Perjalanan ini mengingatkan aku pada sosok Ibu,
Ibu yang selalu penyapihi-ku dengan cinta dan kasih
Ibu yang rela berkoban demi membahagiakan hariku
Di sejengkal nasip yang mematung
Ijinkan aku mencurah rindu
Ibu.... Terimakasih
Sungguh anak-mu tak bisa membalas kebaikan
Yang pernah ibu curahkan untukku
Apa lagi menyelendangkan sutra
Kesabaran,
Katabahan,
Senyum tulus itu...
IBU, Kasih sayang-mu tak ternilai
Ibu, Jika Tuhan memberi-mu palu
Maka pukulkanlah sebelum tuhan memukul-ku
Karena aku yakin pukulan ibu
Yakin Pada cinta dan harapan di hari kelak
Ibu ....
Kau adalah jembatan segala waktu
Kesediaanmu dalam setiaap keadaan
Tak dapat kulukis dengan kata-kata
Sudah berapa jarak yang Ibu pangkas
Membuat aku akrab dengan bau keringat-mu
Keringat tempuh, demi bulir padi dan beras
Ibu.....
Kua adalah rembulan
Kau adalah mata hari
Yang tak pernah lekang oleh mendung dan awan
Kau selalu tabah berselimut agin dan waktu
Ke-tabah-an-mu tembus waktu
Saat ronta kenakalan-mulai mengusik tidur-mu
Aku kau dekap dalam kehangatan cinta
Perlahan ... ibu membelai ubunku
Tangan-mu yang akrap dengan cangkul dan arit
Membelai-belai rambut-ku
Ibu mengelus dada
Menyaksikan rambuku
Rambut dengan segala bentuk dan bercorak
Ibu
Kau bagai air
Yang mampu merimbunkan dahaga jiwa
Merimbunkan mimpi dalam kemarau panjangku
Kelembutan hati-mu
Memancar dalam segala bentuk dan keadaan
Mengalir dalam tangan-mu
Sentuhan tanganmu yang khas menenggelamkan-ku
Ibu......
Kepalaku berbutar-putar seperti mengitari sawah dan ladang
Menyusur jejak
Aku ingat di sudut sawah itu
Ibu membakar kemenyan
Padi yang menguning mengantarkan mimpi dan nasip
Mimpi akan adanya perubahan pada nasip
Sebentar lagi panen aka tiba,
Kita akan menyantap nasi putih, dengan sambel tarasi
Di ruang kecil itu kita peluh memandikan tubuh
Menebus letih
Mimpi kanak-ku membalut rindu
Aku terlena dalam pangkuan Ibu
Pangkuan-mu seperti menyimpan aroma masa lalu
Aku seperti melampauwi kiloan jarak
.......
Aku tersadar
Tak terasa Air mata mengenang di pelupuk
Memantul wajah ibu yang lusuh
Wajah ibu seperti menampar-nampar sikap-ku
Sikap yang tak lagi ramah
Perlahan .....
Tangan-Ibu kembali maraih ubunku
Menidurkan gejolak, menghampar titian panjang
Lamat-lamat Ibu menenun doa untuk-ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar