Euforia dalam menyambut tahun baru seperti sudah menjadi
teradisi dikalangan muda-mudi saat ini. Saya tak begitu paham mengapa setiap
kali menjelang malam tahun baru selalu identik dengan kembang api,
senang-senang, bagi yang mempunyai pasangan mereka akan menghabiskan sisa akhir
tahun berduan dengan pasangannya, sementara yang tidak memiliki pasangan juga
tak mau kehilangan moment tahun baru dengan mele’an “kumpul-kumpul sampai
pagi” hal-hal yang demikian seperti
sudah menjadi sebuah ritual yang lekat pada muda-mudi kita dewasa ini.
Tapi mengapa saat tahun baru islam terkesan biasa, tidak ada
sebuah kegiatan berarti. Atau kita kadang lupa sama-sekali terhadap tahun baru
Islam. Diakui atau tidak ada sebuah ketimpangan budaya, diakui atau tidak kita
terbawa arus kontruksi media dan budaya barat. Saya tidak hendak menggurui atau
sok suci. Ini merupakan sebua fenomena yang tak asing lagi. Kesadaran unuk
membangun sebuah budaya sehat dan berwibawah tergusur sebelum terbangun kalah
oleh peradaban modern.
Pada tahun 2010 yang lalu, saya bersama teman melakukan
peninjauan ‘iseng’ langsung terkait perayaan di malam tahun baru di Malang.
Wira-wiri kendaraan meningkat dari hari-hari biasa. Semua orang tumpah ruah di
jalan-jalan dan pusat keramaian Kota. Hampir disemua pusat Kota seperti taman
penuh oleh pengunjung.
Di alun-alun Kota Malang missal, Alun-alun di depan Masjid Agung ini
sesak oleh pengunjung. Ada yang duduk santai bersama pasangannya, ada yang
jalan-jalan mengelilingi taman, sebagian yang lain asyik cangkruan bersama. Suasana
Taman yang minim penerangan ini pun seperti larut dalam akrobat tak terkendali.
Usai melihat-lihat keadaan di alun-alun Malang saya pun meluncur ke Kota Batu. Dalam perjalan
menuju Batu saya menyempatkan diri untuk mampir di hotel atau tempat yang biasa
menerima penginapan. Eats tapi bukan saya ingin cari penginapan, hal itu
merupakan rangkaian pengamatan yang saya lakukan bersama teman.
Ya setiap ada papan nama yang bertulis menerima tamu untuk
bermalam atau Hotel, pasti saya sambangi. Walau tidak bermaksud memesan kamar
saya tetep memberanikan diri bertanya pada petugas yang berjadi “satpam” di
depan pintu masuk. Dari sekian Hotel yang saya kunjungi pada malam pergantian
tahun saat tak ada yang kosong semua telah diboking oleh orang.
“Ada kamar kosong” kata itu menjadi senjata saya bersama
teman, dan setiap tempat yang saya kunjungi pasti melontarkan kata maaf, “maaf
mas, hotel sudah penuh”. Sebenarnya apa yang kami lakukan bukan tanpa
pertimbangan, kami telah siap dengan segala risiko sekaligus alibi. Jika dari
sekian hotel yang saya kunjungi saat itu mengatakan “iya mas, ada” mungkin saya
tak bisa berkutik. Ya bila benar-benar ada tempat Hotel yang masih kosong kami
telah siap dengan alibi sekaligus jurus seribu langkah “kabur".
Sekitar pukul 22.00 saya sampai di pusat Kota Batu. Suananya
tak kalah ramai dengan di Alun-alun Malang , bahkan boleh dibilang lebih ramai.
Hal itu bisa dilihat dari kemacetan yang terjadi di beberapa titik menuju Batu.
Seperti biasa penjual kaki lima menjadi bagian dari hiruk pikuk malam tahun
baru, termasuk di Batu saat itu.
Saya tidak berla-lam melihat keramaian di batu, tetap pada tujuan
awal melukakan pengamatan. Yang terpinting saya sudah punya gambaran, melihat
dan merasakan langsung kegiatan dalam rangka menyambut tahun baru.
Iya saya bersama dengan teman focus pada tempat penginapan,
bila di perjalanan dari alun-alun Malang menuju Batu hotel-hotel telah penuh “diboking”,
di Batu pun demikian. Kemudian saya dengan rasa penasaran menuju vila-vila yang
biasa menampung orang untuk bermalam. Dan ternyata saya mendapat jawaban yang
kurang lebih sama dengan apa yang telah dilalui diperjalan, , “maaf mas, … sudah
penuh”.
Saya pun ngobrol-ngobrol dengan putugas villa, “saya sudah
lebih dari 10 tahun bertuga sebagai penjaga keamanan di sini, dan kalau tahun
baru seperti ini harus pesan satu minggu sebelumnya, itu pun kal ada. Kalau langsung
pesan sekarang ngak bakal kebagian tempat” ungkap penjaga villa. Dari obrolan
dengan penjaga Villa, saya memperoleh titik terang dari sekian pertanyaan
sekaligus simpulan sementara. Simpulan
Pertanyaan muncul dalam benak saya apa hubungan Hotel-Villa
dengan tahun baru, siapa yang ada didalam dan biasa memesan tempat penginapan. Jusafirkah,
keluarga, pelajar. Meminjam lagu Kangen Band …. “semalam kamu di mana, bersama siapa dan
sedang berbuat apa”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar