"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Rabu, 10 Juli 2013

PUASA PERTAMA DI BULAN ISTIMEWA

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqoroh 183)

Ayat di atas sudah sangat familiar di telinga. Apa lagi bulan puasa seperti sekarang, setiap khotip atau para dai’I dipastikan mengutip ayat tersebut diantara ceramahnya. Ayat di atas menyematkan kalimat iman, kewajiban dan taqwa. Orang yang beriman pasti memenuhi prasyarat untuk berpuasa dan kawajiban tersebut melekat pada diri orang tersebut yang pada akhir demensi adalah bertujuan membentuk pribadi yang bertaqwa.

Hari ini (Rabu/10/07/2013) seluruh ummat muslim di belahan dunia berlomba menyambut dan melaksanakan puasa Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan istemewa. Bulan Rhamdhan merupakan bulan yang diistimewakan oleh Allah karena di bulan ini pula banyak kejadian sejarah yang luarbiasa termasuk turunnya al-Quran.

Setiap ummat muslim sudah tau kewajiban yang harus dilakukan di bulan yang segala aktifitas mendapat nilai tambah atau pahalanya dilipat gandakan. Puasa merupakan satu ibadah yang mengikat dan  diwajibkan bagi seiap individu muslim, terkecuali mereka yang mendapat halangan, pekerja berat, sakit atau sedang dalam perjalanan. Orang dalam katab gori  (pekerja berat, sakit atau sedang dalam perjalanan ) diberi kemudahan atau keringan oleh Allah. Namun bukan berarti tidak ada konsekweksi logis, sebab mereka yang berhalangan diharuskan mengganti dikemudian hari atau mebayar fidyah.

Allah dengan segala kekuasaan dan ketentuan hukumnya sangat proporsional dan tidak untuk memberatkan. Justru ritual dan anjuran yang Tuhan perintahkan kepada kita hal itu untuk kebaikan kita sendiri, bukan untuk Allah. Ini lah kebijaksanaan Allah yang senantiasa mempertimbang aspek logis dan kronologis. Ibadah puasa satu yang mutlak dilaksanakan oleh ummat, namun ketika ummat tersebut memiliki satu tanggungan yang tidak memungkinkan bagi seseorang untuk berpuasa Allah memberikan keringanan pada orang tersebut.

Jika Allah saja dengan seperangkat hukum dan ketentuannya bisa memberi keringanan bagi hamba-Nya untuk tak berpuasa di bulan yang diwajibkan, apakah pantas dan layak kita sebagai hamba memaksa orang lain untuk mengikuti dan berpuasa sebagaimana kita. Apa arti puasa dan mengapa allah menganjurkan kita berpuasa sebagaimana dilakukan oleh ummat sebelum kita, dan sebagaimana Allah senandiri sampaikan bahwa tujuan akhir atau puncak dari puasa ini ialah ketaq-waan.

Sesungguhnya puasa mengajarkan pada kita bagaimana menahan diri secara total. Bukan hanya menahan dari tidak makan. Setiap orang bisa menahan atau tidak makan apakah kemudian orang tidak makan bisa disebut berpuasa, tentu tidak. Orang yang tidak makan belum atau tidak bisa dikatakan berpuasa, karena dalam puasa ada tata cara yang diimplementasikan melalui niat dan tindakan.

Adu dual hal poko yang saya sampaikan di atas, pertama mengenai ketentuan Allah mengenai hukumnya bangi hambanya, khususnya mengenai kewajiban berpuasa dan keringanan bagi mereka yang yang sedang melaksanakan perjalanan atau pekerja berat. Kedua berkenaan dengan hakekat puasa, atau subtansi dari makna berpuasa sendiri, pusa bukan hanya menahan diri dari makanan saja. Namun puasa harus bisa menahan diri dari semual (total), emosi, amarah, sombong, riak, mengunjing orang lain dan kejelekan lainnya.

Kenapa kita mesti berpuasa dengan total, sebenarnya ini lah inti dan subtansi puasa. Justru kita harsu mengevaluasi tindakan yang bertentangan dengan semangat puasa itu sendiri sebagaian kelompok organisasi tertentu yang mengatas namakan agama dan perintah Allah. Merusak fasitilas publik. Bertindak keras dan kasar pada setiap orang yang membuaka warung dipinggir jalan, atau mereka yang tidak berpuasa. Artinya apa, ada sebuah prilaku yang salah kaprah yang dipertontonkan oleh sekelompok ormas itu dengan legitimasi agama. Pada hal agama dan Rasullullah tidak pernah mencontohkan demikian.

Justru puasa harusnya meningkatkan keasadaran kita dan senantiasa bisa menahan diri dari sikap-sikap yang lebih mengawasi orang lain. Mengenai ketertiban umum, bukankah sudah ada aparatur yang berhak mengatur dan menertibkan. Jadi tindakan oleh sebagain ormas dengan melakukan swiping dan perusakan saat Ramadhan sangat tidak dibenarkan dan bertentangan dengan visi agama yang rahmatan.

Bukankan puasa itu panggilan iman sebagaimana bunyi ayat al-Quran yang dikutip di atas. Harusnya iman ini pula yang bisa memandu kita agar tidak bertinda Jika iman dan kesadaran terhadap kewajiban atas puasa bagi kita sebagai muslim, tentu kita tidak akan tergoda dan terpengaruh oleh dinamikas sosial atau warung yang berjualan di siang hari. Dan bukankah Allah sendiri memberikan keringanan bagi mereka yang pekerja berat, seperti tukang becak, kuli bangunan dll, mereka adalah terkecuali dari ummat yang lain.

Agama dan muatan nilai serta ritual di dalamnya bukan ketentuan yang bersifat kaku, artinya hukum Allah itu sangat proporsional disesuaikan dengan kesanggupan hambanya. Di sinilah keadilan dan kasih-Allah pada hambanya. maka dalam menjalankan puasa pertama ini, mari kita semakin mempertajam nilai kebersamaan dan toleransi pada sesama. Jangan sampai agama dijadikan panggung pembernaran atas sikap dan kekerasan. Bulan yang penuh berkah ini, harus member berkah pada yang lain. Artinya semua harus bisa menahan diri.

Tidak ada komentar: