"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 22 Januari 2012

MELIHAT IDE KRETIF ICMI

Tanggal 20 Januari 2012. Waktu menunjukkan pukul 20.15. Suasana Kantor PT. PILARMAS DIADASA seperti bergemuruh meniadakan lelah di siang hari. Beberapa orang terlihat duduk dengan membentuk lingkaran. Sebagian dari mereka yang duduk melingkar sudah saya kenal dan sebagian masih belum. Mereka adalah orang besar dengan kesibukan yang padat, namun tanggungjwab sosial menyatukan mereka dalam satu wadah perjuangan, di bawah bendera ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) Jawa Timur.

Saya diminta untuk menjadi notulen dalam setiap agenda ICMI oleh Ismail Nachu Ketua Umum ICMI Jawa Timur, sekaligus Direktur PT. PILARMAS DIADASA. Sebagaimana pernah Ismail cerita pada saya bahwa Ia memiliki agenda besar untuk mengembangkan dan menghadirkan ICMI pada public. Dia ingin di bawah kepemimpinannya ICMI menampakkan peran-nya secara nyata terhadap masyarat. “bila pada priode-priode  kepemimpinan sebelumnnya kiprah ICMI seperti apsen di tengah masyarakat, maka  untuk ke depan ICMI akan mengambil langkah-langkah strtegis, seperti : pemberdayaan kesehatam, Pembangunan Ekonomi dan penanaman pendidikan yang berahlak dan berkarekter” Jelas Ketua ICMI di Ruang kernya saat itu.

Menjalankan roda organisai nir-laba seperti ICMI diperlukan keikhlasan dan pengabdian. Saya salut terhadap orang-orang ICMI, bagaimana tidak di tengah kesibukannya mereka masih dapat meluangkan waktu untuk kepentingan ummat.

Semisal ketua ICMI, dia bukan tidak ada kesibukan. Justru saya melihat dia merupakan orang yang super sibuk dengan jam terbang yang tinggi. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas ke-organisasi-an sebagai ketua, Dia juga memiliki kesibukan bisnis property, sekaligus sebagai Direktur-nya.

Ternyata meskipun dia seorang yang super sibuk, Orang yang akrap di panggil Cak Mail ini masih sempat meluangkan waktu dan mengabdikan diri untuk kepentingan ummat.  Ketika saya melihat orang-orang yang terjun dalam organisasi social kemasyarakatan dengan penuh ketulusan hati, pesimisme saya akan bangsa terobati.

Ternya Tuhan masih memberikan penyeimbang atas keterpurukan bangasa, sehingga orang-orang yang memang benar-benar menginginkan Negara ini maju dan bersih masih bisa kita bacai dari mereka yang secara suka rela mendedikasikan hidupnya untuk kemaslahan ummat. Apa yang saya lihat dan amati menjadi penyeimbang, ya penyeimbang atas perilaku elit yang koruptif.

ICMI dikenal sebagai organisasi para cendikiawan, dan biasanya kaum cendikiawan merupakan  kelompok elit dari masyarakatnya, namun sebagaimana saya ketahui ICMI bukan organisasi yang elitis yang terlepas dari sosio kultur masyarakat. Sebaliknya ICMI bisa menjadi penjebatan atas cita-cita luhur pendiri bangsa dan ummat secara universal. Kecendikiawan bukan hal yang dilekatkatkan, melainkan membawa satu implikasi pada kewajiban dan tanggungjawab. Kawajiban dan tangungjawab itu bersumber pada nilai keimanan “hati nurani” dan kemanusiaan.

Oleh sebab itu ICMI pun harus terus menunjukkan peran nyata pada masyarakat. Program-program yang prorakyat harus diwujudkan secara nyata. Missal program ICMI Jawa Timur yang menggagas program “membentuk 10.000 Saudagar Muslim di Jawa Timur”, program-program semacam itu saat ini seperti gurita yang menjamur, program kreatif prorakyat pertama kali digelindingkan oleh pemerintah pusat seperti PKM dll. Apa lagi saat Sukarwo terpilih sebagai gubenur Jawa Timur sempat melontarkan satu janji politik yang hamper sama dengan pusat yaitu menciptakan 1000.000,00 pengusaha muda di Jawa Timur. Dilihat dari subtannya apa yang disampaikan Gubenur terpilih pada janji poltiknya sama dengan ide kreatif pusat hanya tema dan pengembangannya yang berba.

Hal serupa saya lihat dibeberapa organisai baik itu dibawah pemerintah seperti KADIN Jawa Timur dan ormas social kemasyarakat lainnya yang juga mengusung tema ekonomi kreartif  yang berbasis kemasyarakatan. Melihat salah satu program yang digagas oleh ICMI “membentuk 10.000 Saudagar Muslim di Jawa Timur”, tema itu sebenarnya hamper-hampir sama dengan semangat kerakyatan yang digelindingkan Pusat-Daerah juga oramas-ormas lainnya.

Kelompok organisasi keagamaan Seperti Muhammadian, NU dan beberapa oramas lain juga mengga-gas satu program yang sama “ekonomi kreatif” dengan desain dan enggel yang berbeda. Seperti saya sampaikan diawal ide Ekonomi kreatif yang kini banyak digagas ormas social keagamaan, dilihat dari subtansinya hapir sama denga program yang digelindingkan oleh pemerintah pusat-Daerah. Hal itu yang saya lihat di ICMI juga ormas social keagamaan lainnya. Pertanyaannya apakah program ekonomi kreatif yang bermasih masyarakat itu bersudah benar dirasakan dan mampu mewujudkan kehidupan yang lebih ekonomis dan dinamis…?

Ide-ide besar bangsa kita (ekonomi kreatif) masih sebatas pewacanaan dan belum mampu menjadi sepirit massal. Dan ke dapan nanti kita harus dapat bergerak secara nyata, bukan sekedar ide dan wacana belaka. Kita harus merubah pola kebiasaan “minset” secara menyeluruh, maka dalam hal ini pemerintah harus tidak hanya menggalakkan proyek pembangunan yang berbasis pada infrastruktur, namun lebih dari semua itu yaitu pembangunan suprastruktur.

Semangat membentuk jiwa kreatif “kewirausahaan” meruapakan sepirit yang baik yang harus terus digalakkan. Bangsa ini harus bisa berkaca pada kebangkitan ekonomi CINA, di mana Negara Tirai Bambu itu hampir menguasi sendi prekonomian di berbagai Negara termasuk Indonesia. Kita mestinya tak perlu kaget dengan diterapkan APEC, harusnya kita membangun pondasi untuk menilik peluang untuk mengekspansikan produk dan usaha dalam negeri.

Malam ini adalah pertama saya mengawal kegiatan perjuangan mereka di ICMI. Saya berharap keterlibatan saya dalam ICMI akan semakin mempertajam kepekaan social, dan bisa membentengi diri hal yang bertentangan dengan nalar dan narani ke iman.

Wallahu a’lam bissoweb


Tidak ada komentar: