"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Sabtu, 31 Desember 2011

EUFORIA DI TAHUN BARU

Euforia dalam menyambut tahun baru seperti sudah menjadi teradisi dikalangan muda-mudi saat ini. Saya tak begitu paham mengapa setiap kali menjelang malam tahun baru selalu identik dengan kembang api, senang-senang, bagi yang mempunyai pasangan mereka akan menghabiskan sisa akhir tahun berduan dengan pasangannya, sementara yang tidak memiliki pasangan juga tak mau kehilangan moment tahun baru dengan mele’an “kumpul-kumpul sampai pagi”  hal-hal yang demikian seperti sudah menjadi sebuah ritual yang lekat pada muda-mudi kita dewasa ini.

Tapi mengapa saat tahun baru islam terkesan biasa, tidak ada sebuah kegiatan berarti. Atau kita kadang lupa sama-sekali terhadap tahun baru Islam. Diakui atau tidak ada sebuah ketimpangan budaya, diakui atau tidak kita terbawa arus kontruksi media dan budaya barat. Saya tidak hendak menggurui atau sok suci. Ini merupakan sebua fenomena yang tak asing lagi. Kesadaran unuk membangun sebuah budaya sehat dan berwibawah tergusur sebelum terbangun kalah oleh peradaban modern.

Pada tahun 2010 yang lalu, saya bersama teman melakukan peninjauan ‘iseng’ langsung terkait perayaan di malam tahun baru di Malang. Wira-wiri kendaraan meningkat dari hari-hari biasa. Semua orang tumpah ruah di jalan-jalan dan pusat keramaian Kota. Hampir disemua pusat Kota seperti taman penuh oleh pengunjung. 

Di alun-alun Kota Malang  missal, Alun-alun di depan Masjid Agung ini sesak oleh pengunjung. Ada yang duduk santai bersama pasangannya, ada yang jalan-jalan mengelilingi taman, sebagian yang lain asyik cangkruan bersama. Suasana Taman yang minim penerangan ini pun seperti larut dalam akrobat tak terkendali. 

Usai melihat-lihat keadaan di alun-alun Malang  saya pun meluncur ke Kota Batu. Dalam perjalan menuju Batu saya menyempatkan diri untuk mampir di hotel atau tempat yang biasa menerima penginapan. Eats tapi bukan saya ingin cari penginapan, hal itu merupakan rangkaian pengamatan yang saya lakukan bersama teman.

Ya setiap ada papan nama yang bertulis menerima tamu untuk bermalam atau Hotel, pasti saya sambangi. Walau tidak bermaksud memesan kamar saya tetep memberanikan diri bertanya pada petugas yang berjadi “satpam” di depan pintu masuk. Dari sekian Hotel yang saya kunjungi pada malam pergantian tahun saat tak ada yang kosong semua telah diboking oleh orang. 

“Ada kamar kosong” kata itu menjadi senjata saya bersama teman, dan setiap tempat yang saya kunjungi pasti melontarkan kata maaf, “maaf mas, hotel sudah penuh”. Sebenarnya apa yang kami lakukan bukan tanpa pertimbangan, kami telah siap dengan segala risiko sekaligus alibi. Jika dari sekian hotel yang saya kunjungi saat itu mengatakan “iya mas, ada” mungkin saya tak bisa berkutik. Ya bila benar-benar ada tempat Hotel yang masih kosong kami telah siap dengan alibi sekaligus jurus seribu langkah “kabur".  

Sekitar pukul 22.00 saya sampai di pusat Kota Batu. Suananya tak kalah ramai dengan di Alun-alun Malang , bahkan boleh dibilang lebih ramai. Hal itu bisa dilihat dari kemacetan yang terjadi di beberapa titik menuju Batu. Seperti biasa penjual kaki lima menjadi bagian dari hiruk pikuk malam tahun baru, termasuk di Batu saat itu. 

Saya tidak berla-lam melihat keramaian di batu, tetap pada tujuan awal melukakan pengamatan. Yang terpinting saya sudah punya gambaran, melihat dan merasakan langsung kegiatan dalam rangka menyambut tahun baru. 

Iya saya bersama dengan teman focus pada tempat penginapan, bila di perjalanan dari alun-alun Malang  menuju Batu hotel-hotel telah penuh “diboking”, di Batu pun demikian. Kemudian saya dengan rasa penasaran menuju vila-vila yang biasa menampung orang untuk bermalam. Dan ternyata saya mendapat jawaban yang kurang lebih sama dengan apa yang telah dilalui diperjalan, , “maaf mas, … sudah penuh”.

Saya pun ngobrol-ngobrol dengan putugas villa, “saya sudah lebih dari 10 tahun bertuga sebagai penjaga keamanan di sini, dan kalau tahun baru seperti ini harus pesan satu minggu sebelumnya, itu pun kal ada. Kalau langsung pesan sekarang ngak bakal kebagian tempat” ungkap penjaga villa. Dari obrolan dengan penjaga Villa, saya memperoleh titik terang dari sekian pertanyaan sekaligus simpulan sementara. Simpulan 

Pertanyaan muncul dalam benak saya apa hubungan Hotel-Villa dengan tahun baru, siapa yang ada didalam dan biasa memesan tempat penginapan. Jusafirkah, keluarga, pelajar. Meminjam lagu Kangen Band  …. “semalam kamu di mana, bersama siapa dan sedang berbuat apa”.


Tidak ada komentar: