"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 10 Juli 2011

MENINGGALKAN SURABAYA

”Setiap ada pertemuan, akan ada perpisahan”

Kata tersebut menjadi justifikasi di kehidupan ini, bahwa kehidupan harus terus terus berjalan. Hidup tidak boleh statis. Kebersamaan tak akan pernah abadi, ketidak abadian ini lah yang membuat kehidupan ini dinamis. Kejutan-demi-kejutan datang bermunculan. Berbagai farian senantiasa menghiasi hidup, kadang bahagia, sedih, terluka dan lainya, semua itu akan senantiasa dilewati oleh yang nama hidup.

Hidup kita telah ada yang mendesain yaitu “Tuhan sang pencipta”. Maka dalam hidup senantiasa ada keseimbangan. Ibarat waktu ada siang ada malam. Ada mata hari ada renbulan. Langit beserta bintang-nya. Kita yang dikaruniai hidup mestinya mampu menangkap “merenung” moment di kehidupan ini. Dari perenungan terhadap karunia hidup ini, diharapkan kesadaran diri meningkat, rasa syukur pada yang mengatur hidup harus lah senantiasa terpelihara.

Hidup akan terus berputar, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Dalam hidup ada siklus. Setiap siklus ada dan memiliki cerita yang unik. Namun tak semua yang unik mendatangkan kesenangan. Ada kala ke-unikan memasung pilu di dada. Bahkan yang unik seringkali membuat kita terheran-heran.

Pertemuan dengan teman lama di surabaya saya nilai sebagai satu yang unik dan menarik. Keunikan itu hadir dari sebuah proses “menuju mimpi” pengakumulasian hidup. Hidup di kehidupan ini tak boleh sekedar diam, harus ada satu tekad dan keberanian. Kegagalan tak harus dibayangkan sebelum ada satu tindakan. Andai kita gagal dalam satu proses itu bukan berarti tidak berhasil. Justru kegagalan itu merupakan satu keberhasilan dalam sekala kecil, yaitu kita telah berhasil mencoba tapi masih belum sempurna.

Menariknya, pertemuan pertemuan dengan teman lama seperti menjadi titik pijakan hidup. Saya mendapat cermin kehidupan. Saya memperoleh sebuah teladan dan perjuangan. Perjuangan dari seorang teman dalam menapaki kehidupan di tengah persaingan dan modernisasi. “Hidup di kota tak boleh loyo, apa lagi banyak mengeluh dan malas. Keberhasilan tidak untuk orang loyo, banyak mengelus dan malas” ungkap teman.

Keberhasilan tidak hadir secara Cuma-Cuma. Proses demi proses mesti dilalui dan lampauwi dulu. Berhasil bukan titik akhir dari hidup, dan perjuangan. Berhasil hanya sebuah persinggahan menuju terminal keberhasilan selanjut-nya. Tak ada pemberhentian yang haqi-qi, begitu pun dengan keberhasilan itu sendiri. Maka nilai berhasil itu tidak ada pada tataran praktis yang ada hanya simbolis sesaat.

Sesaat saya menilai perjalanan saya di Surabaya yang kurang dari satu minggu kemarin, merupakan keberhasilan. Keberhasilan itu saya lihat dari beberapa aspek. Pertama aspek perjuangan, kedua kometmen, ketiga keuletan, keempat kegigihan, kelima nilai spritual. Aspek itu saya bacai dan teliti dari perjuangan teman-teman yang ada di surabaya kemarin.

Nilai spritula dan syukur adalah satu pondasi yang yang mesti dijaga dan senantiasa dipelihara. Kota dan segala glamornya tak harus menjadikan teman-teman di Surabaya inklud dan terbuai. Benteng keimanan yang mengkristal menjadikan mereka bijak dan bijaksana dalam memandang dan memaknai kehidupan.

Banyak cerita yang sempat saya rekam. Dari sekian cerita yang terrekam memiliki dimensi berbeda satu dengan yang lain. Cerita dan pengalaman seperti ini tak akan di dapat dalam sekolah atau bangku kuliah yang kaku. Tapi alam dan realitas sosial senantiasa memberikan nilai pelajaran bagi mereka yang pandai menggambil hikmah. Maka sesungguhnya segala ketentuan Tuhan itu tak ada yang sia-sia.

Maka barang siapa yang anti sosial sesungguhnya mereka telah menutup diri dari nikmat dan karunia Tuhan. Tak ada satu peristiwa tanpa peran Tuhan. Pertemuan saya dengan teman di Surabaya juga lantaran kehendak dan takdir-Nya. Sehingga nilai pelajaran yang saya dapat bukan sekedar sebuah fantasi atau ilusi apalagi teori. Saya mendapat pengalaman hidup dan pelajaran penting. Terima kasih Tuhan, Engkau mengirimku pada tempat dan orang-orang yang senantisa mengagungkanmu setiap waktu.

Kawan sepertinya saya mesti belajar banyak dari kalian. Terima kasih banyak atas kesediaan dan keluangan waktu, pelayanan yang diberikan. Lebih-lebih nasihat dan cerita perjuangan hidup kalian yang penuh optimisme. Semoga saya bisa mengambil pelajaran baik ini. “tak ada hidup sulit, semua pasti bisa dilalui” kalimat itu menjadi sebuah pamungkas dari perjamuan ini.

Maksud hati ingin memeluk gunung namun apadaya tangan tak sampai. Saya ingin selalu bersama kalian namun itu tak mungkin sebab kita memiliki tujuan dan keinginan yang beda satu dengan yang lain. Perbedaan ini bukan satu yang bersifat mainstrim tapi prinsip. Maka aku cukup mengambil pelajaran dari pengalaman kalian. Dan kesaksian-kesaksian yang saya dapat akan senantiasa menjadi bekal dalam menempuh hidup.

Seperti yang dikatakan di atas pada awal tulisan, bahwa hidup harus terus berputar, maka kita tak mungkin melawan hal itu. Kita harus berpisah. Namun perpisahan ini bukan satu akhir. Kita hanya dipisahkan oleh medan juang yang beda. Semangat dan patriotisme tetap lah sama.

Satu pantun klasik :
Bila ada tumbuh berdiri sumur di ladang boleh kita mandi
Bila Tuhan memberi umur panjang boleh kita bertemu lagi

Salam perjuangan untuk semua pemuda/i Indonesia
Salam .............. Merdeka !!!!

Tidak ada komentar: