"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Jumat, 20 Januari 2012

ANDA MISKIN, BERSYKUR LAH......!!


Tentu anda penasaran dan bertanya terhadap judul tulisan di atas, “miskin kok disyukuri”. Simpan dulu pertanyaan dan rasa penasaran  anda, mari kita lihat keadaan kehidupan kita saat ini, apakah kondisi kita saat ini termasuk orang miskin, atau tidak. Bila anda termasuk orang yang miskin maka anda harus bersykur.

Tapi kita mesti membedakan orang yang benar-benar miskin dengan orang yang mencari kemiskinan. Karena saya melihat sebagian orang justru mencari kemiskinan padahal kondisi kehidupannya berkecukupan. Lihat saja saat pendataan bantuan BLT dan kucuran Beras RASKIN, sebagian orang masih memburu bantuan yang memang peruntukannya bagi orang miskin. Jadi jangan heran bila penerima bantuan banyak yang salah sasaran.

Saat ada program bantuan bagi orang miskin data penduduk yang masuk kata gori miskin langsung meningkat. Dari itu berarti kita masih senang mencari kemiskinan. Termasuk sebagian elit kita yang bangga atas kemiskina “adanya proyek untuk yang miskin” 

Lalu siapa mereka yang senang mencari kemiskinan, apakah kita sebagai rakyat atau aparat yang sengaja membentuk data kemiskinan secara terstruktur dengan harapan mendapat bagian “proyek”. Baik lah, saya tak ingin berpraduga. Saya yakin pemerintah dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Daerah pasti memiliki presepsi yang sama dalam membangun bangsa ini, yaitu menekan kemiskinan seminimal mungkin, dan menumbuhkan ekonomi kreatifi guna menunjang kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik. Kita semua sepakat hal itu.

Akan tetapi menjadi persoalan ialah apakah pemerintah Pusat-Daerah dan kita sudah punya kesadaran untuk menjadi seorang yang jujur dalam hidup. Mengapa saya bilang harus jujur, karena menerut pernyataan aliansi rakyat pemerintah banyak melakukan pembohongan, dalam hal ini soal data penurunan kemiskinan. Pembiaran terhadap para pelaku koruptor. Menurut aliansai tersebut pemerintah “SBY” gagal melakukan pembangunan.

Oleh karena itu Pemerintah harus jujur bahwa upaya pengentasan kemiskinan di negeri ini masih belum berhasil. Angka statiskin yang menjadi acuan bahwa kemiskinan menurun itu harus ditinjau ulang. Saya kira sangat sederhana melihat kondisi reil rakyat “kemiskinan”, artinya pemerintah tak perlu mengklaim bahwa kemiskian menurun sekian persen. Lihat saja kehidupan nyata masyarakat di pingkir Kali, atau mereka yang selama ini menghuni Bantaran Kali lantaran miskin. Jika kondisi kehidupan mereka kini berubah “sudah makmur” berarti apa yang diucapkan klaim pemerintah itu memang benar adanya.

Mengapa kemiskinan di negeri ini begitu sulit diatasi dan seperti terstruktur. Hal itu bisa dilihat dari beberapa pendekatan dan asumsi universal, yaitu pertama lantaran ketidak tetapan program pembanguan pemerintah (BLT, RASKIN dll). Kedua gaya kepemimpinan elit yang cenderung korupsi. Ketiga tidak ada keseriusan dan keberpihakan pada kondisi orang miskin, baik dilihat dari prespektif hukum dan kultur. Yang kaya makin kaya, yang miskin semakin sengsara.

Kesenjangan kehidupan si miskin dan yang kaya saat ini sangat menonjol, apalagi saat para pemimpin “wakil rakyat” menampilkan wajah aslinya “ketidak pekaan” dengan pamir gaya hidup “kemewahan”. Wakil-wakil kita lebih suka memamirkan kehidupan yang borjuis di tengah kondisi rakyat yang terjerat oleh kemiskinan. Bagi sebagian rakyat yang memiliki jiwa brontak, mereka akan mengutuk perilaku wakil rakyat-nya dan menyeru pada Tuhan, “...... Tuhan mengapa dewan itu tidak Kau dimiskinkan saja”.
Lalu Tuhan menjawab “santai saja nanti mereka tak bakar di Neraka”
Maka sekarang kita sedikit tahu siapa yang benar-benar miskin dan orang yang memang suka mencari keuntungan atas kondisi kemiskinan.

KEADAAN YANG DISYUKURI
Menurut saya hidup itu harus disyukuri, tak perduli bagaimana pun keadaan hidup itu sendiri, syukur harus menjadi satu energi “penyemangat”. Karena dengan kita bersyukur berarti ada pengakuan, ada kejujuran pada diri kita. Kita sadar atas hidup. Dan bahwa kehidupan yang kita jalani saat ini merupakan angugrah Tuhan yang luar biasa. Mudah-mudahan apa yang saya ungkapkan ini bisa dipahami atau paling tidak menjadi sebuah pembuka peta pemikiran selanjutnya.

Kembali pada konteks MENSYUKIRI KEMISKINAN “keadaan”. Mengapa saya menekankan bahwa miskin itu harus disyukuri, karena saya memiliki satu keyakinan bahwa kemiskinan itu bukan satu ketentuan yang permanin. Kemiskinan itu bisa dirubah. Bagaimana merubah keadaan “kemiskinan”. Cara merubah keadaan “kemiskinan” harus dimuali dengan kesadaran atas kondisi diri “syukur”. Dan syukur merupakan satu pengejawantahan yang universal atas segala kondisi termasuk kemiskina itu sendiri.

SYUKUR, syukur atau mensyukuri adalah gerak yang dinamis, hal itu sejalan dengan apa yang dijanjikan Tuhan kepada kita selaku ummat Muslim, Tuhan beraka “.....barang siapa yang mensyukuri nikmat-Ku maka Aku akan melipat gandakan nikmat tersebut” (penyerdehanaan basa sendiri). Jangan kemudian kita menyederhanakan janji Tuhan itu dengan “.....kalau kita bersyukur Tuhan akan menambah nikmat, berarti kalau kita mensyukuri kemiskian Tuhan akan menambah kemiskinan “menambah derita””, tidak seperti itu.

Sekali lagi syukur adalah gerak dinamis kehidupan ia adalah energi yang senantiasa membangkitkan semangat kehidupan. Maka yakin-lah jika anda benar menyukuri keadaan anda “kemiskina” dalam jangka waktu yang tak begitu lama, kehidupan anda akan mengalami perubahan yang luar bisa. Sekali lagi saya mengatakan Syukur adalah pengakuan jujur atas segala nikmat hidup yang kita terima. Syukur itu memiliki konsekwensi logis atas bangsa ini, mengapa bangsa “aparat” banyak melakukan penyimpangan seperti korupsi, jawabnya karena mereka tak mensykuri nikmat yang ada atau diterima-nya.

Mari bersukur, termasuk keadaan kita yang “miskin”. Dengan kita mensyukuri kemiskinan tak akan menjadikan kehidupan kita semakin miskin, malah kita akan merasakan sebuah dorongan, semangat hidup yang langsung bersumber dari Tuhan yang maha kuasa.  Oleh sebab itu mulai saat ini jadikan syukur sebagai pijakan hidup, “pengamalan”

Wallahu a’lam bissoweb

Tidak ada komentar: