakai alernatif penyembuhan melalui mengubah menset si pasien. Obat tak akan berefek, jika pikiran atau harapan untuk sembuh tak ada. Ternyata pikiran positif ini juga amat berpengaruh luarbiasa terhadap kehidupan dan cara memandang masa depan.

Surabaya 2011

Tidak ada komentar: