"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 19 Februari 2012

SEJARAH ICMI & REAKTUALISASI KE-SAUDAGAR-AN

(Refleksi pada Palatihan “Training & Mentoring Bisnis” di IAIN Surabaya)

“Mas, ICMI itu apa..., Saya baru mendegar ada ICMI dan sebelumnya tidak tahu apa itu ICMI?”  

Pertanyaan di atas muncul dari seorang mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya yang menjadi peserta Training & Mentoring Bisnis, tanggal 13-14 Februari bertempat di Auditorium Fakultas Syari'ah.

Pelatihan Training & Mentoring Bisnis yang di gelar di Auditorium Fakultas Syari'ah, diikuti oleh mahasiswa dari Jurusan Hukum Muamalah. Pelatihan ini di bagi dalam dua tahap, tahap pertama tanggal 13-14 Februari 2012 dan tahap kedua akan dilaksanakan pada tanggal 21-22 Februari 2012.

Peserta mahasiswa sendiri adalah mahasiswa-mahasiswi dari semester VI. Dilihat dari semester dan kapasitas sebagai mahasiswa-mahasiswi para peserta yang sudah smeter VI, tentu sudah banyak tahu sejarah pergerakan Ormas-ormas sosial dan Keagamaan yang ada di Indonesia. Apa lagi mahasiswa semester VI setingkat mereka pasti sudah pernah diajari dan belajar sejarah atau membaca sejarah, termasuk Ormas ICMI.

Di dalam kurikulum SD-PT memang tidak ada muatan pelajaran yang membahas secara khusus sejarah dan lahirnya ICMI di Indonesia. Namun ICMI sebagai gerakan sosial keagamaan kehadiran memberikan sebuah oase terhadap pengaruh asing yang hampir mendominasi dalam setiap lini kehidupan, tapi bukan berararti ICMI anti asing, ICMI hadir untuk memfilterisasi terhadap pengaruh yang direduksi misionaris barat. Maka dalam hal ini ICMI memiliki peran dan tanggungjawab untuk mewujudkan visi dan misi keindonesian, yang digawangi oleh tokoh-tokoh terpelajar atau Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Kiprah ICMI dalam keikutsertaannya mengawal dan pembangun bangsa ini memiliki peranan dan fungsi yang sangat urgen, khususya dalam bidang keintlektualan dan peran keummatan. Dibidang keintlektualan jelas ICMI mempelopori lahirnya temuan-temuan baru baik di bidang social budaya, sain dan tegnologi.

Untuk menigasikan pertanyaan mahasiswa di atas maka saya perlu sidikit menjelaskan terbentuknya ICMI. ICMI dibentuk pada tanggal 6-8 Desember1990 di Gedung Study Center Kampus Brawijaya Malang, Jawa Timur. ICMI menyatakan dirinya sebagai organisasi ?ôkeagamaan dan budaya" Organisasi ini menghimpun cendekiawan se-Indonesia atas dasar kesamaan cita-cita dan profesi kecendekiawan. Sebagai organisasi yang kebudayaan, ICMI bersifat keilmuan dan kecendekiaan. Keilmuan menunjukkan pada cara atau proses untuk mencapai tujuan. Sedangkan kecendekiawanan menunjuk kepada komitmen dan misinya sebagai seorang cendekia terhadap persoalan-persoalan bangsa dan kemanusiaan, untuk ikut menyelenggarakan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan UUD 1945, (http://digilib.unesa.org/index.php?com=digilib&view=detil&id=4891).

Kemudian ICMI ini diketua Umum pertama oleh, Prof. Dr.-Ing. B.J. Habibie. Pesan yang tak kalah penting dari ketua umum pertama ICMI ialah “bahwa cendekiawan adalah mereka yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungannya”. Apa yang disampaikan oleh ketua ICMI, “B.J. Habibie” memiliki makna dan relevansi yang dinamis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Cendekia, ke-peduli-an dan lingkungan, ketiga sub tersebut inklud pada satu objek yang dinamis tak terikat oleh tempat dan waktu. Artinya apa, kepedulian itu harus menjadi ciri pertama seorang cendekia “ilmuan” dan karena kepedulian itu pula seorang ilmuan terus melakukan Ikhtiar memajukan bangsa.

Kemudian makna lingkungan. Lingkungan tak bisa diartikan satu tempat yang permanen. Lingkungan itu berupa satu pembudayaan pikir, dan pikir itulah yang kemudian mengkontruks menjadi lingkungan. Lingkungan yang berbasis pada pengembangan ide dan gagasan “lingkungan cendekiawan”. Jadi lingkungan bukan makna harfiah tempat, akan tapi sebuah metamorfosis yang berbasis pada prinsip keintelktualan “idea”.

Jadi kalau ada mahasiswa yang belum tahu apa itu ICMI, saya “menganggap suatu kewajaran yang tak termaklumi”, apa lagi di era digital seperti sekarang ini, hampir semua sudah tersajikan secara instan dan murah. Artinya apa mahasiswa sebagai basis keilmuan harus-nya tak sekedar bergelut pada satu bidang keilmuan. Mahasiswa dituntut mengatahui segala bentuk dan disiplin keilmuan, baik itu sejarah dan prospek kebangsaan ke depan.

Jujur saat saya mendengar pernyataan dan pertanyaan seperti disebutkan pada awal tulisan ini di atas, Saya agak terkejut. Keterkejutan saya bukan pada ketidaktahuan mereka tentang ICMI-nya, tapi merupakan sebuah masalah yang menjadi tren di kalangan pelajar sekarang yaitu kekurang sadaran pelajar “mahasiswa” untuk menelaah sejarah peradaban bangsa di masa lalu dan yang akan datang. Pada hal buku-buku yang membahas masalah berkenaan dengan kebangsaan dan prospeknya tersedia dan beraneka, namun keengganan mereka untuk tahu dan mencari tahu menjadikan mereka skeptis dan apatis pada bangsa sendiri, termasuk pada nasip dan masa depan-nya.

Semoga penjelasan di atas bisa menjadi sebuah renungan bagi kita. Dan sekaligus PR bagi gegenarasi selanjutnya untuk senantiasa memiliki rasa keingintahuan terhadap sejarah bagaimana bangsa atau republik yang bernama INDONESIA ini terbangun, dan bagaimana mana dikemudian hari nanti INDONESIA menjadi bangsa yang kridibel disegani oleh bangsa-bangsa yang lain. Dalam hal ini ICMI dan ormas lain memilikin peran dan tanggungjawab yang sama yaitu menggembalikan nili-nilai keindonesiaan sesuai amanah tertuang dalam UUD 1945.

Maka untuk menjadikan bangsa INDONESIA yang kridibel dan disegani oleh bangsa-bangsa lain, diperlukan geragakan meng-reaktualisasi-kan nilai-nilai kebangsaan “sejarah”. Sebagaimana selogan Presiden Pertama Soekarno yang mengatakan “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Pesan yang disampaikan oleh Presiden pertama kepada kita memiliki urgensi yang penting dalam membangun bangsa kedepan. Dan ICMI terus melakukan peran aktif, konstruktif terhadap berbagai persoalan bangsa (Budaya, Agama, Politik, Ekonomi dan Hukum), semua itu telah dirumuskan dalam bentuk program kerja dan aksi.

Semisal ICMI Orwil Jawa Timur priode 2010-2015 yang menggas Mencetak 10.000 Saudagar Muslim sebagai program unggulan-nya. Guna merealisasikan program unggulan tersebut ICMI Orwil Jawa Timur telah mengambil langkah-langkah kongkrit, diantaranya menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan Pesantren, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jawa Timur, dengan cara memberikan Training dan Mentoring Bisnis secara berkala  dan gratis.

Baca Selengkapnya di sini..

Rabu, 15 Februari 2012

PELATIHAN TRAINING & MENTORING BISNIS

Tanggal 13-14 Februari 2012, Ketua ICMI Orwil Jawa Timur meminta saya untuk memantau acara pelatatihan TRAINING & MENTORING BISNIS di Fakultas Syariah IAIN Surabaya. Alhamdulillah pada sesi pertama acara berjalan lancar. Peserta pun nampak antusia mengikuti setiap sesinya. Menariknya dari peserta sudah ada beberapa mahasiswa yang pernah mencoba berbisnis dan sebagian lagi sedang menjalani sedang peserta yang lain mereka yang memiliki panggilan jiwa untuk menjadi wirausaha atau pembisnis.  

Waktu pertama pelatihan Saya terlambat datang, pada saat saya datang acara telah dibuka oleh MC, seperti tersusun dalam jadwal acara dimulai tepat pukul 08.00, namun karena satu hal saya pun terlambat 10 m. Sebuah ayat suci menandai semangat dan antusiasme para calon sauagar muda IAN, sambutan Allah pada saat jeda ayat menjadikan suasana ruang bergumuruh.

Setelah saya duduk ternyata ada sebagian peserta yang juga datang terlambat. Keterlambatan dalam setiap acara seakan menjadi satu rutinitas yang membudaya dalam kehidupan kita, setidaknya itu yang saya lihat dalam acara-acar di kampus, baik di UIN Malang, di IAIN kemarin termasuk kampus-kampus lain. Sebenarnya hal yang demikian bukan budaya baik. Namun sampai saat ini umumnya masih banyak orang yang tak begitu peduli dan menganggab hal yang biasa.

Dekan Fakultas Syariah Prof. Dr. H. Faishal Haq, M.Ag, memberikan sambutan sekaligus membuka acara Training dan Mentoring Bisnis. Dalam sambutannya beliau menegaskan bahwa “Pelatihan TRAINING & MENTORING BISNIS sebuah ikhtiar, dan iktiar itu wajib, setelah ikhitiar lalu baru kita menyerahkan semua-nya pada ketentuan Allah. Jangang sampai mengatakan ini takdir, tapi tidak ada satu inisiatif apa-apa, maka pelatihan ini juga merupakan bentuk ikhtiar kita untuk menjadikan atau membentuk mental mahasiswa menjadi seorang wirausaha atau pengusaha yang sukses. Memang tidak mungkin dari keseluruh peserta yang lebih dari 100 orang, semua akan menjadi pengusuha” ungkap Dekan Fakultas Syariah itu.

Allah memang mengatakan Kun fa yakun, akan tetapi harus ada usaha. Takdir tetap akan mewarnai kehidupan, maka pelatihan ini mahasiswa diharapkan untuk bisa menaj. Saya berpesan kalau saat menuntut ilmu jangan sambil mengemil camilan, karena orang yang telah dikuasai oleh nikmat makanan yang dimakan akan sulit meangkap nikmat dari mendalami ilmu. Orang berjiwa bisnis selalu berfikr bagaimana mengembangkan uang, maka mahasiswa IAIN bisa melakukan hal yang sama tetapi harus tetap menjujung etika dan membela Agama.

Setelah membuka acara sang Dekan langsung meminpin doa. Semua peserta pelatihan menundukkan kepala, entah apa maksudnya dari semua itu hanya mereka yang tahu. Mungkin menundukkan kepala sebuah pembacaan diri, diri yang kerap lebur dengan dosa, atau satu nemtuk pengakuan atas hilaf dan rasa mala pada sangpencipta, yang pasti mereka  ruang menjadi senyap bias doa yang dibacakan seperti membangunkan kesdaran diri sebagai mahluk sosial dan diri yang dilekatkan oleh kewajiban dan larangan.

Waktu menunjukkan pukul 08.37, suasana pagi yang sejuak masih terasa memenuhi ruangan tempat pelatihan. Para peserta mulai mengatur duduk. Model tempat duduk peserta yang dibentuk lingkaran U memungkinkan penyati untuk langsung berintraksi satu dengan yang lain. Meskipun acara sesi pembukaan sudah ditutup, dan memasuk pada acara pelatihan masih ada beberapa peserta yang terlambat.

Ketua ICMI bergerak dari tempat duduknya menyapa peserta. Suaranya yang tegas lugas membuat suasana hidup dan terfokus. Semangat untuk merubah cara pandang mahasiswa dalam berbisnis atau memulai bisnis terlihat dari setiap ekspresi dan penyampaian materi oleh pemilik PT. Pilasmas Diadasa Ismail Nachu.

Meski menyampaikan materi tanpa menggunakan pengeras suara, suara Ismail Nachu tak lah nyaring dari pengeras suara yang disediakan “penghematan, ngak usah memakai pengeras suara” ungkapnya sambil mendekati lemtop yang sudah disediakan di atas meja. Dengan langkah yang tegap dan sigap Ismai Menyapa peserta “ok mari kita buka acara ini dengan bismillah, dan doa”. Semua peserta merunduk, masing-masing larut dalam kekhusu’-an-nya.

Sambutan salam pembuka yang berapi-api dari penyaji Ismail Nachu dengan sendirinya membangunkan semangat peserta yang sedara tadi terlihat rilex menjadi lebih terfokos. “teman-teman untuk menjadi pengusaha tidak butuh indeks prestasi yang bagus, tidak butuh ijasah, yang dibutuhkan hanya sertifikat tanah” sapaan dari penyaji membuat riuh seisi ruangan, ada yang tersenyum sementara yang lain berseloroh sambail tertawa kecil.

Pelatihan ini meruapan satu wujud nyata dari program ICMI “menumbuhkan 10.000 Saudagar muslim di Jawa Timur”. Karena peserta lebih dari 100 orang maka pelaksanaannya di bagi menjadi dua sesi. Sesi pertama tanggal 14-15 dengan peserta 51 orang, sedang sesi kedua 21-22, sisa dari peserta pertama yaitu 50 orang.

Ada pun konsep dari TRAINING & MENTORING BISNIS ini didesain dengan dua sistem kerja, dua hari pertama terfokus di dalam ruangan, sedangkan untuk selanjutnya pendampingan oleh mintor yang telah ditentukan. Sesi menarik dari program Training dan Mentoring Bisnis  ini ialah ada-nya mentor bisnis, ICMI secara khusus menyediakan mentor bagi pembisnis atau mereka yang akan baru akan memulai bisnis.

Selain ada sesi mentor, Ketua ICMI juga meyilahkan kepada peserta yang ingin berkonsultasi langsung dalam hal memulai dan mengembangkan bisnis. Program menumbuhkan 10.000 Saudagar oleh ICMI merupakan satu bentuk kepedulian terhadap keadaan di Jawa Timur sekaligus sebagai upaya menumbuhkan bibit pembisnis muda.  

 

 

 


Baca Selengkapnya di sini..

Senin, 13 Februari 2012

GERAK NYATA ICMI JAWA TIMUR

Tertanggal 10-02-2012 saya menerima sms dari sekertaris Umum ICMI Samsul Hadi, pesan itu meminta saya untuk mengudang Bidang 7-8, ada pun bunyi dari sms itu ……….. “Udi, Tolong kamu undang pengurus ICMI Bidang 7-8 untuk rapat koordinasi dengan ketua IV Ibu Sirikit, hari Senin tanggal 14 februari jam 16 di Sekretariat ICMI. Agendanyapersiapan program bidang 7 dan 8 untuk acara SILAKWIL (Silaturrahmi Kerja Wilayah) ICMI. Undang via email ke alamat masing-masing, juga sms. Contak juga Ketua ICMI Ismail Nachu”  peasan ini saya terima sekitar pukul 22:47. Saya pun langsung memformat isi sms, saya edit kemudian dikirim ke masing-masing pengurus.
Pada hari Senin pukul 09.00 saya kembali mengirim pesan yang sudah saya kerim sebelumnya, saya khawatir ada yang lupa. Al-hamdulillah diantara yang dikirim pesan ada yang menjawab (siap hadir, sebagian meminta ijin lanatarn ada rapat di luar Kota dan ada juga yang kurang respon).

“Karena pada setiap Senin, Rabu dan Kamis saya ada jadwal khusus maka saya pun bergerak cepat”.

Waktu menunjukkan pukul 16.10, Suasana Kantor PT. PILARMA DIADASA sudah agak sepi, maklum beberapa karyawan sudah pulang. Di kantor hanya tinggal empat orang, diantaranya adalah wakil derektur bagian Staf Pemasaran, tamu Kostumer Pilarmas dan saya yang saat ini menangani kesekretariatan ICMI.

Hari ini (Senin tanggal 13 Februari 2012) pukul 16.00, ICMI mengundang anggota khusus Bidang Pengembangan Iptek dan Infokom Ummat (bidang 7) dengan Bidang Advokasi Hukum, HAM dan Lingkungan Hidup (bidang 8). Formasi keanggotaan ICMI pada masing-masing bidang hampir sama yaitu 8-9. Saya sebagai orang yang diberi tugas di ke-sekretareatan bertanggungjawab atas segala kegiatan dan jalannya rapat.

Maka saya pun menyiapakan beberapa hal yang memang menjadi tugas dan tanggungjawab di sekretariatan. Tugas yang dimaksud yaitu ; mengundang anggota ICMI, melalui MILIS (E-mail) dan SMS. Menyiapakan semua kebutuhan rapat  seperti daftar hadir dan terpenting adalah mendokomentasikan pertemuan (Notulensi).

Pukul 16.10 m Ketua IV Sirikat Syah, yang membidangi “penanggungjawab” Bidang Pengembangan Iptek dan Inforkom Ummat dengan Bidang Advokasi Hukum, HAM dan Lingkungan Hidup datang lebih awal ketimbang anggota bidang yang lain. Saya pun menyilahkan Sirikat Syah menuju lantai 4. Saat itu lah jalinan komonikasi terbangun, walau tak maksimal namun cukup memberi saya inspirasi atas sosok wanita ini, Antusias, Penuh semangat, dan energik dalam menyampai gagasan.

Sebelum acara di mulai secara formal “Agenda Program”, Sirikit banyak mengupas persoalan yang saat ini hangat dibicarakan di media massa, khususnya soal adanya MOU atau Nota Kesepahaman antara Dewan Pers dan Polri hari Kamis, 8 Pebruari 2012, ditandatangani bertepatan dengan hari Pers Nasional di Jambi.

Dalam MOU itu disebutkan “Apabila ada dugaan terjadi tindak pidana yang berkaitan dengan pemberitaan pers, maka penyelesainnya mendahulukan UU RI Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers sebelum menerapkan peraturan perundang-undangan lain.

Apabila Polri menerima laporan dan atau pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan pemberitaan pers, dalam proses penyelidikan dan penyidikan berkonsultasi dengan Dewan Pers.

Dewan Pers memberikan kajian dan saran pendapat secara tertulis kepada Polri bahwa pemberitaan semata-mata melanggar Kode Etik Jurnalistik atau tidak” (http://www.tribunnews.com). Sirikit menilai Nota kesepakatan anatara Dewan pers dengan POLRI justru seperti tirani, di mana masyarakat kecil yang dirungikan oleh pemberitaan media tak punya ruang untuk memperoleh keadilan hukum. Sementara di dalam pers sendiri masih belum memiliki payung hukum mengenai pencemaran nama baik, ungakap Sirikit.

Sirikit memandang ICMI bisa bersuara terhadap persoalan yang menyangkut kehidupan orang kecil termasuk soal media “pemberitaan”. Kekhawatiran Sirikit memang bukan tanpa alasan, mengingat banyak diantara oknom wartawan yang kurang mempertimbangkan keakurasian antara data dengan pemberitaan yang diangkat, akhirnya yang timbul bukan satu pencerahan publik, malah menjurumuskan “merugikan orang lain”.

Petrus Hariyanto yang hadir 15 m setelah Sirikit membenarkan apa yang disampaikan oleh Sirikit sekaligus Guru-nya saat mendalami ilmu jurnalistik. Maka Petrus yang aktif mengisi Suara Muslim Surabay di SAF FM, menawarkan bentuk “bagaimana bidang 7-8 bisa membuat sekema kerja mengisi acara di SAF FM” Ungkap Petrus pada Sirikit. Tawaran Petrus pun disambut baik oleh Sirikit selaku ketua Bidang IV. Dan rencana Awal Maret ini cara live di SAF FM sudah bisa berjalan.

Sementara mengenai tema-tema yang akan dibahas sebisa mungkin sudah tersusun secara baik. Menurut Petrus yang mengutip pendapat pendiri ICMI BJ Habibi “Cendekiawan tidak harus dilihat dari latar belakang dan pendidikan-nya namun sumbangan, kontribusi pemikirannya terhadap bangsa dan ummat”, maka melalui siaran radio FM, ICMI bisa memberikan kontribusi pikiran pada ummat.

Bahkan menurut Petrus yang membidangi Pengembangan Iptek dan Inforkom Ummat, bila dimungkinkan untuk acara SILAKWIL nanti bisa dilive-kan lewat Radio. Sementara menurt Deddy Priambudi yang berlatar belakang pengacara, ICMI bisa bergerak lebih nyata dan hadir untuk masyarakat. “Kita mesti menghidupkan ICMI lagi, dulu kalau mengelar diskusi pesertanya banyak dan kesulitan tempat dan sekarang tempat banyak tapi program diskusi masih kurang serempak”.
Deddy Priambudi yang masuk dalam Bidang Advokasi Hukum, HAM dan Lingkungan Hidup, menurut-nya untuk menghidupkan ICMI orang-orang ICMI bisa memanfaatkan media dan mekukan komonisaski, dan bisa mambangun konsolidasi “silaturrahim” dengan pemerintah khususnya pemprov Jawa Timur. Artinya kita harus bisa memberikan kontribusi nyata terhadap Daerah.

Apa yang disampaikan oleh Dedy hampir senada dengan harapan Ismail Nachu (Ketua ICMI). Pada pertemuan pada tanggal 10/02/2012 Ketua Umum ICMI Ismail Nachu dalam rapat Panitia persiapan SILAKWIL mengatakan “bila ICMI datang ke pemprov Jawa Timur harus dengan Agenda, bukan untuk mengemis, ‘Maka untuk SILAKWIL ini bagaimana kita bisa memberikan rekomendasi terkait isu-isu strategis di Jawa Timur”.

Beda hal-nya dengan pendapat Prigi Arisandi, lelaki dengan tubuh segar dab penuh semangat ini begitu penya kepedulian terhadap lingkungan hidup. Meskipun Prigi datang agak terlambat namun orang ini bisa menyita perhatian yang lain. Setelah disodori rumusan program dan sepintas membaca secara terbuka prigi menilai pada program Lingkungan hidup terlalu KAPAL-Imse (kapal merupakan Komonitas Pencinta Alam) Namun konon komonitas ini terkesan memanfaatkan dana Pemerintah “proyek” Democrat.

Setelah diminta alternatif mengenail Program Lingkukan Hidup Prigi langsung meminta untuk kembali menghidupkan kearifan lokal. “Ingat minuman kemasan Aqua dll, tidak bagus untuk tubuh bahkan ada sebagian penelitian orang terkena penyakit kankker lantaran sering minum air Aqua” ungkap Prigi  dengan nada yang berapi-api. Maka Ia meminta supaya ICMI menghidupkan teradis Air Kendi, (Air kemasan dari plastic seperti “aqua dll” diganti dengan Kendi sebagaimana tempo dulu). Menurutnya ICMI bisa meminta pada pemerintah supaya ada ruang khusus untuk “penampungan/ peneyerapan” air. Terjadi banjir belakangan di Surabaya merupakan kesalahan dari orang kaya yang tak peduli terhadap lingkungannya. Maka Melalui ICMI Prigi berharap supaya ada gerakan Panin Air Hujan (membuat tendon di masing-masing rumah untuk menampung Air Hujan).

Sambil memutar Filem documenter Prigi terus menjelaskan hal-hal terkait dengan lingkungan, semua persoalan lingkungan seperti Ia kuasai, menurut Prigi yang membidangi Advokasi Hukum, HAM dan Lingkungan Hidup, “jika tanah ditanami sejis tanaman musiman makan tanah akan semakin gersang”.

Apresiasi terhadap Prigi mengalir dari peserta yang lain “wah saiki kamu makin jernas saja” ungkap peserta. Setelah menyepaki beberapa Agenda penting dalang bidang 7-8 Sirikiat akhirnya menutup acara dan berpamitan.

Baca Selengkapnya di sini..

Selasa, 07 Februari 2012

BERI HAMBA KESANGGUPAN

Ketika engkau berselancar waktu
Aku meliuk dalam ketiak zaman
Dunia terhampar dalam lanskap mini
Zaman mengkrucut, berbalik menukik

Diri dengan segala kehausan
Mencoba menapak cahaya
Tengadah pada titik
Jangkauan pun hinggap menapak

Tuhan....., jalan telah engkau sediakan
Maka beri hamba kesanggupan untuk menjani
Hidayahi hamba untuk sampai pada tujuan
Menabur berkah pada tiap titian


Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 05 Februari 2012

ORANG TERDIDIK HARUS MAMPU MENDIDIK

Apa yang saya tulis dalam bentuk catatan kecil ini, tak lain adalah untuk mengubah budaya ke arah yang lebih baik. Saya kira ide dan harapan untuk merubah budaya bagi bangsa dan dunia ini bisa muncul dari siapa saja dengan cara yang beragam pula. Kita tidak bisa menghindari perubahan kehadirannya tak bisa kita dielak, perubahan adalah sebuah perputaran konstan. Dan saya yakin setiap kita “rakyat” pasti menginginkan perubahan, tentu perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang positif.

Perubahan selalu bersifat dinamis dan bisa kita pelajari, maka cara ideal kita mesti menyikapi dengan kesigap siagaan “terus belajar”, kita harus berubah dan mengubah cara pandang terhadapan perubahan sebelum perubahan itu menjadi tradisi yang membudaya. Media meruapakan alat perantara yang menghubungan berbagai aspek perubahan di belahan dunia, maka kita tak bisa mengabaikan peran media tapi juga tak harus terminabobokan “melupakan jati diri”. Cara ideal adalah kita mesti mengubah pola pandang kita terhadapan perubahan yang kemudian menghasilkan satu sirkulari “perbahan baru”.

Saya pun berusaha untuk meyakinkan orang-orang bahwa kita harus peduli pada cara belajar sendiri dalam cara sama yang kita semua belajar secara bertahap untuk memahami dan peduli pada lingkungan juga kesehatan kita. Saya pun terus menselaraskan setiap aktifitas yang dilakukan pada apa yang disebuat kesiap sediaan “mengubah-berubah”. Sehat di sini bermakna luas (tidak hanya sehat secara mikanis dan biologis). Sehat yang saya maksud adalah sehat ide dan fikiran, yang tujuannya untuk kemanusian. Kita semua mesti paham, bahwa belajar memerlukan biaya-dan tidak ada waktu lainnya kecuali sekarang.

Harapan saya anda tidak berburuk sangka “menilai saya hendak menggurui” terhadap uraiaan ini, tidak sekali lagi saya tidak hendak menggurui siapa pun. Saya hanya mencoba terbuka terhadap segala perubahan, karena dalam perubahan banyak hal yang dapat kita kita jadikan pejaran. Ingat, perubahan itu adalah sebuah bentuk proses kerja nyata, perpaduan antara ide, gagasan yang bersifat aplikatif.

Setiap kita bisa belajar lebih jau dan hebat dari apa yang kita bayangkan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan ungkapan Karl Popper “setiap penemuan megandung ‘unsur tak rasional’ atau instuisi kreatif”. Ungkapan tersebut merupakan sebuah penegasan atas sikap dan harapan yang sebelumnya hanya hadir dalam tataran  wacana“ide” gila (dianggap tak masuk akal) karena satu usaha dan kerja keras ide gila itu pun menjadi sebentu oase bagi perubahan.

Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu. Hidup ini adalah ruang untuk segala kreasi, ladang bagi mereka yang ingin menanam pemikiran, kemudian memanennya untuk kemanusian diri dan bangsa-dunia. Maka pintu dari segala ruang dan pupuk bagi segala ide adalah belajar, dan belajar. Bejalar harus menjadi sebuah sikap yang dinamis, bekal menuju kearifan diri. Kata Thomas Alffa Edison ..” Tak ada kearifan yang kepadanya seseorang tidak akan mencoba menghindari pelajaran berfikir yang sebenarnya”.

****
Seperti yang pernah saya tulis sebelum ini, bahwa harapan dan keinginan adalah satu penanda bagi hidup. Setiap yang hidup pasti memiliki yang namanya harapan. Orang yang tidak memiliki harapan tidak bisa dikatakan hidup, harapan adalah pembeda “hidup-mati”, ya hanya orang mati lah yang tak memiliki harapan. Maka wajar bila ada sebagian orang mengungkapan “banyak orang mati sebelum kematian yang sebenar-nya”. Pertanyaannya apakah kita termasuk orang “mati sebelum kematian yang sebenar-nya”, saya yakin ada dan kita tidak termasuk kata gori orang yang saya sebut tadi.

Ada satu ungkapan dari Galina Dolva, Pendidik Inspirasional Kerajaan Inggris, yang sangat menarik untuk kita renungkan sekaligus bisa dijadikan acuan dalam pengembangan potensi yang ada pada diri kita, dia mengatakan seperti ini “Jangan bikin aku berjalan ketika aku ingin terbang”, bila kita renungkan ungkapan tersebuat sangat luar biasa, memberikan energi positif dalam pengembangan aktifitas dan kreatifitas kita.

Colin Rose & Malcolm J. Nichol dalam bukunya yang berjudul Accelerated Learning For The 21st Century Cara Belajar Cepat Abad XXI, “Kemaharajaan masa depan adalah kemaharajaan pikiran” unkapan ini dikutip dari Sir Winston Churchill. Apa yang digambarkan oleh Sir Winston Churchill sangat lah benar, artinya dunia ke depan ini akan dikuasi oleh mereka yang pandai mengasah kemampuan berpikir, kalau dalam islam kita mengakrapi satu ungkapan iqro’. Bahkan dalam iqro’ makna lebih luas dan mencakup seluruh aspek, ada aspek kerja (membaca) dan ada aspek berfikir (orang membaca pasti nalar dan pikirannya berkerja).

Artinya kita harus mampu memadukan pemikiran dan aplikasi. Menurut saya perintah iqro’ dalam islam sudah lengkap dan mencakup dua deminsi sebagaimana saya sebutkan di atas (berpikir dan gerak/kerja). Maka usahakan segala aktifitas yang kita lakukan bernuansa idukasi atau kita terus menyiasati keadaan sebagai edukasi. Jika dalam selogan Jawa Pos “2012 Thun Kerja Kerja Kerja!” maka kita pun bisa mengatakan “kita harus menjadi orang terdidik dan mampu mendidik”.



Baca Selengkapnya di sini..