"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Jumat, 14 Juni 2013

DUKUNG KENAIKAN HARGA BBM

Pernyataan di atas bukan pertanyaan populis. Apa lagi ditengah derasnya gelombang unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM oleh mahasiswa dan oramas bahkan partai. Yang menolak kenaikan harga BBM beralasan "….kenaikan BBM akan menyengsarakan hanyat hidup rakyat kecil, rakyat akan semakin tercekik, karena kenaikan harga BBM akan diikuti oleh kenaikan harga-hara bahan pokok yang lain". Pernyataan itu benar. Namun bila kita telisik lebih jau dan dilihat dari aspek jangka panjang serta efektifitas BBM itu sendiri muncul satu pertanyaan mendasar pula, apakah masyarakat kecil yang memanfaatkan BBM, atau penolakan ini ada kepentingan bisnis uyang lebih besar. Jika hara BBM tetap jelas negara yang akan menanggung bebaban dan lagi-lagi orang pembisnis dan orang berduit yang diuntungkan.


Kita jangan terjebak pada isu penolakan yang diselipi kepentingan bisnis besar. Harga BBM harus naik, dan bantuan BLSM harus dipermaninkan. Alokasi subsis BBM harus dialihkan pada sektor riil yang lebih menyentuh, perbaikan infrastruktur (jalan, transportasi dll). Karena jika infrastruktur jalan baik ekonomi akan berjalan lancar dan itu dampaknya langsung dirasakan oleh rakyat.

Kita pun tidak boleh terjebak oleh pencitraan partai yang juga menolak kenaikan harga BBM, toh kenaikan harga BBM ini bukan untuk kepentingan segelintir orang tapi untuk kemaslahatan bangsa dalam jangka panjang. Dan saya justru mepertanyakan sikap partai politik yang berkoalis dengan pemerintah kemudian bersembrangan dengan sikap pemerintah yang tengah berusaha menyelamatkan negara ini dari kebangkrutan, akibat subdisi BBM yang justru dinikmati oleh orang yang kaya. Dan kita juga mempertanyakan sikap dan konsistensi partai politik (PKS) yang menolak kenaikan harga BBM, sikap dan penolakan PKS ini hanya pencitraan di tengah gempuran kasus korupsi yang kini terus bergulir di tangan KPK.

Benarkah PKS berpihak kepada rakyat kecil atas sikap dan penolakannya terhadap kenaikan harga BBM, justru sikap subjektif kita melihat bagaimana parti ini bersandiwara demi pencitraan dalam menghadapi pemilu 2014 nanti. Seandainya PKS bukan bagian dari koalisi saya pikir wajar laj bila mereka menolak rencana kenaikan harga BBM.

Mari kita bersikap wajar dalam menyikapi harga BBM, di era reformasi dan demokrasi semua orang boleh bersikap dan menyatakan sikap atas kenaikan harga BBM, termasuk dengan menolak, berdemonstrasi dll. tapi kita pun harus objektif menilai dan melihat kondisi bangsa saat ini khususnya kenaikan harga BBM. Jangan sampai aksi dan penolakan itu justru merugikan negara dan rakyat. Khusunya para masiswa yang sering melakukan demo yang berujung pada perusakan fasilitas Negara.

Mengapa kita tak duduk bersama mencari opsi dan solusi supaya atas kenaikan harga BBM. Pada situasi seperti ini penolakan kenaikan harga BBM itu hanya menambah kebisingan public dan mengganggu. Sikap dan cara jalanan harus diubah kepada cara yang lebih konstruktif dan kontributif yaitu kemaslahatan bangsa ke depan. Apakah tidak mungkin kita beralih dari ketergantungan BBM yang nyata-nyata secara persedian terus menyusut, perlu kita sadara bahwa kita bukan lagi peng-ekspor BBM. Jika bangsa lain tengah merancang penghematan BBM masak kita sibuk meributkan keniakan harga BBM.

Saya terkesan dengan pernyatan seorang teman PAPUA yang mengatakan, “Orang Jawa sibuk dan ribut soal kenaikan harga BBM dari Rp. 4.500,00 menjadi Rp. 6.500,00, kami di PAPUS sudah terbiasa membeli BBM 10.000,00-15.000,00 perliternya”. Pernyataan tersebut sangat sederhana dan sekaligus menggelitik kesadaran kita semua. Benarkah sikap penolakan atas kenaikan harga atas BBM sebagai aspirasi dan keperihatinan terhadap rakyat kecil. Atau sikap dan penolakan itu titipan dan kepentingan bisnis.

Ayo kita saling mengoreksi dan berpikir atas kepentingan bangsa jangka panjang. Kritik atas kebijakan itu memang perlu bahkan wajib. Tapi solusi merupakan satu hal yang lebih dibutuhkan guna kebaikan bangsa jangka panjang. Dan rencaca BLSM harus kita pantau guna tidak terjadi penyimpangan, dan BLSM kita dorong untuk dipermanenkan, atau kalau tidak pemerintah dan kita mendurong supaya BLSM itu dialihkan pada hal yang lebih produktif, supaya tidak terkesan suap dalam arti lain.  

#BBM1


Baca Selengkapnya di sini..

Sabtu, 01 Juni 2013

PANCASILA SEBAGAI JALAN HIDUP

Berikut ini saya bahasa jawabab saya di forum tetangga, mengenai system demokrasi (pancasila) dan kehilafahan oleh salah satu ormas sebuat saja HTI. Sebagaimana pernas saya katakana sebanarnya saya tidak benci pada orang HTI, hal yang saya tidak suka dari organisasi ini, cara dan kemasifannya dalam merong-rong institusi kebangsaan melalui legitimasi dalil dan ayat. Padahal keberagaman ummat khususnya di insonesia bukan lagi menjadi rahasia. Dan keberagaman itu harus terus dipupuk tanpa ada gesekan dan pertentangan yang berpretensi pada perpecahan dan konflik.

Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah hal yang final. Tapi tetap saya akui bahwa PANCASILA bukan satu hal yang sempurna, bila kita menganggab PANCASILA suatu yang sempurna itu bertentangan nilai-nilai ke-Tuhan-an, karena yang sempurna hanya Tuhan. Dan tawaran teman-teman HTI soal khilafah itu hanya sebuah percaturan yang mencatut agama sebagai legitimasi dan pembenaran tapi bukan agama. Dan saya pikir konsep HTI (Khilafah) sebagai satu jalan juga bukan satu prodak yang sempurna, meski mereka mengklaim berdasarkan ayat/hadist..... sebab itu rekaya manusia. Manusia yang menafsirkan ayat-ayat Tuhan untuk dan tujuan kekuasaan, seperti hal HTI saat ini.

Dan saya amat menyayangkan pada cara dan konsep dakwa HTI yang terus mengeksploitasi agama dan ayat, dengan mengkufurkan tatanan dan sistem yang ada. Ingat indonesia lahir dan berdiri dengan tatanan konsep budaya untuk mengayomi semua lapisan. Dan sila-sila yang ada pada PANCASILA harus dimaknai secara utuh menyeluruh bukan dengan parsial.

Memang ini soal sudut pandang, bila Anda mengatakan "KETUHANAN YANG MAHA ESA" arti dari KETUHANAN sama halnya dg kita katakan KEPULAUAN", itu adalah fersi dan pandangan anda. Tapi saya melihat pada konsep dan makna ketuhanan yang ada pads PANCASILA itu pada tataran yang lebih dalam sebagaimana dikatakan Tuhan dalam satu ayatnya “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS. Al Kafirun: 6). Saya pikir ayat itu cukup jelas mengambarkan fenoma keberagamaan dan konteks sosial keindonesiaan kita saat ini.

Konfrontasi ayat "قل هو الله أحد", oleh Anda yang kemudian dijakan alat legitimasi untuk mengkufurkan sistem demokrasi dan konsep (PANCASILA) Ketuhanan Yang Esa, saya pikir itu tidak relefan dengan realitas sosial dan keragaman budaya (Agama) kita. Oleh dari itu kita harus menela'ah konsep dan tawaran HTI yang sampai saat ini belum memiliki landasan otentik (percontohan). Jika HTI mengatakan landasan mereka adalah Al-qur'an & Hadits, saya pikir semua organisasi juga berlandas pada ide dan perjuangan yang berlandaskan Al-qur'an & Hadits.

Kemudian soal pandangan Anda mengenai "PERSATUAN INDONESIA" yang mengharuskan islma, saya pikir itu cara pandang yang sempit. Dunia ini dan mahluk-nya (manusia) di tidak semua muslim itu sudah jelas. Apakah kemudian yang bukan muslim kita musuhi dan habisi, tentu tidak. Persatuan itu harus bersifat universal merangkul semua elemin dan golongan. Dan tugas Negara adalah memberikan perlindungan menumbuhkan kesadaran, kecintaan, persatuan pada bangsa dan tanah airnya.

Jangan sampai ormas "HTI" menjadi penjajah model baru di republik yang kita cintai. Jangan sampai ormas menjadi hantu dan penebar kebencian atas yang lain. Jangan sampai ormas bertindak anarki dan membumi hanguskan saudaranya yang berbeda sudut pandang (keyakinan dan agama).

Hentikan segala propaganda yang mengatas namakan agama, dan memanipulasi ayat demi dan tujuan kekuasaan yang pragmatis. Pembenahan itu wajib tapi bukan dengan jalan menikung (mengunting dalam dalam lipatan) dengan memelintir dalil dan ayat untuk tujuan pembenaran.

Tugas kita hari ini, adalah mewujudkan cita-cita islam yang rahmatan sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad.

Demokrasi memberi ruang bagi siapa pun, termasuk Anda untuk berbicara dan mengeluarkan gagasan demi dan tujuan kemajuan bangsa, bukan untuk membajak demokrasi untuk kepentingan kekuasaan, faham dan golongan. Dan kita harus sepakat bahwa pancasila merupakan satu solusi dan jalan hidup untuk kita dan bangsa.


#SalamINDONESIA

Baca Selengkapnya di sini..