"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Kamis, 14 Juni 2012

RANCANG MUSHOLLAH AWARD 2012 ICMI GANDENG STAKEHOLDER (Dinkes Prov, Disparbud Prov dan Kemenag)

SURABAYA : Rabu, 13 Juni 2012, ICMI Orwil Jawa Timur mengadakan rapat Musholla Award 2012. Rapat ini merupakan rangkaian dari beberapa rapat sebelumnya. Berbeda dengan rapat-rapat sebelumnya, pada rapat kali ini ICMI mengundang beberapa Stakeholder  seperti : Dinas Parawisata Provinsi Jawa Timur diwakili oleh Agus Kambali (bagian pengembangan produk dan usaha), Dinas Kesehatan Jawata Timur diwakili oleh Ahmat, dan Departemen Agama diwakili oleh Imam Sya’roni (bagian Pemberdayaan Masyarakat (PENAMAS). Dan beberapa pengurus ICMI.


Para undangan datang lebih awal dari waktu yang ditentukan yakni pukul 13.30. Pukul 12.11 sebagaian undangan telah tiba di sekretariat. Setibanya di sekertariat mereka melihat-lihat lingkungan dan suFasana sekretariat. Undangan yang datang lebih awal tidak langsung menuju tempat pertemuan di lantai III. Mereka seperi rilek menikmati ruang ber AC setelah ditempa panas di jalan. Mereka memilih duduk di tempat ruang tamu, sambil sesekali mengamati pemandangan kantor. Tepat sebelah kiri pintu masuk ada rak Buku yang menempel di dinding.

Buku-buku di rak itu tebal-tebal. Selain buku yang tebal-tebal juga tersedia ada majalah. Buku-buku itu terdiri buku umum, Manajeman, Ekonomi, Arsitektur dll. Dua Koran Nasional tergeletak di atas Meja. Kantor memang berlanganan dua Koran nasional Kompas dan Jawa Pos.

Pot bunga di samping kanan dan kiri kursi meanmbah suasan sejuk dan alami. Ada sekat dinding sebagai pembatas antara ruang tamu dengan tempat rekan-rekan berkerja. Dinding pembatas itu terbuat dari kaca, di kaca itu ada banyak tulisan yang berwarna-warni, kalau orang belum tahu pasti penasaran dan bertanya tulisan apakah itu. Namun selatah kita pelototi dari awal hingga akhir maka baru diketahui kalau tulisan itu adalah Asmaul khusna.

Undangan yang hadir diterima dan ditemani oleh pengurus yang hadir lebih awal (Akbar Muzakki). Waktu masih pukul 12.15 tamu undangan itu diajak bersantai sembari menunggu undangan yang lain. Seteleh melihat-lihat buku yang ada di rak undangan duduk di kursi. Mereka mengambil Koran dan membacanya. Sesekeli terdengar obrolan antara undangan dengan undangan yang lain juga dengan pengurus. Selang beberapa menit ketua panitia datang. Dan mereka lagusng diajak menuju ruang pertemuan di lantai tiga.

Segala keperluan untuk rapat sudah dipersipkan. Para undangan lasung menuju ruang rapat dan mengambil tempat duduk. Di atas meja dengan desain leter U sudah disediakan makanan dan beberapa camilan seperti buah-buhan yang segar. Sebelum rapat dibuka semua yang ada di ruangan dipersilahkan caffe break dan makan.


Sambil menikmati makanan para undangan saling melontarkan obrolan kecil. Sesekali mereka melempar senyum satu dengan yang lain. Tampak dari cara dan bahasa tubuh mereka baru saling tahu dan kenal di tempat sekretariat ini. Sebagian lagi ada yang kenal karena satu kantor atau dinas. Mereka saling bertanya dari mana dan tugasnya apa. Para undangan masih mengenakan baju dinasnya (PNS).

Satu hal yang patut diapresiasi dari para undangan adalah ketepan waktu mereka menghadiri undangan, bahkan mereka datang lebih awal. Dibanyak acara soal waktu ini biasanya sering molor 1-2 jam. Biasanya ini merata diberbagai dinas atau organisasi lainnya. Contoh kecil misal saat kuliah di kampus dan beberapa kegiatan kemahasiswaan dalam soal ketepatan waktu sangat buruk. Bahkan ada asumsi molor adalah hal yang biasa.

Maka ICMI yang dinahkodai oleh Ismail Nachu ini mendobrak tradisi itu dan membiasakan diri untukdisiplin dan tepat waktu. Ketepatan kini menjadi tradisi di intern ICMI, hal itu tak lepas dari peran dan dorongan Ketua Umum ICMI sekaligus komet bersama dengan semua pengurus. Dalam setiap kesempatan mengatakan “bahwa jika seseorang tidak bisa tepat waktu berarti ada yang tidak beres dengan kehidupannya, ICMI sebagai gerakan harus mampu merubah tradisi molor waktu”. Benar memang dari berbagai kegiatan dan pertemuan “rapat” di intern ICMI masing-masing pengurus saling menjaga kekompakannya dan senantiasa tepat waktu. Kalau pun harus terlambat mereka akan memberi tahu alasan keterlambatannya.

Maka ketika rapat apresiasi Musholla Award kali ini, panitia yang akan hadir atau tidak dapat hadir tetap memberi tahu pihak kesekertariatan, kegiatan semacam ini sudah menjadi tradisi diinternal ICMI. Saat salah seorang tidak bisa hadir atau tdiak bisa tepat waktu mereka akan memberi tahukan melalui SMS.

Mungkin bagi yang tidak terbiasa hal memberitahukan keterlambatan dan alasan lainnya dianggab hanya bikin ribet, namun kalau kita telaah lebih dalam kita akan menemukan pelajara berarti yang bisa kita petik. Pertama dengan kita memberitahu/informasi hal itu mencerminkan sikap dan penghargaan kita pada diri dan orang lain. Kedua melatih diri tetap disiplin dan menjaga komonikasi secara baik satu dengan yang lain.

Mengapa harus ada apresiasi Musholla..? Pertanyaan tersebut menjadi sebuah jalan pembuka jalannya rapat dengan beberapa stakeholder. Kemudian ketua panitia memberrikan penjabarannya. Hal ini juga sempat menjadi pertanyaan saya mungkin muncul juga dibenak anda dan kita semua. Apa tujuannya dan manfaatnya. Pertanyaan mengapa harus ada apresiasi MusollaAward dan ICMI lagi yang melakukan. Bukankah ICMI itu cendekia harusnya konsen terhadap persoalan dan pembangunan SDM, Bukan soal fasilitas public seperti Musollaini. Biaklah, saya akan sedikit bercerita latar belakang mengapa ada, atau diadakan Mosollah Award oleh ICMI.

Pertama adanya Musholla Award ini adalah sebagai wujud kepedulian ICMI terhadap ummat. Sekaligus mendorong pihak pengelola Musholla untuk memperhatikan dan memelihara tempat ibdah kaum muslim. Ini untuk semua tempat Musholla (Terminal, rumah sakit, hotel atau moll dll). Alasan kedua karena konsumen terbesar di jawa Timur mayoritas muslim, dan ICMI merasa memiliki keterpanggilan untuk tahu dan mempertikan pelayanan public (Musollah) sebagai sarana ibadah kaum muslimin. Ketiga mendorong pihak pengelola (Terminal, rumah sakit, hotel atau moll dll) untuk senantiasa menjaga dan memperhatikan kesucian keindahan dan kenyaman Musollabagi kaum Muslimin.

Tidak ada komentar: