"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 20 Oktober 2013

Pengalamanku dengan Polisi I

Pengalaman Pertama

Ingat semasa kecil dulu, dimana setiap orang bahkan  ibu sering menakut-nakutisaya dengan sebutan “jangan nakal, nanti ada polisi”, kira-kira begitu teman atau kolega bahkan kelurga menakuti anak kecil sebagaimana halnya saya. Tidak pernah saya mendengar, sebutan, "Awas jatuh, biar tidak merepotkan polisi", Polisi dekat dan senantiasa diasosiasikan dengan kegetiran atau semacam hantu bagi halayak, terutama pada dunia anak sebagaimana terjadi pada saya dulu. Namun hal yang manarik adalah ketika saya dewasa, ada tetangga jauh saya yang konon takut pada polisi. Bahkan berdasarkan cerita, bila ada polisi atau sirine dia akan mencari persembunyian. Meski orang tua kolega bahkan teman sering menakuti saya dengan polisi, sampai hari ini saya tidak pernah takut atau mender untuk berhadapan dengan polisi.

Cuman hal yang saya sukai adalah ketika polisi bisa saya ajak untuk mengembangkan bisnis atau berbisnis“positif”, namun hal yang membuat saya jengkel juga ini terjadi pada kebanyakan orang adalah gaya dan sok si polisi dalam berintraksi dan beramah tamah yang jauh dari ramah. Kadang sebagian “oknom” polisi lebih suka mengedepankan sikap represifnya dari pada sikap kesosialanya, atau kadang dan sering menjadikan pangkat sebagai alat untuk memperdaya rakyat kecil.

Berjanjilah dalam kehidupan Anda, untuk tidak berurusan dengan polisi, sebab bila ia, Anda akan menyesal dan akan dibuat marah dengan sikap mereka yang kerap bertentangan dengan etika sosial, seperti parasut atau benalu. Jika saat ini anda belum dan tidak pernah berurusan dengan polisi maka, bersyukurlah karena anda adalah orang yang selamat yang tidak perlu tau dan merasakan bagaimana perlakukan mereka terhadap rakyat sebagaimana pernah saya alami. Cukuplah saya menjadi benci dengan operlakuan polisi yang tak patut, jangan anda. Bahkan tidak untuk anak cucu saya kelak. Toh, walau pun Anda tau dan sering mendapat informasi miring soal polisi, itu hanya melalui media. Dan saya pikir cukupkan saja informasi dari media itu, tidak perlu anda dengan mengalaminya sendiri, atau jadi bagian dari rasa ketaknyaman oleh sikap dan perlakuka polisi.

Ini lah awal pertama kali saya berurusandengan polisi, saat itu saya masih duduk di sekolah MTs.  Sehabis pulang dari sekolah sekitar pukul 11.15 saya bersama teman mengaji di padepokan, bermaksud  jalan-jalan sekalian mau mengisi bensin ke POM Binsin di Desa Paberesan. Namun na’as menimpa belum sampai ke POM saya kena oprasi polisi. Saat itu saya tidak memakai helem dan juga tidak memiliki SIM. Saya pun kena tilang. Dalam kondisi panik saya sempat menawarkan damai. Padahal, ketika itu saya tidak memegang uang banyak. saya hanya memegang uang pas untuk membeli bensin.  

Tidak memiliki SIM, ditambah kami berdua tidak memakai helem, polisi itu memarahi kami. Kami hanya diam sembari tak menjawab setiap serapah dari polisi. Kesal pun ia, di tambah cuaca yang panas. Negoisasi mandek akhirnya kami pun kena tilang, bahkan sengajanya polisi itu menilang seklaigus membawa kendaraan saya. Saya pun bingung bagaimana pulang ke rumah, mau naik angkot uang kami tidak cukup untuk berdua, akhirnya kami punnekat menerobos dengan berjalan kaki melewati pebukitan dan semak. Singkatnya saya tiba di ruma hampir menjelang isyak.

Setelah saya bercerita apa yang terjadi, keluarga bukan merasa kasian atas kondisi saya yang berjalan kaki dari kota hingga ke rumah yang jaraknya puluhan km. keluarga justru menyalahka dan memarahi saya, yang menurut mereka kurang kerjaan dll. Memang kalau saya pikir memang begitu. Mungkin karena kurang kerjaan itulah saya sampai nekat ke kota sekedar untuk mengisi bensin.

Untunglah ketika itu keluarga kami memiliki hubungan baik dengan seorang pengasuh pesantren Mambaul Ulum di Gapura Kec. Gapura, yaitu K.H As’Ari dipanggil K.H. Ari. Selain sebagai pengasuh pesantren K.H Ari juga dipercaya oleh banyak kelangan sebagai “dukun”, bahkan tamu yang berkunjung dan minta didoakan datang dari berbagai kalang, pejabat hingga rakyat biasa. Dari itulah K.H. Ari memiliki perkawanan yang luas, termasuk dengan elit-elit di Daerah, maka tak sulit untuk melacak dan meminta kendaraan saya yang saat itu dibawa oleh polisi. Oleh sebab itu Ayah meminta tolong kepada beliau. Ke esokan malamnya saya bersama putra di ajak ke kota untuk mengambil kendaraan. “sampean bawa aja uang secukupnya, kalau ngak diterima ya ngak usah dikasih” ungkapnya. Pengamalan saya bertemu dengan polisi dalam keadaan yang tak ramah sekaligus menyimpan troma.

Alhamdulillah, polisi itu pun tak meminta bayaran atau uang dari kami. Uang yang sedari rumah yang kami bawa dan sudah di dalam Amplop tidak diterima oleh polisi itu. Meski pun saya kena tilang dan harus berjalan kaki dengan jarak yang lumayan namun kami bersyukur akhirnya ending dari penilangan ini, hanya sedikit merepotkan tanpa harus merogoh uang sebagaimana sering dikeluhkan oleh banyak pihak. Tentu hal ini tidak bisa lepas dari peran dan ketokohan K.H Ari yang banyak dikenal atau disegani di kalangan elit atau pejabat di Sumenep. Maka dalam hal ini, saya menyempaikan banyak terima kasih kepada beliau.

https://www.facebook.com/notes/mahmudi-ibn-masud-kraton-sumenep/ber-urus-an-dengan-polisi-i/10151921353819144

Tidak ada komentar: