"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 18 Maret 2012

NON MUSLIM BELAJAR DI PESANTREN

Napak Tilas
Saya bersyukur  atas nikmat dan sempat yang Tuhan karuniakan pada hari ini (12/03/2012) bisa berkunjung pada teman-teman di Malang. Sebelum berngunjung pada teman saya menyempatkan diri keliling kampus (Univesitas Islam Negeri Malauna Malik Ibarahim Malanag) tempah saya mengasah cakrawala pikir. Dengan mengendari sepeda Motor saya berkeliling di area kampus. Berkeliling di area kampus dengan kendaraan tidak butuh waktu lama sekitar 05.09 m, setelah itu saya langsung meluncur ke kontrakan teman-teman.

Sejak di dalam perjalan hal pertama terlintas dalam akal pikiran ialah saya mesti ke kampus terlebih dahulu “menginjakkan kaki di Kampus (ritual saya pribadi)”, dalam perjalanan ke kampus saya berkata pada diri sendiri “Mahmudi kamu harus bisa menuntaskan mimpimu (menyelesaikan kuliah), yakin kamu bisa melakukannya”.

Sekitar pukul 18.45 Saya tibadi kampus. Pandangan tertuju pada tiap-tiap sudut di sekitar kampus. Kerumunan anak manusia terlihat berarak menuju satu tempat (kuliah PKPBA), mereka seperti dalam satu komando, apa yang saya lihat mengingatkan saya pada perjalanan beberapa waktu silam, saat saya masih semester I-II. Sebagai mahasiswa baru saat itu banyak kebiasaan hal-hal baru yang mesti saya ikuti.

Sebagaimana telah menjadi kebijakan kampus setiap mahasiswa baru harus tinggal di ma’had. Dan selama di Ma’had  seluruh mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan wajib mengikuti kegiatan reguler “pelajaran” Bahasa Arab.

Bila saya ingat kegiatan pada dua semester awal (I-II), saya menjadi rindu. Tapi pada saat masih menjalani kegiatan saya jemu dan lelah mengikuti rutinitas pelajaran wajib bahasa Arab (siang, pukul 13.00-15 dan malam 18.30-20.30), selama satu tahun saya disibukkan dengan rutinitas wajib tersebut, waktu jeda hanya pada saat panggilan solat. Sementara pada puku 06.30-12.30 saya harus sibuk dengan kegiatan perkulian sesuai jurusan.

Setaiap rangkaian perjalan selalu memiliki kesan dan nilai yang sangat berarti bagi kehidupan. Dan saya mengambil hikmah dari apa yang telah saya lewatkan pada masa-masa ketika masih duduk sebagai mahasiswa baru (semester I-II) dulu. Hal yang paling berkesan pada masa-masa semester awal ialah ketika saya harus beradabtasi dengan berbagai kalangan dan kultur yang sangat beragam. Pada semester awal itu (saat di Mahad) saya banyak mengenal perbedaan cara pandang dan cara menyikapi persoalan hidup.

Sebagai anak yang datang dari kampung  banyak hal yang harus beradabtasi dengannya, Seperi sistem dan kultur yang masih baru saya temui di tempat ini (di Ma’had  ), beruntung meski saya dari kampung, tidak kampungan, hehehhe. Hal pertama yang saya lakukan saat itu ialah banyak bertanya pada teman sekamar dan berdiskusi dengan mereka. Kebetulan teman-teman sekamar, diantaranya adalah lulusan pesantren ternama di Indonesia (Pesantren Gontor dll) dan hal yang tak kalah menariknya saya sekamar dengan anak yang beda Agama.

Beda agama, mungkin anda tidak percaya kampus UIN dengan latar belakang islam yang mengintegrasikan budaya pesantren di dalamnya ada mahasiswa non muslim. Namun itulah fakta yang saya alami. Dan hal yang mungkin dalam pandangan saya bertentangan dengan sistem kepercayaan teman saya kala itu, ialah ketika dia harus mengikuti pelajaran islam, seperti mengaji, hafalan Al-quran dan rutinitas kemahadan lainnya.

Saya mengambil banyak hikmah atas apa yang saya lihat dan berintraksi dengannya. Pertama ialah kewelcaman teman saya dalam mengikuti semua kegiatan ‘berbeda keyakinan’. Kedua ketepan keimanannya meski dia berada di lingkungan yang mayoritas muslim. Satu pengalaman yang sangat berharga dan sangat bersejarah bagi perjalanan saya.

BERSILATURRAHIM
Pukul 20.30 saya diajak ngopi bareng bersama teman IKLIMA. Sungguh ini menjadi sebuah nostalgia yang sangat menarik. Sebagaimana rutinitas mahasiswa pada umumnya ngopi di emperan jalan “kedai” merupakan satu rutinitas yang biasa. Berbeda dengan kalangan elit bila melakukan pertemuan biasanya di kaffe atao hotel kenamaan.

Selain sudah tradisi, kedai atau warung di pinggir-pinggir jalan dari harga memang sangat miring dan murah. Meskipun murah tidak murahan amat heheh. Sebagai penyedia tempat nongrong mahasiswa para penjual bukan tanpa persaingan, setiap warung memberikan servis yang berfareasi, semisal warung penjual kopi atau makanan menyediakan hal-hal yang menarik mulai WF geratis dan beberapa servis menarik lainnya.

Keesokan harinya 13/03/2012 saya bersilaturrahim dengan civitas Uin Malang utamanya Dekan dan jurusan Pendidikan IPS Ekonomi, Lama tidak ada di kampus membuat saya rindu pada kegitan saat dulu. Bergelut di UKM dan beberapa kegiatan di luar kampus menjadi satu pengalaman yang sangat berharga.  Dan tentu saya banyak melihat perubahan yang bagus dari kampus. Semoga hal ini menjadi satu kemajuan yang baik untuk semua sivitas dan lulusannya kelak.

Saya tiba di kampus sekitar pukul 09.15. suasana kampus Uin Maliki Malang terlihat ramai. Beberapa kerumunan mahasiswa membentuk kelompok di setiap sudut kampus. Masing-masing dari mahasiswa terlihat membawa sebuah computer jinjing.

jika dua tahun yang lalu jarang ada mahasiswa membawa computer jinjing berbeda halnya dengan sekarang. Sekrang setiap mahasiswa sudah memanfaatkan tegnologi modern. Fasilitas kampus yang menunjang seperti ketersediakan WF  geratis di sekitar area kampus mendorong tumbuhnya pengguna komper jinjing.

Adanya WF geratis memungkin bagi setiap mahasiswa dan mahasiswi untuk terus memperbaharui informasi keilmuan dan menambah wawasan yang lebih luas dan dinamis.

Tidak ada komentar: