"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 17 Juni 2012

PATUH DAN TA’AT TERHADAP PERATURAN (Catatan kecil perjalan pulang kampung Surabaya-Sumenep)

SURABAYA, pagi masih berselimut mendung. Hawa dingin terasa menusuk tulang. Sedang matahari belum tampak. Mendung yang berkelebat bergerak dengan ritme yang berat, hembusan udara membelai setiap yang dijumpainya. Burung mengawali paginya dengan nyanyian khasnya.

Pohon-pohon terlihat menari-nari dan saling bersentuhan dahan, seperti orang berdansa yang menggerakkan sebagian otot tubuhnya kemudian saling bersinggolan. Kicau burung saling bersahutan satu dengan yang lain. Tidak terlihat di dahan manakah burung berada, yang kudengar hanya kicaunya tanpa bisa melihat sosoknya. Tapi tidak apalah tidak sesuatu itu harus aku lihat, sebagaimana man pagi memang tak harus cerah. Adakalanya mendung itu pentig, barang kali ia ingin memberikan pesan pada yang ada di bumi. Sebagaimana burung yang meyanyi tapi tak kulihat sosoknya,  mungkin ia juga hendak bertukar sapa walau tak harus tampak.

Waktu menunjukkan pukul 04.45 pagi, aaah aku sudah terlambat menyambut subuh. Aku tak sempat mendengar adzan, pada hal aku ingin menikmati alunan adzan dari Masjid di samping tempatku. Mungkin aku kecapean hingga aku tak bisa mendengaran panggilan suci itu. Kuperhatikan jam di HP, badan masih tersa lemas, sekujur tubuh seperti ada yang memeloroti. Dengan agak malas aku menyingkirkan selimut. Rasa gatal di pergelangan kaki memaksa diri untuk bergerak agresif, ini pasti ulah si nyamuk yang senang memanfaatku kantukku, dan mengambil sebagian darah dari tubuhku. Dasar nyamuk tak tahu diuntung bisa membikin badan benjol.

Aku perhatikan keadaan di sekelilingku, setumpuk buku berjejer di rak. Diantara sebagian buku itu sudah aku acak dan kusenggamahi dan sebagian lagi kubiarkan saja, karena tak mengundang nafsuku untuk menyentuhnya apa lagi sampai membacanya. Sedang di sampingku ada dua buku, tak tahu buku yang mana yang telah mengantar aku pada mimpi. Semua pada terbuka telanjang. Memang aku suka membuka dua buku sekaligus. Bila dalam satu buku agak bosan aku pindah pada buku yang satunya. Kadang aku sengaja memancing keadaan dengan memelototi buku demi satu tujuan yaitu cepat tidur.
Sebagaimana biasanya sebelum aku tidur, aku buka buku dan membacanya 1-9 halaman sesudah itu biasanya mata sudah mulai kelepek-kelepek,  dan tentu saja aku lasung menuju alam mimpi “tidur”. Kadang aku tertawa sendiri, ternyata buku tak hanya memberi manfaat bagi yang tak tahu menjadi tahu, tapi juga sebagai obat petidur yang efektif tanpa ada efek samping.  Wajar bila ada orang yang mengatakan buku adalah sahabat sejati yang selalu member tanpa meminta apa pun.

Namun tidurku tadi agak keterlaluan juga, bagaimana tidak aku telah meniatkan diri untuk bagun lebih awal dengaan cara tidur lebih awal, tapi toh tetap saja kebablasan, sampai-sampai tak mendengar adzan subuh. Memang pukul 04.45 masih agak petang waktu subuh masih ada, sebagaimana kabar yang pernah aku dengar saat mengaji fiqih, batas subuh hinga munculnya fajar bukan matahari. Di dalam fiqih ada dua istilah fajar sodiq juga …. Ah aku lupa yang satunya.

Aku berniat bagun awal karena aku ingin pulang ke kampung halaman di Sumenep. Kepulanganku ini adalah sebagai panggilan dan sekaligus kewajiban sebagai warga Negara yaitu memenuhi undangan pengambilan data e-KTP. Sebagai warga yang baik aku harus mentaati hal itu, makanya aku pilih pulang.

Aku tak begitu tahu bagaimana proses dan cara pegambilan data nanti. Di daerah-daeah lain pengambilan data e-KTP sudah berjalan dan sebagian sudah selesai. Dari beberapa kota yang selesai ada yang sukses ada pula yang bermasalah dengan proses data e-KTP, masalah itu bukan dari faktor masyarakatnya, tapi pada petugas yang kurang teliti. Missal seperti pembagian e-KPT di Surabaya yang diinformasikan amburadul, dalam pemberitaan di media disebutkan ada data warga yang tertukar, mulai foto yang tidak sama, alamat yang keliru juga tanggal lahir.

Sehari sebulum pulang saya sempat berbincang-bincang dengan Fahmi. Dalam perbincangan itu saya menyampaikan bahwa besok akan pulang untuk mengurus e-KTP. Saya berceriata bahwa ada beberapa informasi yang menganggu dalam proses pengambilan e-KTP di Sumenep khususnya di Kepulauan. Seperti dikabarkan di Koran bahwa pengambilan data e-KTP di kepulauan (Sumenep) diwarnai dengan pungutan liar. Pungutan itu berkisar antara 5-10 ribu perkalapa. Saat membaca berita itu saya marah dan kecewa. “la kok kayak gini Dareahku, aparatnya tetap bermental tamak dan rakus, rakyat selalu diperas sekalanya memang kecil 5-10 ribu, tapi tetap saja penyimpangan tetap penyimpangan sekecil apapun penyimpangan itu. Dan setiap penyimpangan harus ditindak sesuai peraturan yang ada. Wong sudah jelas e-KTP itu program pusat tak ada istilah pungutan apa-apa. Tapi ya kenapa aparatnya masih main seperti itu, mentalnya tetap saja.”

Mengingat banyak terjadi kesalahan dalam hasil pengambilan data e-KTP sebagaimana terjadi di Kota besar seperti di Surabaya, saya sempat pesimis dan bertanya bagaimana hasil pengambilan data e-KTP di Daerahku nanti. Kalau kita mengaca dari kualifikasi SDM antara Surabaya dengan Daerah tentu akan lebih baik Surabaya. Selain karena Surabaya sebagai kota besara dan pusat segala aktifitas dan informasi, Surabaya akan menjadi baro meter “contoh”.

Saya pun tak ingin berspikulasi bagaimana hasilnya nanti. Sebagai warga Negara yang baik saya mesti mengikuti apa yang telah Negara minta “berpositif saja….” Mudah-mudahan tidak terjadi kesalahan sebagaimana terjadi di Surabaya.

Satu sisi saya tak ingin berburuk sangka terhadapa apa yang belum dilaksanakan (hasil pengambilan data e-KTP). Namun tanda-tanda ketidak beresan jelas terbaca dari undangan yang dikeluarkan oleh Kecamatan Gapura. Undangan cacat. Saya katakan undangan itu cacat, pertama undangan itu tidak ada no. kedua pembuatan undangan yang terlampu lama. Undangan ini dibuat pada tanggal 26-03-2012, dari pembuatan undangan dan eksekusi “pelaksanaan”, saat ini sudah masuk bulan 06, dan pelaksaan pengambilan data e-KTP tertulis tanggal 19 (tanpa bulan dan tahun).

Kesalahan yang paling fatal menurut saya adalah undangan atas nama (Drs. Mustangin, M.Si) Camat Gapura ini hanya disetempel basah, tapi tidak ditandatangani. Melihat ketidak beresan undangan, seakan mempertegas kekhawatiran dan indikasi aka terjadi ketidak beresan nantinya. Tapi lagi-lagi saya mencoba mengabaikan semua itu. Dan tetap berharap tidak terjadi kesalahan setidaknya pada hasil e-KTP saya.

Tidak ada komentar: