SURABAYA, pagi masih
berselimut mendung. Hawa dingin terasa menusuk tulang. Sedang matahari belum
tampak. Mendung yang berkelebat bergerak dengan ritme yang berat, hembusan
udara membelai setiap yang dijumpainya. Burung mengawali paginya dengan
nyanyian khasnya.
Pohon-pohon terlihat menari-nari dan saling bersentuhan dahan, seperti
orang berdansa yang menggerakkan sebagian otot tubuhnya kemudian saling
bersinggolan. Kicau burung saling bersahutan satu dengan yang lain. Tidak
terlihat di dahan manakah burung berada, yang kudengar hanya kicaunya tanpa
bisa melihat sosoknya. Tapi tidak apalah tidak sesuatu itu harus aku lihat,
sebagaimana man pagi memang tak harus cerah. Adakalanya mendung itu pentig,
barang kali ia ingin memberikan pesan pada yang ada di bumi. Sebagaimana burung
yang meyanyi tapi tak kulihat sosoknya,
mungkin ia juga hendak bertukar sapa walau tak harus tampak.
Waktu menunjukkan pukul 04.45 pagi, aaah aku sudah terlambat menyambut
subuh. Aku tak sempat mendengar adzan, pada hal aku ingin menikmati alunan
adzan dari Masjid di samping tempatku. Mungkin aku kecapean hingga aku tak bisa
mendengaran panggilan suci itu. Kuperhatikan jam di HP, badan masih tersa
lemas, sekujur tubuh seperti ada yang memeloroti. Dengan agak malas aku
menyingkirkan selimut. Rasa gatal di pergelangan kaki memaksa diri untuk
bergerak agresif, ini pasti ulah si nyamuk yang senang memanfaatku kantukku,
dan mengambil sebagian darah dari tubuhku. Dasar nyamuk tak tahu diuntung bisa
membikin badan benjol.
Aku perhatikan keadaan di sekelilingku, setumpuk buku berjejer di rak.
Diantara sebagian buku itu sudah aku acak dan kusenggamahi dan sebagian lagi
kubiarkan saja, karena tak mengundang nafsuku untuk menyentuhnya apa lagi
sampai membacanya. Sedang di sampingku ada dua buku, tak tahu buku yang mana
yang telah mengantar aku pada mimpi. Semua pada terbuka telanjang. Memang aku
suka membuka dua buku sekaligus. Bila dalam satu buku agak bosan aku pindah
pada buku yang satunya. Kadang aku sengaja memancing keadaan dengan memelototi
buku demi satu tujuan yaitu cepat tidur.
Sebagaimana biasanya sebelum aku tidur, aku buka buku dan membacanya
1-9 halaman sesudah itu biasanya mata sudah mulai kelepek-kelepek, dan tentu
saja aku lasung menuju alam mimpi “tidur”. Kadang aku tertawa sendiri, ternyata
buku tak hanya memberi manfaat bagi yang tak tahu menjadi tahu, tapi juga
sebagai obat petidur yang efektif tanpa ada efek samping. Wajar bila ada orang yang mengatakan buku
adalah sahabat sejati yang selalu member tanpa meminta apa pun.
Namun tidurku tadi agak keterlaluan juga, bagaimana tidak aku telah
meniatkan diri untuk bagun lebih awal dengaan cara tidur lebih awal, tapi toh
tetap saja kebablasan, sampai-sampai tak mendengar adzan subuh. Memang pukul
04.45 masih agak petang waktu subuh masih ada, sebagaimana kabar yang pernah
aku dengar saat mengaji fiqih, batas subuh hinga munculnya fajar bukan
matahari. Di dalam fiqih ada dua istilah fajar sodiq juga …. Ah aku lupa yang
satunya.
Aku berniat bagun awal karena aku ingin pulang ke kampung halaman di
Sumenep. Kepulanganku ini adalah sebagai panggilan dan sekaligus kewajiban
sebagai warga Negara yaitu memenuhi undangan pengambilan data e-KTP. Sebagai warga
yang baik aku harus mentaati hal itu, makanya aku pilih pulang.
Aku tak begitu tahu bagaimana proses dan cara pegambilan data nanti. Di
daerah-daeah lain pengambilan data e-KTP sudah berjalan dan sebagian sudah
selesai. Dari beberapa kota
yang selesai ada yang sukses ada pula yang bermasalah dengan proses data e-KTP,
masalah itu bukan dari faktor masyarakatnya, tapi pada petugas yang kurang
teliti. Missal seperti pembagian e-KPT di Surabaya
yang diinformasikan amburadul, dalam pemberitaan di media disebutkan ada data
warga yang tertukar, mulai foto yang tidak sama, alamat yang keliru juga
tanggal lahir.
Sehari sebulum pulang saya sempat berbincang-bincang dengan Fahmi.
Dalam perbincangan itu saya menyampaikan bahwa besok akan pulang untuk mengurus
e-KTP. Saya berceriata bahwa ada beberapa informasi yang menganggu dalam proses
pengambilan e-KTP di Sumenep khususnya di Kepulauan. Seperti dikabarkan di
Koran bahwa pengambilan data e-KTP di kepulauan (Sumenep) diwarnai dengan
pungutan liar. Pungutan itu berkisar antara 5-10 ribu perkalapa. Saat membaca berita
itu saya marah dan kecewa. “la kok kayak
gini Dareahku, aparatnya tetap bermental tamak dan rakus, rakyat selalu diperas
sekalanya memang kecil 5-10 ribu, tapi tetap saja penyimpangan tetap
penyimpangan sekecil apapun penyimpangan itu. Dan setiap penyimpangan harus
ditindak sesuai peraturan yang ada. Wong sudah jelas e-KTP itu program pusat
tak ada istilah pungutan apa-apa. Tapi ya kenapa aparatnya masih main seperti
itu, mentalnya tetap saja.”
Mengingat banyak terjadi kesalahan dalam hasil pengambilan data e-KTP
sebagaimana terjadi di Kota besar seperti di Surabaya, saya sempat
pesimis dan bertanya bagaimana hasil pengambilan data e-KTP di Daerahku nanti.
Kalau kita mengaca dari kualifikasi SDM antara Surabaya
dengan Daerah tentu akan lebih baik Surabaya.
Selain karena Surabaya sebagai kota
besara dan pusat segala aktifitas dan informasi, Surabaya akan menjadi baro meter “contoh”.
Saya pun tak ingin berspikulasi bagaimana hasilnya nanti. Sebagai warga
Negara yang baik saya mesti mengikuti apa yang telah Negara minta “berpositif
saja….” Mudah-mudahan tidak terjadi kesalahan sebagaimana terjadi di Surabaya.
Satu sisi saya tak ingin berburuk sangka terhadapa apa yang belum
dilaksanakan (hasil pengambilan data e-KTP). Namun tanda-tanda ketidak beresan
jelas terbaca dari undangan yang dikeluarkan oleh Kecamatan Gapura. Undangan
cacat. Saya katakan undangan itu cacat, pertama undangan itu tidak ada no.
kedua pembuatan undangan yang terlampu lama. Undangan ini dibuat pada tanggal
26-03-2012, dari pembuatan undangan dan eksekusi “pelaksanaan”, saat ini sudah
masuk bulan 06, dan pelaksaan pengambilan data e-KTP tertulis tanggal 19 (tanpa
bulan dan tahun).
Kesalahan yang paling fatal menurut saya adalah undangan atas nama
(Drs. Mustangin, M.Si) Camat Gapura ini hanya disetempel basah, tapi tidak
ditandatangani. Melihat ketidak beresan undangan, seakan mempertegas
kekhawatiran dan indikasi aka terjadi ketidak beresan nantinya. Tapi lagi-lagi
saya mencoba mengabaikan semua itu. Dan tetap berharap tidak terjadi kesalahan
setidaknya pada hasil e-KTP saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar