Kemudian aku pun mencoba mendekati teman yang akrab dengan Vani, kemudian dari temannya itulah akhirnya aku bisa mendapat sedikit keterangan mengenai sikap-nya. Aku masih belum begitu yakin kemudian akupun minta tolong pada teman Vani kapan bisa ketemuan. Akhirnya aku bisa bertemu. Pertemuan itu tidak aku sia-siakan aku pun banyak mengorek prihal sikap dia dan perubahan dia selama ini.
“Van teriama kasih atas waktu kamu menemui aku, aku minta maaf jika selama ini aku punya salah pada kamu” aku memulai pertemuan itu sedikit berbasa-basi.
“memang ada apa, kamu mengajak ketemuan seperti ini ??, kalau Cuma minta maaf sudah aku maafkan sebelum kamu minta maaf” Vani menjawab dengan singkat. Vani membelakingiku. Kemudian aku makin tanda Tanya “kok gak seperti biasa Vani seperti ini”, Tanya dalam hati.
“oya makisih kamu telah sudi memaafkan aku, tapi kalau ngomong jangan membelakangi gitu la, memang aku menakutkan ta ?, aku coba untuk mengajak Vani sedikit goyon, namun dia hanya diam.
“Van kita adalah teman baik, ER dan kamu merupakan orang yang sangat berarti bagi aku, tapi perubahan sikap kamu yang tiba-tiba ini sungguh membuat aku bertanda Tanya besar, mungkin bila kamu bersedia bercerita aku akan senang.” Percakapan antara aku dan Vani pada saat itu berlangsung lama, sekitar 2 jam. Namun dalam pertemuan itu aku tidak berhasil menemukan jawab atas pertanyaan-pertanyaan selama ini, tapi setidaknya dia telah berjanji untuk bisa bersikap seperti biasa.
Keesokan harinya saat berangkat kesekolah kebetulan kita berpapasan di jalan, pada saat itu aku berangkat agak pagi ekita pukul 06.00 karena aku masih belum mengerjakan tugas dan hendak ke ke rumah temanku, tiba-tiba dari belakang ada suara wanita memanggilku “Hai yan, tumben berangkat pagi…. ..” Aku menoleh ternyata Vani, kita pun berangkat bersama, semenjak peristiwa ‘ketengangan hubungan perteman’ baru kali ini Vani duluan menyapaku. Saat itulah kita ngobrol-ngobrol, vani yang biasanya cuek terlihat lebih akrab dan wajahnya lebih bersinar. Di tengah perjalanan tiba-tiba dia menyinggung masalah ER.
“bagaimana hubungan kamu dengan ER, kapan selamatanya” sontak aku terkejut dengan pernyataan itu, akupun berpura-pura tenang, apa mungkin dia tau soal aku menyukai Er Tanyaku dalam hati, tidak mungkin.
“loooh kenapa kamu Tanya seperti itu, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan ER!!!!” aku coba mengilak.
“alaaaah kamu ini memang pinter mengelak”
“memang aku pernah bilang aku suka ER atau siapa”
“ya dak si…h”
“la terus kenapa kamu tiba-tiba berkesimpulan seperti itu”
“ya lihat kamu yang semakin akrab sama dia”
“gak apa-apa kamu cocok sama dia, dia kan cantik tidak seperti aku” vani pun terus memancing pengakuan, namun aku alihkan pembicaraan
“udahlah jangan bahas itu!!”
Perjalan pagi itu sungguh menyenangkan, senang lantaran Vani sudah benar-benar berubah. Kami berjalan dengan santai sambil ngobrol panjang. Sesekali aku memperhatikan wajah Vani, selintas aku teringat pada wajah ER, vani memang tidak secantik ER namun sikapnya yang mesterius membuat aku jadi memikirkannya dan kepikiran sama dia.
Selesai maslah satu timbul masalah lain. Saat aku asyik menikmati kemesraan ‘akrab’ dengan Vani disisi lain ternyata ada yang tidak suka. Er sekarang malah memilih hengkang dan tidak menyapaku, tentu saja aku benar-benar dibuat pusing. Padahal keakrabanku dengan Vani hanya beru berselang tiga hari dan sekarang malah ER yang berubah.
Waktu istirahat sekolah aku menyambangi ER di kelasnya. Kebetulan Er dan Vani satu kelas. Setelah aku sambangi ER malah memilih menghindar dan ia memilih keluar kelas dan pura-pura tidak melihat aku. Waktu itu hanya Vani yang menyapa dan mengajakku ngobrol, aku pun ngobrol sebentar kemudian aku pamit untuk menemui Er, dengan santai Vani malah tersenyum seakan-akan mengeledeku “emang ada apa becsritan ma ER” tegur Vani sambil tersenyum.
Aku pun tidak ambil pusing dengan sikap ER yang berubah. Keakrabanku denngan vani pun semakin dekat. Sekitar tiga bulan kebih kami saling bertukar cerita satu sama lain. Ternya selang waktu itupun menghantarkan berubah haluan. ER yang menggugah hatiku—dan pada ujungnya dia cuek tanpa kutahui alasannya, aku mencoba mengubur prasaan dalam-dalam. Selang waktu yangkat bersama Vani aku menemukan kehangaian.
Awal pertama aku pun tidak bisa menyatakan perasaanku pada Vani namun aku juga merasakan bahwa Vani ada perasaan yang sama. Sebelum aku resmi jadian dengan Vani Erfan teman sekelasku satu desa beda kampung juga menaruh perasaan sama Vani. Erfan jauh hari sebelum aku baikan dengan Vani memang terlihat akrab, bahkan isu yang kudengar dia jadian sama Vani, entah kenapa aku merasa cemberu ketika Vani berjalan sama Erfan.
Persahabatanku dengan Erfan pun sedikit terganggu aku sendiri memilih untuk ambil jarak sama dia. Kemudian untuk memastikan kecurigaan, aku meminta penjelasan sama Vani prihal hubungan dia dengan Erfan. Saat aku tanya Vani mengilak dan mengaku tidak ada hubungan apa-apa, kemudian waktu itu aku jadikan kesempatan menyatakan cinta.
“Van teriama kasih atas waktu kamu menemui aku, aku minta maaf jika selama ini aku punya salah pada kamu” aku memulai pertemuan itu sedikit berbasa-basi.
“memang ada apa, kamu mengajak ketemuan seperti ini ??, kalau Cuma minta maaf sudah aku maafkan sebelum kamu minta maaf” Vani menjawab dengan singkat. Vani membelakingiku. Kemudian aku makin tanda Tanya “kok gak seperti biasa Vani seperti ini”, Tanya dalam hati.
“oya makisih kamu telah sudi memaafkan aku, tapi kalau ngomong jangan membelakangi gitu la, memang aku menakutkan ta ?, aku coba untuk mengajak Vani sedikit goyon, namun dia hanya diam.
“Van kita adalah teman baik, ER dan kamu merupakan orang yang sangat berarti bagi aku, tapi perubahan sikap kamu yang tiba-tiba ini sungguh membuat aku bertanda Tanya besar, mungkin bila kamu bersedia bercerita aku akan senang.” Percakapan antara aku dan Vani pada saat itu berlangsung lama, sekitar 2 jam. Namun dalam pertemuan itu aku tidak berhasil menemukan jawab atas pertanyaan-pertanyaan selama ini, tapi setidaknya dia telah berjanji untuk bisa bersikap seperti biasa.
Keesokan harinya saat berangkat kesekolah kebetulan kita berpapasan di jalan, pada saat itu aku berangkat agak pagi ekita pukul 06.00 karena aku masih belum mengerjakan tugas dan hendak ke ke rumah temanku, tiba-tiba dari belakang ada suara wanita memanggilku “Hai yan, tumben berangkat pagi…. ..” Aku menoleh ternyata Vani, kita pun berangkat bersama, semenjak peristiwa ‘ketengangan hubungan perteman’ baru kali ini Vani duluan menyapaku. Saat itulah kita ngobrol-ngobrol, vani yang biasanya cuek terlihat lebih akrab dan wajahnya lebih bersinar. Di tengah perjalanan tiba-tiba dia menyinggung masalah ER.
“bagaimana hubungan kamu dengan ER, kapan selamatanya” sontak aku terkejut dengan pernyataan itu, akupun berpura-pura tenang, apa mungkin dia tau soal aku menyukai Er Tanyaku dalam hati, tidak mungkin.
“loooh kenapa kamu Tanya seperti itu, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan ER!!!!” aku coba mengilak.
“alaaaah kamu ini memang pinter mengelak”
“memang aku pernah bilang aku suka ER atau siapa”
“ya dak si…h”
“la terus kenapa kamu tiba-tiba berkesimpulan seperti itu”
“ya lihat kamu yang semakin akrab sama dia”
“gak apa-apa kamu cocok sama dia, dia kan cantik tidak seperti aku” vani pun terus memancing pengakuan, namun aku alihkan pembicaraan
“udahlah jangan bahas itu!!”
Perjalan pagi itu sungguh menyenangkan, senang lantaran Vani sudah benar-benar berubah. Kami berjalan dengan santai sambil ngobrol panjang. Sesekali aku memperhatikan wajah Vani, selintas aku teringat pada wajah ER, vani memang tidak secantik ER namun sikapnya yang mesterius membuat aku jadi memikirkannya dan kepikiran sama dia.
Selesai maslah satu timbul masalah lain. Saat aku asyik menikmati kemesraan ‘akrab’ dengan Vani disisi lain ternyata ada yang tidak suka. Er sekarang malah memilih hengkang dan tidak menyapaku, tentu saja aku benar-benar dibuat pusing. Padahal keakrabanku dengan Vani hanya beru berselang tiga hari dan sekarang malah ER yang berubah.
Waktu istirahat sekolah aku menyambangi ER di kelasnya. Kebetulan Er dan Vani satu kelas. Setelah aku sambangi ER malah memilih menghindar dan ia memilih keluar kelas dan pura-pura tidak melihat aku. Waktu itu hanya Vani yang menyapa dan mengajakku ngobrol, aku pun ngobrol sebentar kemudian aku pamit untuk menemui Er, dengan santai Vani malah tersenyum seakan-akan mengeledeku “emang ada apa becsritan ma ER” tegur Vani sambil tersenyum.
Aku pun tidak ambil pusing dengan sikap ER yang berubah. Keakrabanku denngan vani pun semakin dekat. Sekitar tiga bulan kebih kami saling bertukar cerita satu sama lain. Ternya selang waktu itupun menghantarkan berubah haluan. ER yang menggugah hatiku—dan pada ujungnya dia cuek tanpa kutahui alasannya, aku mencoba mengubur prasaan dalam-dalam. Selang waktu yangkat bersama Vani aku menemukan kehangaian.
Awal pertama aku pun tidak bisa menyatakan perasaanku pada Vani namun aku juga merasakan bahwa Vani ada perasaan yang sama. Sebelum aku resmi jadian dengan Vani Erfan teman sekelasku satu desa beda kampung juga menaruh perasaan sama Vani. Erfan jauh hari sebelum aku baikan dengan Vani memang terlihat akrab, bahkan isu yang kudengar dia jadian sama Vani, entah kenapa aku merasa cemberu ketika Vani berjalan sama Erfan.
Persahabatanku dengan Erfan pun sedikit terganggu aku sendiri memilih untuk ambil jarak sama dia. Kemudian untuk memastikan kecurigaan, aku meminta penjelasan sama Vani prihal hubungan dia dengan Erfan. Saat aku tanya Vani mengilak dan mengaku tidak ada hubungan apa-apa, kemudian waktu itu aku jadikan kesempatan menyatakan cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar