"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 20 Februari 2011

Ayo Membaca

Testimony :  “buku adalah jendela dunia”, 

testimony tersebut sangat benar, karena tingkat pengetahuan seseorang dapat dilihat dari seberapa banyak buku yang dica. Lantas bagaimana kita mendifinisikan buku dalam kerangka berikir kita, apakah buku hanya kumpulan lembaran kertas seperti yang kita pahami selama ini ? tentu tidak. Pertama kita sepakat bahwa dengan adanya buku kita dapat mengetahui berbagai peristiwa di belahan dunia. Kedua buku di sini tidak terbatas pada lembar-lembar kertas saja, di era tegnologi seperti sekarang semu dapat ‘menjadi buku’ seperti hp—internet ‘buku elktronik’ dan TV, semu media itu merupakan buku secara subtansi.



Termenologi membaca di kalangan Pengajar-Pelajar awal-nya diperkenalkan pada tingkatan TK, di mana pada usia tersebut anak dituntun dan dibina untuk mengenal haruf-huruf dan nama benda lainnya. Peran guru pada tingkatan TK pun memiliki tingkat ekstra dalam memberikan pemahaman “membaca” pada peserta didik. Maka tidak heran jika presepsi anak dan masyarakat umumnya mengetahui bahwa proses belajar membaca dimulai di dalam lembanga formal “TK”. Coba kita tanya pada anak di mana pertama belajar membaca mereka akan menjawab pada saat TK. Presepsi itu pun turut diamini oleh pranata sosial “orang tua” kita khususnya. Padahal anggapan itu merupakan pemanglingngan kenyataan dan menghilangkan peran penting keluarga “orang tua”.

Pada dasarnya latihan proses pembelajaran membaca telah berlangsung semenjak kita mengenal dunia ini dan telah dilakukan sebelum anak memasuki lembaga formal. Maka semboyan keluarga adalah sekolah pertama merupakan satu stedment yang memiliki tingkat urgensi secara psikologi dan sosial. Sekarang yang perlu kita tanyakan apakah di dalam keluarga telah ada kesadaran dalam membagun tradisi membaca ?, pertanyaan ini adalah satu persoalan mendasar dan patut kita jawab sendiri.
Bagaima membangun paradikma keluarga yang berbasis guru, konseling sekaligus teman terhadap anak-anak-nya ? pertama orang tua harus terbuka dan membuka diri terhadap persoalan, kemudian mengkontruksikan pada anak. Kedua hindari perselisihan keluarga di depan anak karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap mental anak. Ketiga berkomonikasilah dengan anak libatkan anak dalam hal-hal tertentu tentu dengan memperhatikan kapasitas berfikir mereka.

Sesungguhnya peran dan tanggung jawab keluarga tidak terbatas pada merawat dan membesarkan anak, lebih dari itu orang tua musti memberikan satu keteladanan dengan memberikan pendidikan yang mempuni di dalam keluarga itu sendiri. Orang tua sebagi guru, ialah ia harus mampu membimbing dan melatih anak agar memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri sejak dini. Orang sebagai teman maka ia harus bisa melakukan sebuah komonikasi yang baik “konseling” terhadap anak.

MEMBACA SEBAGAI KEBUTUHAN SETIAP ORANG
Kalau orang beranggapan bahwa membaca hanya dapat digeluti oleh mereka yang menempuh pendidikan dan telah menempuh pendidikan, anggapan semacam itu saya kita kurang tepat. Membaca adalah kebutuhan setiap orang dan mahluk di muka bumi. Membaca tidak harus dimonopoli oleh orang yang menempuh dan telah selesai pendidikan. Membaca tidak hanya milik orang dewa bahkan seorang anak yang pra sekolah juga butuh terhadap membaca. Membaca adalah kebutuhan setiap orang—mahluk (anak-dewasa) di dunia.

Saya katakana seorang anak pra sekolah butuh membaca, karena mereka telah melakukan hal itu. Namun kekurang pekaan orang tua serta kontruksi ‘membaca’ yang dibangun selama ini terhadap ‘membaca’ hanya sebatas formalitas, dan ritualitas. Fenomena dan legitimasi terhadap pemahaman—konsep membaca menjadikan orang tua kurang peduli dan cenderung mengabaikan prilaku anak-anak-nya ‘membaca’. Sebagian orang tua memahami membaca hanya terbatas pada memegang buka atau kitab. Padahal setiap prilaku yang dilakukan anak merupakan hasil dari yang ia pahami ‘baca’ dari lingkunganya.

Tidak ada komentar: