"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Rabu, 16 Mei 2012

KARTINI DARI PASURUAN

Pada tanggal 21 April 2012 yang lalu, saya berkesempatan menghadiri pengukuhan pengurus ICMI Orda Pasuran. Turut hadir dalam acara pengukuhan ataran lain pejabat teras dalam hal ini Bupati Pasuruan yang diwakili oleh Asisten I. Pengukuhan kepengurusan ICMI Orda Pasuruan dilakukan langsung oleh Ismail Nachu ketua ICMI Orwil Jawa Timur.

Pada acara pengukuhan kepengurusan ICMI Orda Pasuruan ada orasi ilmiah, yang dalam hal ini di isi oleh Prof. Imam Suprayogo Rektor Uin Malang sekaligus penasehat ICMI. Pada saat itu Imam Suprayogo memberikan kuliah umum “mengintegrasikan pendidikan, saint dan Agama”, yang selama ini telah dijalankan oleh beliau selama memimpin UIN Malang seperti sekarang ini.

Mumen pelantikan kepengurusan ICMI Orda Pasuruan termasuk istimewa, keistimewaan itu antara lain pertama Ketua ICMI Pasuruan adalah seorang perempuan, kedua pelantikan kepengurusan bertepatan dengan peringatan hari Kartini.  Dimana setiap tanggal 21 April publik diingatkan pada peran dan sosok Kartini, Ya Kartini sosok wanita yang berdarah biru ini diyakini oleh halayak sebagai wanita yang amat peduli terhadap sesamanya bahkan berani menggugat hak-hak yang memang harusnya dimiliki, seperti pendidikan dll.

Kepedulian Kartini terhadap kaumnya menjadikan dia dikenang sepanjang perjalan sejarah bangsa Indonesia. Kartini dikenal sebagai seorang perempuan yang kritis dan konsisten memperjuangkan hak-hak perempuan utamanya hak perempuan untuk memperoleh pendidikan.

Kartini memperjuangan hak perempuan ialah hak perempuan untuk mendapat kesempatan yang proporsional, seperti hak-hak perempuan dalam kepemimpinan publik, mengapa kepemimpinan?, karena dulu pemimpin identik dengan laki-laki hal itulah yang digugat oleh Kartini. Mengapa kepemimpinan sangat identik dengan laki-laki, mengapa perempuan terus dilemahkan baik secara kultur, budaya dan dilegitimasi oleh Agama. Gugatan itu dapat kita temukan dalam korespondensi Karti dengan teman-teman-nya di Eropa.

Sikap dan kepedulian Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya pada teman-temanya dapat kita temui melalui di situs-situs, atau buku kumpulan surat kartini. Namun di sini saya tidak hendak membahas Kartini dengan perannya pada masa lalu, saya lebih tertarik melihat sosok wanita Sidoarjo dr. Wiwik wirnaningsi, MARS, yang didapuk menjadi ketua ICMI. Mengapa wanita yang dipilih menjadi ketua ICMI? Apakah tidak sosok lain selain perempuan. Saat itu saya melihat banyak diantara jajaran kepengurusan sosok laki-laki bahkan romo kia’i. Apakah ini merupakan satu babak baru. Apakah ini buah transformasi kepemimpinan baru, Apakah ini sekaligus sebagai penanda, buah keberhasilan perjuangan kartini.

Saya pikir saatnya kita memberikan apresiasi terhadap lahirnya Kartini-kartini modern saat ini. Apresiasi ini memang hal yang patut mereka peroleh dan apresiasi ini bukan atas dasar sikap iba dan mengasihani. Karena bagaimanpun penghargaan ini memang hak yang seharusnya mereka dapatkan. Kalau selama ini hak-hak itu sengaja dikubur dan seakan dihilangkan dengan alasan kultur dan budaya maka saya pikir kini saat yang tepat untuk menampilkan perempuan sebagai ikon perubahan.

Tentu kita masih ingat perdebatan kepemimpinan perempuan dalam konteks keindonesiaan, perdebatan itu mencuat ketika Megawati akan menjadi presiden RI. Prokontra kepimpinan perempuan hangat dibahas diberbagai media saat Mega akan didapuk menjadi presiden RI, ada yang mengklaim bahwa perempuan tidak boleh memimpin Negara karena bertentangan dengan Agama. Dalil-dalalil keagamaanpun mengalir seiring pemberitaan di media. Namun ada pemikir lain dengan cara yang lain,  yang tetap memperbolehkan perempuan menjadi Presiden.

Maka terjadilah perdebatan dalil antara kubu yang membolehkan perempuan menjadi pemimpin dan kubu yang tidak membolehkan perempuan menjadi presiden. Terjadilah perang ayat, seakan Agama pempermasalahkan kepemimpinan perempuan “ragu”, pada menurut saya cara pandang dan penafsir Agama itulah yang mempersempit ruang gerak dan Agama itu sendiri. Sehingga orang di luar islam menilai kok seperti itu ya islam. Islam yang rahmatan lil-alamin dan bagian dari solusi terkubur oleh persenggetaan dan perbedaan penafsiran.

Sebaik apapun perubahan pasti akan menimbulkan pertentangan “konflik”, begitulah bunyi teori sosial modern. Dan perubahan paradikma kepemimpinan perempuan puncaknya terjadi pada saat-saat Megawati akan menjadi Presiden. Dan setelah Megawati menjadi Presiden, perbedaan pandangan dan perang ayatpun mereda, maka saat itu kepemimpinan perempuan semakin mendapatkan legitimasi hukum Negara dan Agama.

Kontruksi pemikiran wanita yang hanya berperan di dapur, kasur dan sumur dengan sendiri tergusur oleh zaman dan peradaban. Maka saya pikir saatnya perempuan menjadi bagian dari solusi. Maka untuk itu keterlibatan perempuan dalam kancah kepemimpinan struktural dan non struktural harus tetap kita dukung.  Tentunya dukungan itu harus tetap mengedepankan pada sisi kemampuan dan skil dari tokoh itu sendiri.

Ketika melihat sosok Wiwik naik ke pentas dan memberikan jabaran-jabaran peran keorganisasian dalam hal ini ICMI saya melihat sebuah semangat kepemimpinan yang penuh kesahajaan. Memang Wiwik bukan satu-satunya wanita di kepengurusan ICMI banyak perempuan-perempuan yang andil dan ambil bagian untuk berjuang melalui organisasi yang bediri di Malang, sekita tahun 1990-an.  Sebagaimana kemunculnya ICMI ditengah pemerintahan represif sempat membawa peta perubahan pemikiran bahkan garis politik saat itu.

Karena pelantikannya bertepatan denga moment Kartini maka diapun sedikit mengulas bagaimana peran kartini dan cita Kartini dilihat dari prespektif ismlam. Menurut wiwik “Karni adalah seorang penganut islam sejati bahkan dia bisa dikatakan sebagai seorang perempuan yang khusnul khotimah”, ungkapnya.

Maka saat ini saya melihat sosok kartini yang nyata, kartini yang bukan dalam skop etalase sejarah, yaitu kartini era sekrang kartini yang dinamis itulah Karni Pasuruan. Ya wiwik secara tidak langsung telah menjadi representasi kekartinian saat ini, dia membawa dan memberikan satu resonansi kepemimpinan khususnya kepemimpinan perempuan. Melalui ICMI Ordara pasuruan Wiwik ingin menggembalikan hittoh perjuangan Kartini pada nuansa lebih dinamis dan konstruktif-agamis.



Tidak ada komentar: