Dialog ilmiah antara Al-Ghazali dan
Ibn Rusdy dalam kaitannya filsafat merupakan sebuah refleksi ‘seni’ keilmuan.
Pada saat Al-Gazali menolak argumen filsafat dan menganggab pemikir ‘filosof’ barat
berada dalam kesesatan yang nyata, Ibnu Rusdy menolak pendapat Al-Ghazali
‘kerancuan’, yang kemudian melahirkan sebuah buku ‘kitab’ Tahafut At-Tahafut.
Kitab Tahafut At-Tahafut sebagai kritik terhadap buku Al-Ghazali Tahafut
Al-Falasifah. Al-Gazali dan Ibnu Rusdy keduanya adalah tokoh yang ditokohkan
oleh ummat dan ketokohan mereka dapat dilihat dari beberapa karya–nya yang
berpengaruh di dunia akademik dan menjadi kajian keilmuan sampai saat ini.
Lahirn ya kitab Tahafut Al-Falasifah
merupakan kegelisahan Al-Ghazali terhadap fenomena pada saat itu, di mana
antara perkembangan nalar dan pendekatan cultural keagamaan semakin kabur yang
tampak hanyalah sebuah perdebatan semu, pengabaian terhadap ritual kegaan
merupakan sebauh kewajaran bagi kaum filosof saat itu.
Hal itulah yang kemudian mengusik
nurani Al-Ghazali menurutnya “…. para filosof hanyalah memainkan retorika dan
mengabaikan urgensi --fitrah, subtansi sebagai mahluk”. Al-Ghazali kecewa pada
sikap filosof yang mengabaikan subtansinya sebagai hamba ‘abdtun’, kekecewaan
Al-Ghazali pada cara hidup filosof juga dapat kita lihat di sekitar kita, di
mana kebanyakan orang yang terpengaruh dan mencoba mendalami filsafat—mengabaik
an ritual keagamaan dengan mengedepan logika berfikir tetang hidup.
Tend ensifilsafat—kaitannya dalam
pengingkaran terhadap ritual keagamaan bukan suatu hal yang tabu bagi kaum
filsuf, fenomena semacam itu dilaterbelakngi oleh pembelotan logika, di mana
sebagian orang mengklaim dirinya inklut di dunia filsafat dan mengabaikan
mekanisme ritual, kemudian mereka "para filos" mengambil jalan
melegitimasi diri dengan—argumen dan logika. Bagi penganut ‘filsafat’ yang
dangkal “ritual kegamaan yang dijalankan manusia pada umumnya hanya rutinitas
yang tak berdasar ‘berimajenasi’. Kecendrungan berfilsafat semacam itu kemudian
membuat kehawatiran Al-Ghazali, sehingga dia mencoba membalikkan fakta lewat
karyanya Tahafut Al-Falasifah (kerancuan berfikir para filsof).
Na mun sikap "Al-Ghazali
Tahafut Al-Falasifah" yang cendrung tendensi—menyerang tradisi filsafat
terutama dalam kaitannya kepercayaan kepada Tuhan (tauhed) tidak sepenuhnya
salah. Sementara filsafat barat yang berorentasikan kepada logika menolak
eksistensi Tuhan, merupakan sebuah tanya yang harus diluruskan. Disi-si lain argument
Al-Ghazali Tahafut Al-Falasifah dianggap tidak menghargai pendapat yang berbeda
oleh Ibnu Rusdy.
Wall ahua'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar