"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 19 Februari 2012

SEJARAH ICMI & REAKTUALISASI KE-SAUDAGAR-AN

(Refleksi pada Palatihan “Training & Mentoring Bisnis” di IAIN Surabaya)

“Mas, ICMI itu apa..., Saya baru mendegar ada ICMI dan sebelumnya tidak tahu apa itu ICMI?”  

Pertanyaan di atas muncul dari seorang mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya yang menjadi peserta Training & Mentoring Bisnis, tanggal 13-14 Februari bertempat di Auditorium Fakultas Syari'ah.

Pelatihan Training & Mentoring Bisnis yang di gelar di Auditorium Fakultas Syari'ah, diikuti oleh mahasiswa dari Jurusan Hukum Muamalah. Pelatihan ini di bagi dalam dua tahap, tahap pertama tanggal 13-14 Februari 2012 dan tahap kedua akan dilaksanakan pada tanggal 21-22 Februari 2012.

Peserta mahasiswa sendiri adalah mahasiswa-mahasiswi dari semester VI. Dilihat dari semester dan kapasitas sebagai mahasiswa-mahasiswi para peserta yang sudah smeter VI, tentu sudah banyak tahu sejarah pergerakan Ormas-ormas sosial dan Keagamaan yang ada di Indonesia. Apa lagi mahasiswa semester VI setingkat mereka pasti sudah pernah diajari dan belajar sejarah atau membaca sejarah, termasuk Ormas ICMI.

Di dalam kurikulum SD-PT memang tidak ada muatan pelajaran yang membahas secara khusus sejarah dan lahirnya ICMI di Indonesia. Namun ICMI sebagai gerakan sosial keagamaan kehadiran memberikan sebuah oase terhadap pengaruh asing yang hampir mendominasi dalam setiap lini kehidupan, tapi bukan berararti ICMI anti asing, ICMI hadir untuk memfilterisasi terhadap pengaruh yang direduksi misionaris barat. Maka dalam hal ini ICMI memiliki peran dan tanggungjawab untuk mewujudkan visi dan misi keindonesian, yang digawangi oleh tokoh-tokoh terpelajar atau Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Kiprah ICMI dalam keikutsertaannya mengawal dan pembangun bangsa ini memiliki peranan dan fungsi yang sangat urgen, khususya dalam bidang keintlektualan dan peran keummatan. Dibidang keintlektualan jelas ICMI mempelopori lahirnya temuan-temuan baru baik di bidang social budaya, sain dan tegnologi.

Untuk menigasikan pertanyaan mahasiswa di atas maka saya perlu sidikit menjelaskan terbentuknya ICMI. ICMI dibentuk pada tanggal 6-8 Desember1990 di Gedung Study Center Kampus Brawijaya Malang, Jawa Timur. ICMI menyatakan dirinya sebagai organisasi ?ôkeagamaan dan budaya" Organisasi ini menghimpun cendekiawan se-Indonesia atas dasar kesamaan cita-cita dan profesi kecendekiawan. Sebagai organisasi yang kebudayaan, ICMI bersifat keilmuan dan kecendekiaan. Keilmuan menunjukkan pada cara atau proses untuk mencapai tujuan. Sedangkan kecendekiawanan menunjuk kepada komitmen dan misinya sebagai seorang cendekia terhadap persoalan-persoalan bangsa dan kemanusiaan, untuk ikut menyelenggarakan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan UUD 1945, (http://digilib.unesa.org/index.php?com=digilib&view=detil&id=4891).

Kemudian ICMI ini diketua Umum pertama oleh, Prof. Dr.-Ing. B.J. Habibie. Pesan yang tak kalah penting dari ketua umum pertama ICMI ialah “bahwa cendekiawan adalah mereka yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungannya”. Apa yang disampaikan oleh ketua ICMI, “B.J. Habibie” memiliki makna dan relevansi yang dinamis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Cendekia, ke-peduli-an dan lingkungan, ketiga sub tersebut inklud pada satu objek yang dinamis tak terikat oleh tempat dan waktu. Artinya apa, kepedulian itu harus menjadi ciri pertama seorang cendekia “ilmuan” dan karena kepedulian itu pula seorang ilmuan terus melakukan Ikhtiar memajukan bangsa.

Kemudian makna lingkungan. Lingkungan tak bisa diartikan satu tempat yang permanen. Lingkungan itu berupa satu pembudayaan pikir, dan pikir itulah yang kemudian mengkontruks menjadi lingkungan. Lingkungan yang berbasis pada pengembangan ide dan gagasan “lingkungan cendekiawan”. Jadi lingkungan bukan makna harfiah tempat, akan tapi sebuah metamorfosis yang berbasis pada prinsip keintelktualan “idea”.

Jadi kalau ada mahasiswa yang belum tahu apa itu ICMI, saya “menganggap suatu kewajaran yang tak termaklumi”, apa lagi di era digital seperti sekarang ini, hampir semua sudah tersajikan secara instan dan murah. Artinya apa mahasiswa sebagai basis keilmuan harus-nya tak sekedar bergelut pada satu bidang keilmuan. Mahasiswa dituntut mengatahui segala bentuk dan disiplin keilmuan, baik itu sejarah dan prospek kebangsaan ke depan.

Jujur saat saya mendengar pernyataan dan pertanyaan seperti disebutkan pada awal tulisan ini di atas, Saya agak terkejut. Keterkejutan saya bukan pada ketidaktahuan mereka tentang ICMI-nya, tapi merupakan sebuah masalah yang menjadi tren di kalangan pelajar sekarang yaitu kekurang sadaran pelajar “mahasiswa” untuk menelaah sejarah peradaban bangsa di masa lalu dan yang akan datang. Pada hal buku-buku yang membahas masalah berkenaan dengan kebangsaan dan prospeknya tersedia dan beraneka, namun keengganan mereka untuk tahu dan mencari tahu menjadikan mereka skeptis dan apatis pada bangsa sendiri, termasuk pada nasip dan masa depan-nya.

Semoga penjelasan di atas bisa menjadi sebuah renungan bagi kita. Dan sekaligus PR bagi gegenarasi selanjutnya untuk senantiasa memiliki rasa keingintahuan terhadap sejarah bagaimana bangsa atau republik yang bernama INDONESIA ini terbangun, dan bagaimana mana dikemudian hari nanti INDONESIA menjadi bangsa yang kridibel disegani oleh bangsa-bangsa yang lain. Dalam hal ini ICMI dan ormas lain memilikin peran dan tanggungjawab yang sama yaitu menggembalikan nili-nilai keindonesiaan sesuai amanah tertuang dalam UUD 1945.

Maka untuk menjadikan bangsa INDONESIA yang kridibel dan disegani oleh bangsa-bangsa lain, diperlukan geragakan meng-reaktualisasi-kan nilai-nilai kebangsaan “sejarah”. Sebagaimana selogan Presiden Pertama Soekarno yang mengatakan “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Pesan yang disampaikan oleh Presiden pertama kepada kita memiliki urgensi yang penting dalam membangun bangsa kedepan. Dan ICMI terus melakukan peran aktif, konstruktif terhadap berbagai persoalan bangsa (Budaya, Agama, Politik, Ekonomi dan Hukum), semua itu telah dirumuskan dalam bentuk program kerja dan aksi.

Semisal ICMI Orwil Jawa Timur priode 2010-2015 yang menggas Mencetak 10.000 Saudagar Muslim sebagai program unggulan-nya. Guna merealisasikan program unggulan tersebut ICMI Orwil Jawa Timur telah mengambil langkah-langkah kongkrit, diantaranya menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan Pesantren, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jawa Timur, dengan cara memberikan Training dan Mentoring Bisnis secara berkala  dan gratis.

Tidak ada komentar: