"Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer)

Sabtu, 28 Januari 2012

KALIMAT YANG BERSAJAK

Sekian waktu berlalu, dan kini rasa itu tumbuh bersama hadir-mu
Aku benar-benar tak tahu kenapa ini terjadi padaku
Namun aku tak mungkin terus berpura-pura
Tapi aku merasa tak berdaya untuk melangkah jauh
Ingin kumulai sesuatu yang indah, sebagaimana inginku pad-mu

####

Fakta-“nya” cinta tak selalu berakhir indah
Aku sadari itu
Jadi aku pun mencoba berjarak, aku tak ingin
Rasaku mengawang, dan membuat aku lupa
Ini benar-benar ujian terberat yang aku hadapi
Nanti bila waktu itu tiba
Aku akan bercerita tetang persaanku ini pada-mu

Baca Selengkapnya di sini..

Senin, 23 Januari 2012

MENGHADIRKAN ICMI DALAM TATARAN PRAKTIS

Saat ini tak ada alasan bagi saya untuk tidak menulis. Pertama karena kedepan nanti saya akan berkecimpung di ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) Orwil Jawa Timur di mana saya harus mencatatat seluruh kegiatan dan aktifitas ICMI. Seperti diskusi rutin, kunjungan kerja keberbagai Daerah dan beberapa kegiatan lainnya.

Kedua akan makin banyak referensi dan perbendaharan pengalaman yang bisa saya jadikan cerita “tulis”. Ketiga karena saya menganggap menulis adalah panggilan jiwa dan kemanusiaan. Saya tak cukup kaya untuk membagi-bagikan uang pada teman atau sahabat, tapi saya mencoba untuk berbagi pengalaman kepada siapa pun, setidaknya melalui tulisan seperti ini. Dengan harapan apa yang saya bagi dalam bentuk cerita “tulisan” bisa menambah wawasan khususnya bagi saya peribadi.

Saya bukan seorang penulis yang bisa mengemukakan konsep dan teori. Apa yang salakukan “tulis” hanya sebuah cara untuk mengabadikan setiap momen kehidupan ini, baik  itu dalam bentuk tulisan atau cerita lainnya. Mudah-mudah ketergabungan saya dengan orang-orang bersar di ICMI semakin mematangkan keperibadian dan intelektual Saya. Mensejajarkan diri dengan orang-orang sekaliber ICMI jelas tidak mungkin. Kemungkinan yang dapat dilakukan adalah terus melakukan pembacaan atas apa pun yang saya lihat dan dengar dari mereka, kemudian saya tulis.

Kali ini saya mencoba mencari tahu seperti apa dan bagaimana konsep orang-orang ICMI dalam menata menajeman baik diinternal lebih-lebih subangsih-nya pada Republik ini. Seperti yang pernah saya tulis kemarin, bahwa ICMI Orwil Jawa Timur memiliki beberapa program diantara Pendidikan, Kesehatan dan Pembangunan Ekonomi dll. Di dalam pembangunan Ekonomi ICMI Orwil Jawa Timur mengelinding satu progran Mencetak 10.000, Saudagar Muslim Di Jawa Timur, ada beberapa langkah strategis yang telah dibungun oleh ICMI semisal membangun kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Pesantran.

Melihat semangat dan SDM yang ada di Internal ICMI saya yakin program-progam yang digagas oleh ICMI bisa diwujudkan dan menjadi solusi yang sulutif atas persoalan bangsa saat ini. Setiap cita-cita yang baik tentu selalu ada batu sandungan yang mesti dilalui, semisal komonikasi dan konsolidasi.  Namun saya tetap optimis dengan pengelolaan menajeman yang baik rintangan itu akan mudah untuk di atasi.

Perkembangan yang saya baca terkait kerja sama dengan beberapa Perguruan Tingi dan Pesantren masih terus digodok. Semisal kerjasama yang tengah dijajaki dengan UNMUH salah satu perguruan Tinggi Swasta di Malang dengan system kemitraan, Pesantren Sidogiri dan Tebuirieng di Jombang . Penggodokan dan komonikasi dengan stakholder terus disenergikan oleh masing-masing kedua belah pihak.

Mewujudkan program Mencetak 10.000, Saudagar Muslim Di Jawa Timur bukan satu hal sulit. Saya katakan demikin karena di internal “orang-orang” ICMI banyak yang berlatar belakang pengusaha. Latar belakang dan pengalaman mereka dalam megelola usaha bisa dibagikan kepada pihak stakholder dalam hal ini PTS atau PTN dan pesantren yang kini menjalin kerjasama dengan ICMI. Dan bukan tidak mungkin meluaskan jaringan keberbagi sektor lainnya selain yang saya sebutkan di atas.

Saya teringat obrolan di salah satu kedai makan bersama orang-orang ICMI. Saat itu melakukan rapat koordinasi adalah tim Saudagar Muslim untuk program Mencetak 10.000, Saudagar Muslim Di Jawa Timur. Beberapa opsi yang diambil adalah pertama memberikan pelatihan kepada berbagai stakhorder. Kedua penyertaan modal dan pendampingan secara intensif. Ketiga memberikan blupirin yang kongrit dengan memanfaatkan potensi di internal ICMI.

Sementara kemitraan dengan perguruan tinggi dilakukan dengan sering job, di mana ICMI memberikan masukan dan tela’a terhadap beberapa pola usaha koprasi di PT tersebut, atau dengan cara menilai sistem yang telah berjalan kemudian memberikan masukan baik dalam bidang SMD, manajemen dan kerjamasa dalam meluaskan bidang usaha yang dikelola.

Untuk kerjasama dengan beberapa Pesantren sudah dilakukan pembicaran intensif, bahkan sekitar bulan oktober 2011, orang-orang ICMI dengan beberapa tim Saudagar melakukan kunjunagan langsung ke Pondok Pesantren Sidogiri dan Tebuireng di Jombang. Pertemuan di Tebuireng langsung mendapat  apresiasi hangat dari pengasuh sekaligus saudara Gusdur, Salahuddin Wahid. Kemudian kunjungan itu menghasilkan beberapa rumusan penting yang selanjutnya ditindak lanjuti melalui mekanisme yang legal (MOU)

Dilihat dari ekspektasi yang baik dari masyarakat terhadap program yang digelindingkan oleh ICMI, tentu hal itu akan semakin mempermudah dalam pengaplikasiannya. Menurut pandangan saya yang diperlukan saat ini bangaimana mensinergikan kometmen dan kerja keras secara reil dari orang-orang ICMI itu sendiri. Bila semua langkah telah dilakukan secara baik maka Insyaallah mengahasilkan nilai yang tentu lebih baik.

Memang mewujudkan progam apa pun bukan satu hal mudah, diperlukan cara kerja yang tak biasa. Dan saya yakin SDM di ICMI lebih memungkinkan untuk mengambil langkah-langkah strategis. Bila program itu sukses maka harapan Ketua Umum dan semua orang di intern ICMI “menghadirkan ICMI di tengah-tengah ummat” akan benar-benar dilihat dan diapresiasi oleh masyarakat.

Saya sepekat dengan paparan ketua ICMI Riau di mana dalam tulisannya ia mengatakan, untuk menghadirkan ICMI dalam tataran praktis tidak bisa dengan kerja yang muluk-muluk, cukup dengan kita melakukan satu aksi nayata. Sekecil apa pun geraka itu yang terpenting bisa menjadi mengatasi persoalan ummat secara nyata.

Wallahu a’lam.
Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 22 Januari 2012

MELIHAT IDE KRETIF ICMI

Tanggal 20 Januari 2012. Waktu menunjukkan pukul 20.15. Suasana Kantor PT. PILARMAS DIADASA seperti bergemuruh meniadakan lelah di siang hari. Beberapa orang terlihat duduk dengan membentuk lingkaran. Sebagian dari mereka yang duduk melingkar sudah saya kenal dan sebagian masih belum. Mereka adalah orang besar dengan kesibukan yang padat, namun tanggungjwab sosial menyatukan mereka dalam satu wadah perjuangan, di bawah bendera ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) Jawa Timur.

Saya diminta untuk menjadi notulen dalam setiap agenda ICMI oleh Ismail Nachu Ketua Umum ICMI Jawa Timur, sekaligus Direktur PT. PILARMAS DIADASA. Sebagaimana pernah Ismail cerita pada saya bahwa Ia memiliki agenda besar untuk mengembangkan dan menghadirkan ICMI pada public. Dia ingin di bawah kepemimpinannya ICMI menampakkan peran-nya secara nyata terhadap masyarat. “bila pada priode-priode  kepemimpinan sebelumnnya kiprah ICMI seperti apsen di tengah masyarakat, maka  untuk ke depan ICMI akan mengambil langkah-langkah strtegis, seperti : pemberdayaan kesehatam, Pembangunan Ekonomi dan penanaman pendidikan yang berahlak dan berkarekter” Jelas Ketua ICMI di Ruang kernya saat itu.

Menjalankan roda organisai nir-laba seperti ICMI diperlukan keikhlasan dan pengabdian. Saya salut terhadap orang-orang ICMI, bagaimana tidak di tengah kesibukannya mereka masih dapat meluangkan waktu untuk kepentingan ummat.

Semisal ketua ICMI, dia bukan tidak ada kesibukan. Justru saya melihat dia merupakan orang yang super sibuk dengan jam terbang yang tinggi. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas ke-organisasi-an sebagai ketua, Dia juga memiliki kesibukan bisnis property, sekaligus sebagai Direktur-nya.

Ternyata meskipun dia seorang yang super sibuk, Orang yang akrap di panggil Cak Mail ini masih sempat meluangkan waktu dan mengabdikan diri untuk kepentingan ummat.  Ketika saya melihat orang-orang yang terjun dalam organisasi social kemasyarakatan dengan penuh ketulusan hati, pesimisme saya akan bangsa terobati.

Ternya Tuhan masih memberikan penyeimbang atas keterpurukan bangasa, sehingga orang-orang yang memang benar-benar menginginkan Negara ini maju dan bersih masih bisa kita bacai dari mereka yang secara suka rela mendedikasikan hidupnya untuk kemaslahan ummat. Apa yang saya lihat dan amati menjadi penyeimbang, ya penyeimbang atas perilaku elit yang koruptif.

ICMI dikenal sebagai organisasi para cendikiawan, dan biasanya kaum cendikiawan merupakan  kelompok elit dari masyarakatnya, namun sebagaimana saya ketahui ICMI bukan organisasi yang elitis yang terlepas dari sosio kultur masyarakat. Sebaliknya ICMI bisa menjadi penjebatan atas cita-cita luhur pendiri bangsa dan ummat secara universal. Kecendikiawan bukan hal yang dilekatkatkan, melainkan membawa satu implikasi pada kewajiban dan tanggungjawab. Kawajiban dan tangungjawab itu bersumber pada nilai keimanan “hati nurani” dan kemanusiaan.

Oleh sebab itu ICMI pun harus terus menunjukkan peran nyata pada masyarakat. Program-program yang prorakyat harus diwujudkan secara nyata. Missal program ICMI Jawa Timur yang menggagas program “membentuk 10.000 Saudagar Muslim di Jawa Timur”, program-program semacam itu saat ini seperti gurita yang menjamur, program kreatif prorakyat pertama kali digelindingkan oleh pemerintah pusat seperti PKM dll. Apa lagi saat Sukarwo terpilih sebagai gubenur Jawa Timur sempat melontarkan satu janji politik yang hamper sama dengan pusat yaitu menciptakan 1000.000,00 pengusaha muda di Jawa Timur. Dilihat dari subtannya apa yang disampaikan Gubenur terpilih pada janji poltiknya sama dengan ide kreatif pusat hanya tema dan pengembangannya yang berba.

Hal serupa saya lihat dibeberapa organisai baik itu dibawah pemerintah seperti KADIN Jawa Timur dan ormas social kemasyarakat lainnya yang juga mengusung tema ekonomi kreartif  yang berbasis kemasyarakatan. Melihat salah satu program yang digagas oleh ICMI “membentuk 10.000 Saudagar Muslim di Jawa Timur”, tema itu sebenarnya hamper-hampir sama dengan semangat kerakyatan yang digelindingkan Pusat-Daerah juga oramas-ormas lainnya.

Kelompok organisasi keagamaan Seperti Muhammadian, NU dan beberapa oramas lain juga mengga-gas satu program yang sama “ekonomi kreatif” dengan desain dan enggel yang berbeda. Seperti saya sampaikan diawal ide Ekonomi kreatif yang kini banyak digagas ormas social keagamaan, dilihat dari subtansinya hapir sama denga program yang digelindingkan oleh pemerintah pusat-Daerah. Hal itu yang saya lihat di ICMI juga ormas social keagamaan lainnya. Pertanyaannya apakah program ekonomi kreatif yang bermasih masyarakat itu bersudah benar dirasakan dan mampu mewujudkan kehidupan yang lebih ekonomis dan dinamis…?

Ide-ide besar bangsa kita (ekonomi kreatif) masih sebatas pewacanaan dan belum mampu menjadi sepirit massal. Dan ke dapan nanti kita harus dapat bergerak secara nyata, bukan sekedar ide dan wacana belaka. Kita harus merubah pola kebiasaan “minset” secara menyeluruh, maka dalam hal ini pemerintah harus tidak hanya menggalakkan proyek pembangunan yang berbasis pada infrastruktur, namun lebih dari semua itu yaitu pembangunan suprastruktur.

Semangat membentuk jiwa kreatif “kewirausahaan” meruapakan sepirit yang baik yang harus terus digalakkan. Bangsa ini harus bisa berkaca pada kebangkitan ekonomi CINA, di mana Negara Tirai Bambu itu hampir menguasi sendi prekonomian di berbagai Negara termasuk Indonesia. Kita mestinya tak perlu kaget dengan diterapkan APEC, harusnya kita membangun pondasi untuk menilik peluang untuk mengekspansikan produk dan usaha dalam negeri.

Malam ini adalah pertama saya mengawal kegiatan perjuangan mereka di ICMI. Saya berharap keterlibatan saya dalam ICMI akan semakin mempertajam kepekaan social, dan bisa membentengi diri hal yang bertentangan dengan nalar dan narani ke iman.

Wallahu a’lam bissoweb


Baca Selengkapnya di sini..

Sabtu, 21 Januari 2012

BIARLAH PERASAAN “CINTA” ITU MENGALIR

Pernakah anda mengalami satu pengalaman hidup yang irasional namun anda benar-benar menjalini kehidupan tersebut, termasuk dalam pengalaman cinta. Saya yakin anda pernah mengalami meski hanya satu kali dalam hidup anda. Pengamalan yang tak rasional seperti subuah bingkisan atas lelah yang tak terperdaayai.

Pengalaman-pengalaman itu bisa beranika ragam bentuk (kemulusan dalam meraih karir, membangun usaha, dan bahkan pengalaman CINTA), yang jelas pengalaman itu merupakan satu moment yang sangat membahagiakan dalam kehidupan kita. Pengalaman-pengalaman itu sering kali datang secara tiba-tiba, penuh kejutan.

Bagi sebagian orang pengalaman hidup yang tak rasional itu dianggab satu karunia yang diberikan Tuhan kepada kita selaku ummat-Nya. Tuhan memang maha berkehandak terhadap apa yang Dia kehendaki. Ketika Tuhan ingin membalikkan keadaan tak ada yang dapat mencegah. Pengalaman hidup yang penuh kejutan sebenarnya telah terjadi pada kehidupan ummat sebelum kita. Dalam perjalan Rasul atau Nabi-nabi kita mengenal istilah mu’jizat, pada tingkatan para Wali dan Ulama’ kita mengenal istilah karomah. Saya mengartikan mu’jizat itu dalam baha yang lebih sederhana dan dalam prespektif yang universal yaitu satu pengalaman hidup.

Sebenarnya apa yang terjadi pada Nabi-Rasul, Wali dan Ulama’ adalah satu pengalam hidup sebagaimana terjadi pada manusia umumnya, pengkiasan derajad menjadikan pendefinisian “pengalaman” pertiwa tersebut berbeda. Menurut saya mu’jizat  “kejadian luar biasa” dalam kehidupan ini tak pernah berhenti dan akan selalu ada.

Apa pun pengalaman dalam kehidupan kita, semoga menjadikan kita lebih dekat kepada-Nya. Tidak satu kejadia dalam kehidupan ini yang tak baik, semua baik. Mungkin anda bertanya, apakah benar semua kejadian dalam hidup itu baik ?, saya jawab iya, “semua kejadian yang diketahui atau tidak kita ketahui oleh kita, baik adanya”. Karena setiap kejadian di Duni ini adalah ketentuan yang memang disengaja oleh Allah. Maka hanya orang-orang yang bertaqwa lah yang bisa mengambil pelajaran “hikmah” dari setiap kejadian.

Maka beruntung lah orang-orang yang selalu mendedikasikan pengalaman kehidupannya, kemudian mngikhtiari-nya sehingga Ia selalu dapat mengambil hikmah atas pengalaman hidupnya.Karena hidup yang dijalani atas landasan hikmah akan membawa berkah pada sesama, dan kita pun meras damai.

Meski pun demikian kita tidak boleh berandai-andai, apa lagi berpangku menunggu datangnya keajaiban. Keajaiban tak perlu ditunggu atau kita memaksa untuk memperoleh keajabian hidup dengan cara salah, misal pergi ketampat-tempat yang berbau misti s(kuburan, dukun dll). Kita harus memiliki prinsip dalam membangaun hidup, kita tak boleh pasif, karena kehidupan yang kita jalan saat sangat dinamis. Bila kita pasif maka kita akan mati sebelum datang kematian yang sesungguhnya.

Keajabain Dan Cinta
CINTA, sudah berapa kali saya mengulas kalimat tersebut, pada tulisan sebelum ini saya menulis RASA-CINTA, tulisan itu merupkan sebuah pengejawantahan atas apa yang terjadi pada diri saya. Hingga tulisan ini disusun saya masih berperang dengan perasaan. Dalam satu sisi saya mengakui akan parasaan “cinta”, namun karena alasan yang urgen saya pun berprinsip untuk tidak kalah pada pesaan. Ada tanggungjawab yang lebih besar dari sekedar cinta, yaitu membawahi amanah sekaligus tanggungjawab terhadap orang tua. Karena satu waktu saya pernah berkometment terhadap diri juga keluarga saya harus menyelesaikan tugas dan tanggungjawa “kuliah” dulu baru memikirkan persaan “cinta”.
<photo id="1" />
Kuliah-cinta, bagi sebagian orang kuliah-cinta “kampus” menjadi satu bagian tak terpisahkan. Artinya apa, selain mereka mendalami ilmu di Bangku Kuliah mereka juga bisa memperolah cinta dari teman perempuannya saat di dalam perkuliahan. Saya melihat beberapa teman berhasil memadukan dua aktifitas yang berbeda menurut saya (KULIAH-CINTA), dan mungkin mereka adalah satu pengecualian. Begitu lah hidup warnanya selalu memberi kita kesan, dan saya yakin itu adalah anugrah.

Jujur ketika di kampus saya anti pati pada cinta, bahkan seperti tak ada ruang untuk melakukan aktifitas semacam itu. Karena setiap habis kuliah saya sering bergelut dengan teman-teman yang secara idiologi menyoal akan persaan “cinta”. Namun ketika melihat teman-teman asyik bersama pasangannya, hati saya tersentuh. Bahkan pada saat itu saya sempat bertanya pada diri sendiri, kapan saya bisa merasakan romantisme Cinta sebagaimana saya lihat saat itu. Artinya “saya masih normal” heheheheh.

Saat ini teman-teman sekelas di kampus sudah banyak yang lulus, bahkan banyak diantara mereka yang sudah menikah. Sedang saya masih belum lulus kuliah, dan masih belum mendapatkan apa yang saya impikan “keberhasilan-cnita”. Barangkali ini yang disebut keajaiban hidup. Segala kemungkin telah kita rumuskan dalam perencanaan yang matang. Bila sampai saat ini saya masih belum bisa menyempuranakan kehidupan, setidaknya saya hidup dalam sekala kecil.

Saya memaknai harapan dalam kehidupan ibarat sebuah pijar di padang luas, angin dan badai tak boleh menyilahkan lelah. Dan syukur saya adalah, Tuhan masih menanamkan satu kometment pada saya “untuk terus berjalan walau dengan berbagai badai yang menghantam. Dan saya berkeyakinan Allah telah mendesain kehidupan saya dengan baik indah.

Maka untuk perasaan “cinta” yang sewaktu-waktu datang, mengalir lah engkau sebagaimana udara yang kuhirup setiap saat. Bersemilah engkau di luar karang, tanpa batas bagar. Sesungguh cinta adalah anugrah yang mesti kau nikmati tanpa harus kau setubuhi. Cinta adalah tinta ilmu yang dapat melahirkankan buku kehidupan.

Untuk orang yang aku cintai, tak perlu engkau kujamah. Namun aku akan selalu bersetia sebelum kau dan keadaan ini meminta, setidaknya pada perasaan yang menghamba. Hidup ini adalah keajaiban sebagai kajabian cinta dan perasaanku untuk-mu-Nya.


Baca Selengkapnya di sini..

Jumat, 20 Januari 2012

RASA-CINTA

Tuhan, hamba yakin bahwa semua yang tumbuh dan bergejolak dalam tiap-tiap jiwa adalah anugrah-Mu. Setiap rasa, benci, cinta, amarah, dendam semua itu merupakan sirkkulasi kehidupan yang bersumber dari-Mu. Akan tetapi, apa yang hamba alami kali ini benar-benar satu kemustahilan yang tak sanggup dinalar oleh keadaan. Tapi Saya yakin ini semua adalah bentuk rahmat-Mu pada hamba. Oleh sebab itu di sepenggal rasa yang masih terkatup  dalam bebas, Saya memohon agar diberi petunjuk-Mu. Berikan jalan yang terang, berikan pijar pada gelap ketidak terjangkauan ini.


“Tuhan bila rasa ini akan membawa barokah di kemudian hari maka biarkan ia bersemi melalui jalan yang Engkau ridoi, namun bila rasa ini akan menjadi pengganjal dan jauh dari sisi-Mu hapuskan lah rasa, akanku kepada-nya. Namun bila rasa ini adalah sebuah celah yang harus Sayaikhtiari, maka berikan kesanggupan bagi hamba untuk mengauli hingga Saya tak berjarak lagi dengan-nya juga dengan-Mu”.

Tuhan..., Apakah ini lantarannya, atau ini satu ke-pikuk-an-ku atas hadirnya. Saya benar-benar hilang mahu, hamba seperti takluk dalam mihrob yang memyuai kasih. Setiap desir seperti pahatan doa, jejal waktu menjeli langkah senantiasa dihadiri oleh kembang yang semerbak nan ranum wajahnya, namun Saya tak punya daya untuk menciumi.

Waktu hanya kelebat senja yang sesakali menghampiri hamparan bumi, namun tak memumi. Bak ilalang yang manari bersama angin, ia selalu tampak dalam nyata, namun tak tahu mengapa ia mengelepak lambai. Saya tak mengetahui apa kenyataan yang sebenarnya. Mungkin ungkapan ini tak akan dimengerti oleh siapa pun keculai Saya dengan-Mu. Maka untuk yang tak terbatas, biar lah rasa Saya nikmati. Biar saya senggamahi dalam pucuk bayang, karena hanya itu kesangupan yang biasa digapai.

Tuhan,.... bila hadirnya bersama waktu adalah hadiah yang sengaja Engkau titipkan untukku. Sungguh Saya berterima kasih. Maka Saya pun tak akan menyiakan, akan saya jadikan ia sebagai mahkota-ku, bendera dalam perbendaharaan hidup.

Walau rasa ini nyata adanya Saya harus menyangsikan semua, termasuk bersit yang sempat terserat. Mengapa Saya mesti menyangsikan semuanya, Saya tak ingin ada titik yang mengecewakan. Bahwa Saya mesti mengukur diri, itu sangat jelas. Artinya apa...?, Saya tak boleh larut apa lagi sampai hilang kendali hanya karena perasaan. Saya mesti menjadi tuan atas diri sendiri. Namun bagaimana pun Saya tak mungkin menolak ketentuan yang telah Tuhan gariskan.

Bila memang Tuhan mengsekenariokan hidup seperti ini dan itu .... Saya tak mungkin bisa mengelak. Sebagai manusia yang dianugrahi akal dan pikiran “rasa” Saya hanya bisa menimbang segala hal yang nanti akan Saya lakukan, atau mempertegas setiap yang akan Saya lakukan. Meminjam bahasa meliter saya mesti mendisiplinkan diri. Bagi saya men-disiplin-kan diri itu sangat penting, termasuk mendisplinkan perasaa “CINTA”.

Rasa, karsa dan cinta merupakan dimensi hidup. Setiap hidup pasti memiliki dimensi itu (Rasa, karsa dan cinta). Namun semua mesti ada keterukuran, ketentuan, peta, petunjuk, atau bahasa sistem-is-nya saya harus memiliki kontrol atau manajemen diri. Karena setiap sesuatu yang dibiarkan tanpa ada pengendalian dan tujuan hanya akan membinasakan diri-nya sendiri. Kita bisa melihat dan menilai realitas yang sering terjadi, pada kebanyaknya orang. Kita melihat kejadian mirsi, bunuh diri, atau gila. Semua itu disebabkan ketidak adaan kontrol pada dirinya.

Jangan menjadikan rasa “CINTA” sebagai tujuan, jadikan dia sebagai alat yang bisa menjembati tujuan. Maka penting bagi setiap kita, termasuk saya merumuskan tujuan dari perasaan yang tengah kita alami. Ibaratnya Saya suka pada salah satu bunga, tuntu saya harus tahu letak dan kondisi bunga yang saya sukai.

Pertama saya harus tahu di manan letak dan spisifikasi bunga yang saya sukai itu. Apakah bunya itu ada di jalan,di tempat pameran dll. Dari cara mengetahu ini lah nanti kita bisa menentukan langkah, selanjutnya kita harus tahu berapa harga dari bunga itu. Setelah kita tahu tempat dan bagaimana posisi bunga dan berapa harganya kita bisa mengambil langkah “mengeksekusi” yang cepat dan tetap. 

Sebelum kita mengeksekusi bunga yang kita sukai, kita harus mengukur kemampuan yang ada pada kita. Bunga itu bagus, mewah dan cantik pokonya pas lah dengan selera kita. Tapi selera itu harus disesuaikan dengan kemampuan, apakah kita punya kemampuan untuk membelinya memilikinya. Bila ia maka hal itu tak jadi masalah.

Ada satu hal yang perlu diingat bahwa setiap sesuatu yang mewah “cantik” akan berkonsekwensi pada pemeliharaan perawatan dll. Jadi selain melihat kemampuan daya beli kita harus mempertimbangkan hal skunder yaitu perawatannya.

Petatah lama mengatakan “kenali lah diri-mu terlebih dahulu sebelum kamu mengenal orang lain”. Saya kira pepatah ini memiliki filosofi hidup yang dalam, hal senada saya temukan di dalam pepatah Madura “kennengi kennengnganna, lakoni kala-koan-na”. Penempatan diri itu sangat penting dalam hal apa pun dan di mana pun termasuk dalam hal perasaan-CINTA.

Tulisan ini merupakan sebuah perefleksian, atas kondisi, atas segala anugrah “CINTA”. Saya pun mendelagasikan tulisan ini sebagai cermin abadi, setidaknya untuk saya pribadi.


Tuhan terima kasih
Terima kasih atas segala rasa yang ada
Semoga Saya dapat memanin atas semua ini

Terima kasih atas cinta, cinta yang menjadi rasa
Terima kasih pada engkau sebelum kasih
Terima kasih pada kesempatan waktu yang menemani



Baca Selengkapnya di sini..

ANDA MISKIN, BERSYKUR LAH......!!


Tentu anda penasaran dan bertanya terhadap judul tulisan di atas, “miskin kok disyukuri”. Simpan dulu pertanyaan dan rasa penasaran  anda, mari kita lihat keadaan kehidupan kita saat ini, apakah kondisi kita saat ini termasuk orang miskin, atau tidak. Bila anda termasuk orang yang miskin maka anda harus bersykur.

Tapi kita mesti membedakan orang yang benar-benar miskin dengan orang yang mencari kemiskinan. Karena saya melihat sebagian orang justru mencari kemiskinan padahal kondisi kehidupannya berkecukupan. Lihat saja saat pendataan bantuan BLT dan kucuran Beras RASKIN, sebagian orang masih memburu bantuan yang memang peruntukannya bagi orang miskin. Jadi jangan heran bila penerima bantuan banyak yang salah sasaran.

Saat ada program bantuan bagi orang miskin data penduduk yang masuk kata gori miskin langsung meningkat. Dari itu berarti kita masih senang mencari kemiskinan. Termasuk sebagian elit kita yang bangga atas kemiskina “adanya proyek untuk yang miskin” 

Lalu siapa mereka yang senang mencari kemiskinan, apakah kita sebagai rakyat atau aparat yang sengaja membentuk data kemiskinan secara terstruktur dengan harapan mendapat bagian “proyek”. Baik lah, saya tak ingin berpraduga. Saya yakin pemerintah dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Daerah pasti memiliki presepsi yang sama dalam membangun bangsa ini, yaitu menekan kemiskinan seminimal mungkin, dan menumbuhkan ekonomi kreatifi guna menunjang kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik. Kita semua sepakat hal itu.

Akan tetapi menjadi persoalan ialah apakah pemerintah Pusat-Daerah dan kita sudah punya kesadaran untuk menjadi seorang yang jujur dalam hidup. Mengapa saya bilang harus jujur, karena menerut pernyataan aliansi rakyat pemerintah banyak melakukan pembohongan, dalam hal ini soal data penurunan kemiskinan. Pembiaran terhadap para pelaku koruptor. Menurut aliansai tersebut pemerintah “SBY” gagal melakukan pembangunan.

Oleh karena itu Pemerintah harus jujur bahwa upaya pengentasan kemiskinan di negeri ini masih belum berhasil. Angka statiskin yang menjadi acuan bahwa kemiskinan menurun itu harus ditinjau ulang. Saya kira sangat sederhana melihat kondisi reil rakyat “kemiskinan”, artinya pemerintah tak perlu mengklaim bahwa kemiskian menurun sekian persen. Lihat saja kehidupan nyata masyarakat di pingkir Kali, atau mereka yang selama ini menghuni Bantaran Kali lantaran miskin. Jika kondisi kehidupan mereka kini berubah “sudah makmur” berarti apa yang diucapkan klaim pemerintah itu memang benar adanya.

Mengapa kemiskinan di negeri ini begitu sulit diatasi dan seperti terstruktur. Hal itu bisa dilihat dari beberapa pendekatan dan asumsi universal, yaitu pertama lantaran ketidak tetapan program pembanguan pemerintah (BLT, RASKIN dll). Kedua gaya kepemimpinan elit yang cenderung korupsi. Ketiga tidak ada keseriusan dan keberpihakan pada kondisi orang miskin, baik dilihat dari prespektif hukum dan kultur. Yang kaya makin kaya, yang miskin semakin sengsara.

Kesenjangan kehidupan si miskin dan yang kaya saat ini sangat menonjol, apalagi saat para pemimpin “wakil rakyat” menampilkan wajah aslinya “ketidak pekaan” dengan pamir gaya hidup “kemewahan”. Wakil-wakil kita lebih suka memamirkan kehidupan yang borjuis di tengah kondisi rakyat yang terjerat oleh kemiskinan. Bagi sebagian rakyat yang memiliki jiwa brontak, mereka akan mengutuk perilaku wakil rakyat-nya dan menyeru pada Tuhan, “...... Tuhan mengapa dewan itu tidak Kau dimiskinkan saja”.
Lalu Tuhan menjawab “santai saja nanti mereka tak bakar di Neraka”
Maka sekarang kita sedikit tahu siapa yang benar-benar miskin dan orang yang memang suka mencari keuntungan atas kondisi kemiskinan.

KEADAAN YANG DISYUKURI
Menurut saya hidup itu harus disyukuri, tak perduli bagaimana pun keadaan hidup itu sendiri, syukur harus menjadi satu energi “penyemangat”. Karena dengan kita bersyukur berarti ada pengakuan, ada kejujuran pada diri kita. Kita sadar atas hidup. Dan bahwa kehidupan yang kita jalani saat ini merupakan angugrah Tuhan yang luar biasa. Mudah-mudahan apa yang saya ungkapkan ini bisa dipahami atau paling tidak menjadi sebuah pembuka peta pemikiran selanjutnya.

Kembali pada konteks MENSYUKIRI KEMISKINAN “keadaan”. Mengapa saya menekankan bahwa miskin itu harus disyukuri, karena saya memiliki satu keyakinan bahwa kemiskinan itu bukan satu ketentuan yang permanin. Kemiskinan itu bisa dirubah. Bagaimana merubah keadaan “kemiskinan”. Cara merubah keadaan “kemiskinan” harus dimuali dengan kesadaran atas kondisi diri “syukur”. Dan syukur merupakan satu pengejawantahan yang universal atas segala kondisi termasuk kemiskina itu sendiri.

SYUKUR, syukur atau mensyukuri adalah gerak yang dinamis, hal itu sejalan dengan apa yang dijanjikan Tuhan kepada kita selaku ummat Muslim, Tuhan beraka “.....barang siapa yang mensyukuri nikmat-Ku maka Aku akan melipat gandakan nikmat tersebut” (penyerdehanaan basa sendiri). Jangan kemudian kita menyederhanakan janji Tuhan itu dengan “.....kalau kita bersyukur Tuhan akan menambah nikmat, berarti kalau kita mensyukuri kemiskian Tuhan akan menambah kemiskinan “menambah derita””, tidak seperti itu.

Sekali lagi syukur adalah gerak dinamis kehidupan ia adalah energi yang senantiasa membangkitkan semangat kehidupan. Maka yakin-lah jika anda benar menyukuri keadaan anda “kemiskina” dalam jangka waktu yang tak begitu lama, kehidupan anda akan mengalami perubahan yang luar bisa. Sekali lagi saya mengatakan Syukur adalah pengakuan jujur atas segala nikmat hidup yang kita terima. Syukur itu memiliki konsekwensi logis atas bangsa ini, mengapa bangsa “aparat” banyak melakukan penyimpangan seperti korupsi, jawabnya karena mereka tak mensykuri nikmat yang ada atau diterima-nya.

Mari bersukur, termasuk keadaan kita yang “miskin”. Dengan kita mensyukuri kemiskinan tak akan menjadikan kehidupan kita semakin miskin, malah kita akan merasakan sebuah dorongan, semangat hidup yang langsung bersumber dari Tuhan yang maha kuasa.  Oleh sebab itu mulai saat ini jadikan syukur sebagai pijakan hidup, “pengamalan”

Wallahu a’lam bissoweb
Baca Selengkapnya di sini..

Kamis, 19 Januari 2012

TAWARAN KERJA

Usai solat jum’at (13 Januari 2012)  pimpinan (Ismail Nachu, Ketua ICMI Jawa Timur) memanggil saya. Sebagai bawahan tentu saya merasa dek-dek-an “khawatir”. Saya takut ada hal yang salah dengan pekerjaan saya.

Saya terus mencoba mengingat-ngingat pekerjaan, namun saya rasa tak ada kesalahan dengan pekerjaan saya. Dengan perasaan was-was saya pun melangkah dari lantai satu ke lantai dua menuju ruangan direktur utama. Ruangan berukuran 3 x 3 m terlihat rapi, beberapa berkas (kertas) nampak tersusun rapi. Di ats meja sedikit menyamping ada sebuah bunga berukuran kecil.

Di ruangan direktur terdapat satu Ventilasi udara “jendela” langsung menjorok ke luar. Ventilasi itu terbuat dari besi dangan penutup kaca terang, ventelasi-nya seperti tak pernah dibuka. Tirai dengan bergelantungan dilengkapi dengan senar manik menutupi Ventilasi. Bila sewaktu-waktu jenuh sang pengguna ruangan tinggal menarik senar manic, maka dengan seketika caha akan masuk. Dari dalam ruangan kita bisa melihat lalu lalang penjalan kali atau para pengendara.
Di rungan pimpinan ini terdapat empat kursi. Kursi sang derektur terlihat agak tinggi dan mewah. Sementara dua kursi dengan corak dan warna yang sama namun bukan kursi putar sebagaimana kursi sang direktur. Satu kursi lagi berukuran agak memanjang, yang bisa diduduki dua orang. Tepat di depan kursi ada meja yang terbuat dari kaca transparan. Di atasnya terdapat bebera macam camelan, lengkap dengan air gelas Aqua, dan satu bungkus Tisu.

 Di dalam ruangan juga terdapat sebuah papan dengan ukuran sedang, papan ini biasa-nya digukan untuk mempresentasikan berbagai aktifitas bisnis. Bebrapa minggu ini kantor sering didatangi “investor”. Stelah memperhatikan rungan Saya duduk tepat di depan pimpinan membelakang Meja Kaca. Ternya saya dipanggil bukan karena kesalahan pekerjaan, melaiankan diminta membantu (tawaran pekerjaan baru) kesekertariatan ICMI (Ikatan Cendikia Muslim Indonesia) Orwil Jawa Timur.

Dalam pertemuan yang tak sampai satu jam ini, pimpinan kembali menyakan pengalaman saya di dalam beroraganisasi, saya pun menjelasakan secara singkat dan gambalang. Komonikasi yang terbangun saat itu  langsung dari hati ka hati. Saya merasa senang dengan hal-hal yang semacam ini, bukan soal tawaran pekerjaan baru yang bikin saya senang, melaikan keakraban yang terbagun saat itu menjadikan nilai yang membangkitkan semangat dan optimism bagi saya.

Saya tak langsung menanggapi tawaran yang diberikan. Saya Cuma memaparkan garis-garis besar dan hal yang dimungkin saya lakukan. Dan saya pun menekankan bahwa saya masih menanggung amanah orang tua untuk “menyelesaikan kuliah”. Kuliah saya masih belum selesai (tinggal menggaran skripsi). “Insyaallah saya siap bergabung dan membantu bapak, namun saya pun harus menyelesaikan kulia” dengan tegas.

Ternyata apa yang saya ajukan mendapat respon baik, dalam artian pimpinan memberikan ruang yang luas untuk tetap menyelsaikan tanggungjawab kuliah, dengan menekankan pada pendisiplinan dan pengaturan waktu yang tepat. Seperti yang saya katakana “Saya tidak langsung menjawab tawaran“. Saya berjanji untuk menjawab pada hari Senin.

Setelah selesai berdialog, saya diminta membuat sebuah lis pekerjaan yang biasa saya lakukan setiap. Pada hari itu juga saya membaut lis itu, hanya butuh sekitar 10-15 m, membuat lis pekerjaan.

Senin (16 Januari 2012), saya menghadap sang pimpinan, sekaligus menyerahkan lis pekerjaan yang diminta. Pada saat itu saya pun menjawab tawaran yang diberikan pimpinan “saya siap membantu dengan ketentuan sebagaimana disampaikan pada tanggal 13 kemarin”. Kemudian Orang yang akan menggantikan pekerjaan saya dipanggil, saat itu terjadi sebuah dialog panjang, seperti sebuah pembekalan kulai ketika akan melakukan PPL.

Apa yang disampaikan pada prang yang akan menggantikan pekerjaan saya tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaiakn pada saya saat baru pertama menghadap pimpinan saat itu.

Dengan segala keterbukaan saya pun meminta hal-hal yang bisa saya lakukan, namun karena sesuatu beliau tak langsung memberikan apa yang saya minta, selanjutnya saya akan dipertemukan dengan sekertaris dan ketika itu nanti saya akan mendapat briving tetang hal yang akan dilakukan saya ke depan.

Apa pekerjaan baru yang saya terima tak akan saya uraikan di sini, namun nanti setelah saya memasuki dunia baru itu, saya pasti akan membahas hal yang bisa saya lakukan. Saya selalu menekankan bahwa apa yang saya lakukan sebisa mungkin membawa manfaat bagi saya juga orang lain. Dan saya mencoba untuk membagi pengalaman dengan menulis pengalaman itu, dengan harapan bisa bermanfaat bagi orang lain.

Bagi saya hidup adalah tanggungjawab, kita harus menjalankan kehidupan dengan sebaik mungkin dan berbagi pengalaman hidup terhadap sesame, juga bagian dari tanggungjawab. Bagi saya hidup itu terorentasi pada dua kutub tanggungjawab, Pertama Hamblumminallah dan kedua Hamblumminannas. Tanggung jawab kapda Allah bisa diwujudkan dengan melakukan ibadah dan mejauhi larangannya. Sementara tanggungjawan pada sesama harus diberengmgi rasa silidarotas dan kesitikawanan sosial tanpa melihat sekat kayakinan atau golongan (saling berbagi).

Mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing saya untuk senantiasa berada dalam jalan-Nya yang benar. Amin…!
Baca Selengkapnya di sini..

Rabu, 18 Januari 2012

TOLONG

Pada Tuhan
Tolang, selamatkan INDONESIA-ku

Pada Nabi-nabi
Tolong, Maafkan ummat-mu yang sering salah mengerti

Pada Ulama'
Tolong, jangan bodohi ummat

Pada Polisi
Tolong, Jangan arogansi

Pada Jaksa
Tolong, Jangan perjual belikan keadilan

Pada Birokrat
Tolong, Bertindak-lah arif dan cepat

Baca Selengkapnya di sini..

PULANG KAMPUNG MENGURUS SIM-C

Tanggal 07 Januari 2012 saya pulang Kampung, kepulangan saya saat itu adalah untuk mengurus SIM C, saat saya memiliki kendaraan sendiri saya tak punya SIM, untuk hal-hal keperluan saya cukup memakai SIM saudara sepupu, karena wajah dan tinggi badan kami hampir sama. Ketika saya masih memiliki kendaraan sendiri males mengurus SIM, alasannya sistem yang jelimet. Jadi ketika Sekolah di MAN saya sudah terbiasa mengendara Motor tanpa menggunakan SIM.

Sebenar-nya SIM menjadi kebutuhan yangl dasar karena lalulintas sosial yang menuntut kecepatan mengharuskan saya mengambil alternatif yang cepat dengan risiko yang sangat kecil yaitu berkendara motor. Walau saya tak memilki kendaraan sendiri saya sering menggunakan kendaraan milik saudara atau teman. Untuk perjalanan tertentu terpaksa saya mengelabuhi polisi, dengan menggunakan SIM milik saudara. Karena sesuai perundang-undangan setiap pengendara wajib memiliki SIM (lihat UU Lalulintas).

Kalau kita mau jujur banyak warga yang memiliki SIM, ketidak ada SIM pada mereka dilandasi beberapa faktor, pertama lantaran mereka tak bisa mengurus SIM sendiri (buta huruf), sedang faktor yang lain adalah ketidak sadaran dan rumitnya birokrasi.

Sebagaimana diketahui oleh masyarakat umum, berurusan dengan polisi adalah hal yang sangat menjemukan karena harus mengeluarkan uang, beitu pun saat mengurus SIM. Bahkan orang secara terang-terang memanfaatkan calo “oknom pengawai/polisi” untuk mengurus SIM. Sedang harga yang dipatok sangat beragam Rp. 100.000,00-200.000.00, perkepala. Berapa SIM yang dikerjakan dengan cara menyogok tingakal mengalikan dengan sirkulasi dikeluarkannya SIM. Jika dalam satu hari bisa mengerjakan 10-20 x Rp. 200.000,00 = Rp. 4000.000,00 (empat juta perhari) x 30 = 120.000.000,00 (satu bulan mencapai seratus dua puluh juta)

Saya merupakan pemohon SIM baru, tapi ketika saya pertama kali mengurus SIM, seorang petugas Administrai langsung menyapa saya dengan sapaan yang sangat bersahabat dan penuh pertolongan “gamana mas, minta bantuan apa ikut tes” ungpat petugas saat. “memang tesnya bagaimana, sampean belum tahu ya, biar sampean tahu ikuti saja, bila pikiran berubah temui saya. Saya yang belum tata cara mengurus SIM merasa dekdekkan. Apa lagi sebelumnya teman saya mengngabarkan bahwa bila tidak lulus pada tes pertama akan menanti tes minggu yanng akan datang dan terus berulang hingga lulus (tiga kali tes) bila tetap tidak lulus harus mendaftar daru nol lagi.

Saya nekat saja, artinya saya tetap mengiti jalur tes. Sebelum mesuki tes para pemohon SIM baik yang baru atau yang akan memperpanjang di satukan dalam satu ruangan, kepala satlas Sumenep…. Memberikan pengarahan terkait rambau-rambu lalulintas dan bagaimana mengendara yang baik. Setelah itu para pemohon diperlihat sebuah tayangan (vidio dukumenter NTC Polda Jawatimur) vidio itu berdurasi sekitar 20-30 m.

Setelah selesaikan semua pemohon tertuju pada pada lembaran kertas yang telah dibagikan, sedang pemohon SIM baru harus mengikuti seleksi tes dengan membaca soal, bentuk soal berupa pilhan ganda. Soal sebanyak 30, dengan waktu penyelesaian 30 m, jadi peserta diberi 1 m untuk menentukan jawaban yang dianggab pali benar. Peserta tinggal menekan tombol berdasarkan petunjuk yang telah diarah oleh tim petus. (jangan menekan tombol merarh karena tombol tersebut sebagai tanda reset, bila terjadi berarti jawaban akan hilang semua)

Pemohon SIM baru pada saat sekitar sepulah orang, namun yang lulus tes teori 2, yang lain dinyatakan tidak lulus. Maklum peserta yang lain kebanyakan tidak bisa baca atau bisa baca namun belum pengalaman mengerjakan soal dengan sistem komputer. Saya yang dinyatakan lulus langsung jingkrak-jingkark ditempat. “ternyata gini to tes permohonan SIM” sambung saya sambil mengadu tangan tos pada seorang yang dinyatakan lulus.

Saya pikir tak ada tes lagi, ternyata setelah tanya pada petugas masih ada tes praktek. Lagi-lagi saya merasa dek-dekan, tapi saya oktimiskan hati. Masak bisa naik sepeda tak bisa tes. Saya dengan beberapa orang disuruh memasuki sebuah lapangan di sebelah barat LAKA LANTAS di Sumenep. Satu staf pengawai dan satu orang dengan berpakai dinas polisi mendekat ke lapangan. Kemudian mereka terlihat meninting sebuah balok kayu dengan pangjang kira satu siku lengan.

Sebuah sepeda motor Jupiter wrna putih tengah terparkir di samping lapangan. Nopel polisi kendararaab iti berloga satuan reskrim. Di bok tertulis kendaraan khusu tes/ujian. Cuaca saat itu sangat panas, kesal menunggu dan lapar pun menghantui perut. Tapi rasa itu terkalahkan oleh rasa penasaran. Saya pun ikut membantu memasangkan balok-balok yang dikhususkan untuk tes praktek.

“Sebelum kalian tes, perhatiikan saya. Petugas itu mengendarai Jupiter yang memang khusus untuk uji coba, pada awal pertama dia berputar pada lingkalaran yang membentuk anggka depan sebanyak tiga kali. Setelah itu dia belok kanan menuju ring ke dua yaitu melewati jalan lurus dengan melawa Balok, denganjarak tertentu. Jarak antar balok sekita satu meter seper empat. Peserta tak boleh terjatuh “kaki tak boleh menyentuh tanah, bila menyentuh tanha sampai tiga kali akan dinyatakan tidak lulus tes dan harus mengulang lagi apada minggun depan dan seterus seperti yang diuraikan diatas). Setelah selesai melewai jalan  lulurs dengan megitari balok, pemandu melewati sebuah jajaj dengan lebar siku lenagan dengan berkelok-blok persatu meter. Setelah itu kita akan melewati jalan lurus dengan ukuran tangan. Setalah itu kita akan petugas itu melewaiti satu rintangan dengan jalan agak tingga dan bergelombang (pserta banyak yang jatus pada sisi tes ini) setelah selesai melewati jalan bergelombang kita akan harus sampai vinis dengan ketinggian “tanjakan tajam” sekita 2 m.

Sebelum memasuki tes praktik masing-masing peserta dibolehkan mencoba satu kali. Saat pertama kali mencoba saya gagal pada jalan lurus dengan melawati balok, denganjarak tertentu. Jarak antar Balok sekita satu meter seper empat. Saat akan belok dan masuk pada ruang setelah serasa sulit, dan kakai sering terjatu. Namun alhamdulillah setelah tes saya bisa melewati. “kuncinya adalah tenang dan tak boleh tergesa-gesa”. Itu lah pengalaman saya saat permohonan SIM-C.

Baca Selengkapnya di sini..

Selasa, 17 Januari 2012

PERTEMUAN YANG MENOHOK

Banar apa yang dikatan orang berpengalaman bahwa sesuatu yang dipaksakan akan mengalami kejumutan, “jalan buntu”, hal yang sama saya rasakan ketika saya mencoba memaksakan diri untuk menulis. “Menulis atau menumpahkan ide tidak bisa dipaksakan”. Setidak hal ini yang tengah saya rasakan pagi ini. saya mencoba menyusun potongan-potongan kalimat hasil dari diskusi dengan pimpinan beberapa bulan yang lalu. Awalnya saya hendak memulai tulisan ini dengan sub penting yang disampaikan oleh pemilik sekaligus pimpinan atau Direktur Utama PT. PILARMAS DIADASA (Ismail Nachu).

Selain sebagai pemilik "pimpinan Utama" di PT. PILAMAS DIADASA, Ismail Nachu adalah seorang tokoh cendikia, Dia merupakan ketua umum ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) Jawa Timur masa bakti 2011-2015. Perkenanalan saya dengan pemilik PT. PILARMAS sekaligus ketua ICMI ini melalui perantara teman saya saudara Khotip, aktifis PII semenjak di sekolah MAN Sumenep.

Saya minta maaf bila tulisan ini tak beraturan. Saya berada di PT. PILARMAS sekitar tanggal 7 Nopember 2011, ketika Khotip menghubungi saya meminta untuk menemani-nya. Tanpa pikir apa pun saya mengiyakan. Saat saya tiba di Kantor PT. PILARMAS DIADASA, Kantor ini menempati lokasi baru. Setiba di Surabaya saya sudah menempati kantor yang baru. Saat saya tiba pemilik kantor tidak masuk "mengngantor" lantaran pada saat itu pergi ke tanah suci “menunaikan ibadah haji”.

Pada awal Desember saya dipertemukan langsung dengan pemilik (Pimpinan) PT. PILARMAS sekaligus ketua ICMI Jawatimur.  Beberapa hal yang masih teringat dimomory saya adalah pesan-pesan dan motivasi dalam menghadapi hidup yang disampaikan pada saya. Sebagaimana awal saya bertemu Pimpinan langsung mengatakan “untuk saat ini mungki sampean harus melakukan hal-hal yang berat, tapi jadikan ini sebagai sebuah pijak untuk berperoses”. Ungkapan itu seperti membangunkan mimpi saya.

Saya yang masih bersetatus mahasiswa hanya bisa mengangguk seraya mengangkat muka. Ada semacam gemuruh yang tertahan, saya hanya bisa mengiyakan tanpa bisa mengalak. Sementara dalam hati dan pikran seperti hendak menerjang-nerjang tapi tak tahu medan. “cita-cita sampean apa..” tiba melemparkan pertanyaan. “…. saya ingin jadi pendidik, saya ingin mengabdikan kehidupan ini untuk kemaslahan ummat”, jawab saya.

Jawaban saya tak bisa memuaskan bahkan dia memberkan saya alternatif, “mas.., kal bercita-cita itu yang jelas, jangan ambigu. Secara tidak langsung sampean masih ada keraguan pada diri sendiri. Coba sampean pastikan, apakah sampean bercita-cita jadi guru, dosen atau apa…” saya hanya bisa menghelan nafas.

Kaki saya selonjorkan di bawah meja. Orang dihadapan saya terus meledak-ledak dengan kata-kata-nya yang curam dan sangat membangun. Dengan saya pun menegaskan cita-cita sebagai pendidik, “saya ingin menjadi Dosen”. Tangan terlihat memutarmutar pulpen yang dipegangnya. Kemudian ia mengambil sebuah kertas putih yang kosong. Kertas itu ia corat-coret. 

Oke mas, saya harus tahu setiap orang yang akan bekerja sama dengan saya, termasuk sampean. Mulai hari ini dan nanti kedepan akan menjadi patnert. Nanti kita sampean akan menandatangi kontrak dengan saya, mengapa saya lakukan ini “ada kontrak”. Agama mengajarkan begitu.  Saat itu saya benar-benar tak memiliki kuasa apun, saya seperti seonggok patung. Memang sampai saat ini saya masih bingung dengan kehidupan saya.

Penjelasan itu mengingatkan beberapa peristiwa beberapa tahun silam, saat saya masih Sekolah di MAN Sumenep. Hal senada pernah saya dengar dari Guru MAN Asam Prayitno, menurut-nya “agama sudah sangat merinci kehidupan ummat, seperti perniagaan, hak waris, hukum, juga akad jual beli. Namun kebanyakan diantara manusia sering mengabaikan hal-hal kecil itu. Saat itu Pak Asam memberikan contoh mengenai hutang-piutang, di dalam Al-qur’an dijelaskan kalau kita hendak berhutang atau memberi hutang hendak-lah dicatat, tapi kita jarang mempraktekkan hal itu

Hari ini saya kembali dipertemukan dengan orang yang taat agama, sehingga landasan filosofi kerja “bisnis” pun senantiasa mengandung hikmah. Sebuah kontrak kerja telah ada dihadapan saya, “silahkan sampean baca, bila ada hal yang belum jelas bisa ditanyakan, dan kalau sepakat untuk ditanda tangani. Kontrak itu terhitung sejak 01 Desember 2011. Sementara yang sebulan sebelumnya tak dimasukkan kontrak namun saya mendapt hak saya.  Itu sekelumit perbincangan saya pertama kali dengan pimpinan (Direktur Utama) PT. PILARMAS DIADA.

Memasuki tahun 2012 saya melakukan aktifitas sebagaimana mestinya, namun lantaran hal-yang mendesak saya pun sering terlibat dalam hal-hal diluar tanggungjawab saya. Namun saya tak menyoal hal itu, justru saya merasa senang. Bahkan berprinsip “saya akan mempersembahkan hal terbaik pada siapa pun “al out” sesuai batas dan hal yang saya mampu”.

Baca Selengkapnya di sini..

Senin, 16 Januari 2012

SECUIL JEJAK

Kesan pasti menandai pesan

Kesan itu ....
Tak bersuara namun menyentuh
Tak berbekas namun lekat
Tak berlukis, namun merampai bayang

Pesan itu....
Adalah cerita ....
Petanda bahwa kita ada
Dan saling mengada

Itu lah secuil jejak tentang kita

Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 15 Januari 2012

HIDUP YANG DISYKURI

Ketika syukur menjadi jalan hidup maka pintu tujuan akan terbuka, jalan yang dulunya pengap dan gelap dengan kita bersyukur jalan menjadi terang. Bila sebuah tujuan hidup kita umpamakan sebuah kebun “harapan”, kebun yang dulunya berjarak, lantaran kita sering syukur kebun itu seperti terbentang di depan kita.

Syukur seperti menyilahkan kesempatan yang luas pada jalan yang akan kita tempuh, “setelah kebun itu tampak jelas menjadi milik, terserah akan bertanam apa pada kebunmu ‘kita’”. Syukur membawa nuansa yang damai. Membentuk pola lingkungan asri. Syukur bak pohon harapan yang dulu tumbuh dalam keadaan tandus, dengan seringnya kita menyirami dengan syukur perlahan pohon itu berkembang dan menuai buah yang ranum.

Tafakkur dan Syukur harus menjadi detak yang mampu memompa energi postif, kemudian energi itu kita ter-transmisi-kan pada lingkungan sosial tempat kita tinggal. Usahakan energi itu tidak berhenti di satu tempat saja, biarkan energi positif terus terseber membentuk satu kumpulan, selanjut-nya kumpulan itu mentransmisikan pada kumpulan yang lain. Sebagaimana janji Tuhan, “bila hambaku bersyukur atas nikmat yang aku berikan, maka Aku akan melipat gandakan nikmat-ku kepada-nya”.

Syukur ibarat air yang menyejukkan, ia mampu mengairi kekeringan hidup. Bila Syukur sebagaimana musim, maka ia adalah musim semi yang tertaburi limpahan rahmat. Dengan Syukur Tuhan hendak mendidik kita sabagai ummat-Nya untuk senantiasa berpengharapan “optimis”.

Bila kita pandai mensyukuri karunia Tuhan, maka kita bisa memperoleh pelajaran yang baik bagi diri dan kehidupan ini. Tinggal bagaimana kesiapsediaan kita pada hidup, apakah kita sanggup mendedikasikan harapan. Apakah kita mampu mampu menembus ruang dan waktu tanpa terbatasi oleh rintangan atau cobaan yang datang pada kita. Semua itu tergantung pada iktikat dan kemauan kita (syukur).

Sebenarnya Tuhan sudah memberikan garis kehidupan yang sangat jelas bagi kita selaku ummat. Bahkan Ia telah mementaskan pesan, “bahwa kehidupan di dunia ini, hanya akan menipu bila kita tak jeli” meminjam sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Al-marhumah Nike Ardila “hidup adalah pangung sandiwara, cerita sering berubah-ubah”. Namun bukan berarti Tuhan hendak bermain-main dengan kita, Tuhan bahkan sangat serius memberikan arahan agar kehidupan ini bernilai guna.

Kehidupan di dunia memiliki dua kutup yang saling terhubung satu dengan yang lain. Ada kehidupan “perbuatan” yang baik, ada yang buruk. Bila kita memutus atau hendak meniadakan salah satu rantai berarti kita hendak menentang kemahakuasaan-Nya. Ada yang baik lantaran ada yang buruk, yang baik menjadi pembanding bagi yang buruk dan sebaliknya. Nilai baik-buruk semua itu bermuara pada satu sumber yaitu Tuhan.

Lalu bagaimana cara kita menyiasati kondisi semacam di atas, jawabnya sangat sederhana yaitu “bersykur”. Ternyata sangat sederhana sekali bukan. Karena senyatanya hidup memang sangat sederhana sebagaimana Tuhan menyederhanakan kehidupan ini pada kita,  kalau begitu mengapa kita mesti memperumit-nya.

Ibarat perlombaan hidup adalah turnamen perlombaan, ada yang kalah ada sebagai pemenang. Ibarat peperangan hidup adalah sebuah pertarungan. Agar kita memenangi perang diperlukan strategi dan taktik……. Namun perang yang sebenarnya adalah memerangi akal dan pikiran. Hal ini selaras dengan pesan Nabi Muhammad sw setelah memenangi perang badar, “sebenarnya perang yang telah kita menangkan saat ini “perang badar” masih kecil, kita akan menghadapi perang yang besar yaitu perang melawan hawanafsu”.

Kembali pada masa lah syukur, pertama hidup ini adalah anugrah “amanah” Tuhan, yang mesti kita jalankan dengan baik. Kedua hidup itu adalah kesempatan. Tiga hidup memiliki keterikatan pada sang pengatur hidup “Tuhan” juga memiliki dimensi sosial “intraksi” dengan sesama. Oleh sebab itu kita mesti mensykuri semua karunia yang diberikan oleh Tuhan pada kita.

Untuk samapai pada syukur yang sebenarnya maka kita mesti bertanya pada diri kita apakah saat ini kita telah bersyukur. Dan pertanyaan itu merupakan sebuah  menuju syukur yang subtansial. Bila sampai saat ini kita belum bisa merumuskan pertanyaan pada hidup yang dijalani berarti kita masih belum bisa mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan pada kita.

Tuhan telah memberikan perumpamaan-perumpamaan hidup dari orang-orang yang terdahulu (Adam-sampai sekarang). Kilasan-kilasan kehidupan di masa lalu itu senyata telah cukup memberikan nilai dan pelajaran hidup. Bagaiaman kehidupan orang-orang yang senantiasa bersyukur selalu dipermudah oleh Allah. Sebenarnya kita bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah ummat terdahulu.

Baca Selengkapnya di sini..

Sabtu, 14 Januari 2012

TETANGGA PUN DIBUNUH DENGAN SADIS

Di mana-mana terjadi tindak keriminal (membunuh), alasannya terkadang hanya sepele.

Kemarin Sabtu 07/01/2012 saya pulang kampung. dalam perjalanan pulang saya dikejutkan dengan aksi pencurian sepeda motor yang kemudian tertangkap oleh massa.

Dan sesampai di rumah saya kembali mendapat suguhan ksbsr yang tak kalah mengerikan, "pembunuhan", yaitu seorang pemuda berusia 20-an dinyatakan hilang, pemuda itu warga Desa Lanjuk, Kab Sumenep. dikemudian hari ditemukan tewas dan mayatnya dibuang ketempat pembuangan WC.

Ditemukannya mayat tersebut bermula dari firasat warga desa setempat yang mendengar suara "aneh" ada seseorang menangis pada malam hari di area WC (tapi tak ada orang). Kemudian warga melihat kejanggalan dan keanehan. Tutup pembuangan WC terlihat masih baru, kemudian banyak garam yang tercecer di area sekitar WC.

Karena penasaran warga pun membongkar WC, ternyata kecurigaan dan keanehan yang dialami warga, pemuda yang dikabarkan telah hilang telah menjadi mayat. Kondisinya sudah sangat mengenaskan seluruh kulit sudah membusuk "terkelupas".

Isu berkembang pemuda itu dibunuh lantaran tidak mau diajak bekerja. dan pembunuh masih bertetangga dengan korban.

Pelaku pembunuhan saat ini dalam pengejaran polisi. konon setelah membunuh pelaku kabur "bekerja ke kalimantan". Sementara keluarga pelaku juga diamankan dan dimintai keterangan terkait motif pembunuhan tersebut.


Baca Selengkapnya di sini..

Jumat, 13 Januari 2012

DAMAI DALAM MASJID

Setelah lama tidak beri’tikaf di Masjid saya merasakan ridu dan sejuknya nuansa Masjid. Maka untuk mengobati kerinduan dan sejuknya Masjid pada hari kamis tanggal 05/01/2012 Sekitar puku 11. 45 saya bergegas menuju salah satu Masjid, Masjid itu masih dekat dengan kantor tempat saya bekerja. Masjid nampak lengang, sebagian jemaah ada sudah meninggalkan barisan, sementara sebagian yang lain terlihat duduk sambil berdzikir.

Di tengah ketertutupan mobilitas sosail orang-orang kota Masjid masih menjadi ruang singgah yang representatif bagi masyarakat (muslim). Maka tak salah bila sebagian orang mengatakan bahwa Masjid adalah tempat tinggal “rumah” kedua. Di zaman dulu Masjid menjadi basis perjuangan (tempat penyelenggara pendidikan, mensiarkan agama dll), sekaligus sebagai pembersatu ummat.

Dan pada hari ini, di saat mobiltas kota yang padat Masjid masih mampu menjembatani sekat sosial. Ketika solat didirikan, di sana kita bisa melihat nilai kesetaraan univesrsal. Saat solat mulai ditegakkan, semua inklud dalam ka-taorrub-an, yaitu menuju keridaan Allah Subhana Wataala. Tak ada pembeda antara jamaah dan imam, mereka bersatu dalam seru “kompak”.

Banyak nilai-nilai dalam solat yang dapat kita dijadikan pelajaran, antara lainpersamaan sebagai hamba, kerukunan sesama ummat “persatuan” dll. Jika saja nilai-nilai dalam solat benar teraplikasikan secara kffah saya yakin ummat islam tak akan mudah dipecah belah.

Lalu mengapa pada tataran praktis ummat islam justru sering bersetru, padahal mereka masih satu keyakinan “islam”. Tak jarangan kita melihat perusakan, pembunuhan dengan mengatas namakan agama. Bila kekerasan “di intern-antar ummat beragama sering terjadi” dengan mengatas namakan agama masih sering terjadi, lalu di manakah nilai islam sebagai rahmatan lilalamin sebagai agama pembersatu segaligus membawa visi damai.

Sebagai seorang muslim saya kurang sependapat dengan beberapa insiden kekerasan yang dilakukan oleh segelintar ormas islam dengan mengatasnamakan agama, seakan-akan mereka berdiri sebagai Tuhan, orang yang paling benar.

Setiap indifidu memiliki tanggung jawab moral untuk menebarkan mengajak pada jalan kebaikan. Atau dalam bahasa gama berdakwa, akan tetapi dakwa di sini bukan berarti memaksakan pemahaman terhadap orang lain. Apa lagi sampai melakukan kekerasan. Karena Islam tidak mengajarkan hal yang demikin. Bahkan Tuhan tidak pernah memaksa ummatnya untuk inklud dalam satu keyakinan “islam”.

Ketika Tuhan bertoleran terhadap keyakinan di luar Islam, mengapa kita sebagai hambanya justru bersikap sebaliknya. Tuhan tidak butuh untuk disembah apa lagi pembelaan dari manusi. Tuhan dengan kuasanya bisa melakukan hal apa pun terhadap kita, dengan kuasanya Dia bisa menjadikan seluruh ummat di dunia, menjadi muslim.

Nuansa Masjid
Kipas angin yang berada di samping dinding Masjid masih tetap berputar kencang. Udara yang dihasilkan oleh perputaran kipas membawa hawa sejuk. Seorang lelaki terlihat bergegas dari samping tempat biasa mimbar memberi khotbah pada saat jum’at. Kemudia lelaki dengan tubuh gumuk itu menuju dinding yang ada kipasnya. Sesat tangannya meraih sebuah tali yang terhubung dengan kipas, kemudian menarinya. Kipas angin yang sedari tadi berputar kencang, mulai melambat dan terus bergerak lirih dan akhirnya diam untuk watu yang tak tertentu. Rupanya lelaki yang mematikan kipas angin itu takmir Masjid.

Beberapa orang terlihat merebahkan badan di lantai tak beralas di samping empiran Masjid. Sebagain terlihat sedang bercakap-cakap lewat telp genggam. Sebagian lagi sedang asyik bercerita dengan sesama rekan kerja-nya. Hari-hari semacam itu sering saya jumpai ketika hendak melaksanakan solat Dohor. Para jemaah yang mayoritas pekerja kantoran, memanfaatkan istirahat “solat di Masjid” untuk relaksasi antara 10-20 m.

Saya yang terlambat datang ketinggalan saf jamaah. Akhirnya saya pun solat sendiri. Meski pun kips sudah dimatikan udara yang memantul dari lantai serasa sejuk di badan. Dengan pengahrapan rido-Nya saya memulai solat. Setalah rakaat pertama ada yang menpuk pundak (satu tanda untuk bermakmum), seketia saya sadar bahwa ada makmum di belakang saya.

Waktu solat rakaat ke dua harusnya membaca tahaiyat awal, namun saat itu saya lupa, dan baru ingat setalah berdiri pada rakaat ke-tiga. Saya tetap melanjutkan solat dengan empat rakaat dan sebelum selesai saya melakukan sujud sahwi.

Selesai solat saya membaca dzikir yang biasa dibaca setelah solat. Setelah itu saya membuka-buka al-quran dan membacanya, baris demi baris saya lewati. Sungguh keadaan semacam ini amat saya rindukan. Saya teringat keadaan di kampung. Setelah saya bisa baca al-quran dan mulai solat, selesai solat saya membaca al-quran. Kegiatan membaca al-quran setelah solah lima waktu menjadi rutinitas “wajib” saat saat itu.

Walau saat itu saya belum paham arti dari ayat-ayat al-quran yang saya baca, hal itu tidak membuat saya bosan. Ada semacam kedamaian tersendiri dalam hati saat dan setelah membaca al-quran. Oleh kerana itu saya pun menikmati. Namun kebiasaan membaca al-quran perlahan mulai surut bahkan sekarang lebih sering membaca koran dari pada Al-qur’an.

Maka wajar bila saya sangat rindu kebiasaan di masa kecil (membaca al-qur’an, senantiasa menjaga amalan-amalan sunnah dan hal-hal yang bersentuhan dengan ibadah soaial-keagamaan). Bahkan saya ingin seperti dulu akrab dengan al-quran. Merindukan kebiasaan-kebiasaan “bertaqorrub Ilallah”.

Baca Selengkapnya di sini..

Rabu, 11 Januari 2012

BERCERMIN LEPAS

Mata hari telah membagikan sinarnya
Embun pun menyi lah kan waktu
Burung berkicau, udara mendesau

Mata hari, embun, udara juga burung
Mereka senantiasa dalam dunia-nya
Dunia yang bebas
Bebas dalam kebersahajaan pada Tuhan

Tapi mengapa kita yang disempurnakan
Sering merasa terbelenggu, terkekang

Lihat lah pada langit yang lepas
Bercermin lah pada kisaran ombak
Dan padang pasir

Baca Selengkapnya di sini..

Jumat, 06 Januari 2012

AL-IN'AM

Di sana aku menggayuh mimpi
Menabur corak segala warna
Waktu yang kulautkan membentur karang
Ombak pecah membuih badai

Seonggok mimpi bermuara tanpa arah
Kidung fil ard memepecah gendang
Ada palu yang sempat aku tabuh
Namun bunyi tak merdu

Memang jejak tak seindah lirik puisi / lagu-lagu
Tapi aku bangga lantaran bumi yang memumi
Di sudut mimbar aku dengar kicau memamah, bersyahwat
Aku terpengkur menahan jala menohok tawa

Ya…. Hasrat bergulipat, mendayu
Fi’il-fi’il kehidupan ditarik pada kanfas
Hukum bertarian di bawah ketiak
Aku hanya geleng kepala, aku menyadar

Di bumi-mu aku sedikit menahu
Tapi tahu-ku terbatas
Namun aku tak membatasi, aku melaut lepas
Dari situs aku mendengar
Dan aku melihat, mendengar, perlahan berperoses untuk tahu

Baca Selengkapnya di sini..

Kamis, 05 Januari 2012

CERMIN WAKTU

Walau tak sempat membalut wajah, bukan berari harus lupa untuk bercermin
Harus ada kesediaan diri untuk hal-hal yang sering terabaikan
Kesempatan tidak datang hanya satu kali, maka bila pada kesempatan pertama kita belum puas
Begegas lah untuk mengkontruksi kesempatan-kesempatan yang lain

Dunia adalah ladang untuk berinvestasi segala sesuatu
Dan di dunia ini pula kita akan menuai hasil
Tapi hasil tak harus kau monopoli
Setiap hasil harus kau bagi, berbagi bukan mengurangi
Berbagi merupakan hal subtansi dalam berinvestasi

Bercermin lah dalam hal-hal yang kecil
Bercermin lah pada yang hal yang harus KAU hil-kan
Bila cermin telah menjadi hal
Maka akan banyak hal yang mesti dihil-kan

Hidup tak lepas dari hal yang cela
Namun bukan berarti kita mesti takut akan hal yang cela
Karena yang cela juga hidup, maka ia mesti dirangkul
Pada cela, akan ditemukan celah
Dan celah akan kita metukan pada cermin yang kita sanggul

Jangan kau bercermin pada dinding kaca
Karena apa yang tampak pada kaca, bukan kita
Ia hanya setumpuk bingkai yang mesti dibedah
Pembedahnya bukan medis, tapi hati dan kemanusiaan




Baca Selengkapnya di sini..

Rabu, 04 Januari 2012

DI SEBUAH BANTARAN KALI (Dusun Parama'an)

Semasa kecil saya termasuk anak yang senang bermain air dibantaran Kali. Bahkan saya sering menghabiskan waktu bersama-teman di bantaran Kali. Kalau sudah bermain air di Kali sering lupa waktu. Tak jarang saya kena marah orang tua. Namun kesenangan bermain air diwaktu kecil menjadi bekal yang unik, saya bisa berenang, dan melakukan gerakan-geran antraktif dengan teknik-tekni unik, seperti bersalto menyelam dikedalam dengan watu yang relatif lama.
Permainan-permaian itu tidak saya peroleh dari sekolah atau buku-buku, melainkan saat bermain dengan teman dulu. Saya sangat beruntung dan bersyukur pada Tuhan, dilahirkan di temapat yang masih steril dan alami, yaitu di Dusun Paramaan. Temapat tinggal saya Dusun Paramaan dekat dengan Kali, dan Kali telah menjadi bagian hidup saya ketika kecil.

Kali menjadi pembatas Dusun Paramaan dengan dusun-dusun yang lain. Kali yang ada di Dusun Paramaan merupakan aliran dari pebukitan di urata Desa. Kali-kali di Dusun memiliki nama yang berbeda satu dengan yang lain. Ada Kali Tojeren, Manten, Nyamplong, Bitani, Limbung dll. Dari masing-masing nama Kali memiliki cerita yang unik dan mistis. Misal Kali Tojeren, konon nama Kali tersebut sebuah pengabadian peristiwa di masa lampau, konon di Kali dulu ada seorang yang memandikan kuda di Kali tersebut hilang dan tiba-tiba berganti hamparan batu yang lebar. Lebar batu itu berkisar 10-12 m dengan panjang 15-17 m dengan kemiringan yang unik. Dan nama itu merupakan penggabungan dua istilah “nama” Beto (Batu) dan Jeren (hewan “kuda”) seKaligus sebagai pengabadian atas peristiwa tersebut.

Semasa kecil Kali menjadi tempat bermain dan mengasah emosi saya. Dan Kali tak hanya memberikan hiburan untuk anak-anak, tapi juga bagi mereka yang lanjut usia. Bahkan Kali menjadi sarana kehindupan yang lebih luas, pengairan dan lain-lain. Kali di sekitar Dusun kini berbeda jauh dengan Kali diwaktu saya kecil, dangkal dan banyak kotoran yang tidak mengenakkan penglilhatan.

“Manusia memang egois hanya memanfaat tapi tak bisa menjaga dan melestarikan”.

Dari mana asal muasal nama-nama Kali ini saya juga masih belum tahu. Namun yang saya tahu Klini ini menyurusi rimbun hingga ke muara pantai, 6 km dari Dusun Paramaan. Kali yang ada di Dusun airnya sangat tergantung kondisi penghujan. Kalau sudah hampir masuk puncak kemarau air biasanya susut dan bahkan sebagain mengering.
Padahal Kali sangat membantu mobiltas pertanian warga. Namun karena sekalan volume air kecil, hal itu tetap tak mampu menopang akan kebutuhan pertanian. Pada kondisi “cuaca” buruk warga sangat tergantung pada pasokan air. Semisal musim tanan padi seperti sekarang, air Kali sangat membantu memperlancai peroses tanan padi.

Menjelang musim kemarau biasanya para warga membuat tanggul untuk menampung air secara bergotong royong. Tanggul penampungan air dibuat untuk mencukupi kebutuhan air saat musim tanam tembakau. Kegiatan gotongroyong bisa dijumpai menjelang musim tanam kembakau. Namun apa yang dilakukan warga itu hanya sebatas musiman, arti tidak tahan lama, ketika musin hujan datang, bendungan itu tak mampu menahan debet air, kemudian roboh terbawa arus. Satu waktu saya berfikir dan berandai-andai, seandai di kampung dibuatkan waduk yang besar tentu kegiatan pertanian semakin maju dan lancar.

Kalau anda berkesempatan mampir ke dusun jangan tanya apakah di dusun Paramaan ada Kali, bila itu terjadi pasti warga menjawab tidak ada, maklum warga tidak mengenal nama Kali,  warga kampung hanya akrap atau terbiasa memakai nama Kali (sungai). Menurut hemat saya di Dusun tak ada sungai yang ada hanya Kali, mengapa saya katakan demikian lantaran kapasitas air-nya sedikit dengan kedalam maksimum 3 m, deras aliran pun tergolong ringan.

Bila hujan di atas rata-rata, Kali ini juga bisa menjadi amuk yang berbahanya, terutama bagi warga yang ada di dekat bantaran Kali. Dulu sekitar tahun 1999 pernah terjadi hujan yang sangat deras. Ketika itu dua hari dua malam hujan berturut-turut, tak ayal banyak balok-balok kayu, jati, kelapa terbawa arus air. Bahkan hewan ternak juga keikut arus.

Setiap ada kejadian di atas normal, selalu ada yang mengaitkan dengan mitos. Konon saat terjadi banjir ada seekor ular besar yang hanyut. Ular itu merupakan ular penunggu di satu tempat di Jeruwen, 25 km dari kampung atau Dusun Paramaan. Adanya kabar ular besar terbawa arus, menjadi berita sepikulatif di kalangan warga. Namun saya sendiri tak pernah melihat kejadian itu, saya hanya tahu dari cerita para tetangga.

Di bantaran sungai terdapat batu dengan ukuran yang berfareatif ada yang sangat besar ada juga kecil. Batu-batu itu tertata membentuk arstektur yang hidup. Sementara di sekitarnya terdapat pohon yang sangat hijau. Kalau kita menelusuri Kali kita akan banyak menemukan hal-hal unik, juga hal yang sangat jorok. Yang jorok itu selalu berkaitan denga aktifitas menusia sementara hal-hal unik meruapakan karunia alimi yang sengaja Tuhan tunjukkan bagi ummat di dunia ini.

Keunikan itu berupa hamparan batu dan keragaman pohon yang tumbuh di dekat-dekat bantaran. Bila kita jeli melihat Kali yang airnya mengalir dengan tenang, maka mata kita akan melihat pemandangan yang takjup, air yang mengalir membentuk lingkaran tikar, kemudian menjerumus pada kedalaman tertentu. Bagi warga gejala air itu disebut dengan nama lik-beli’ teker, atau song-les songan. Fenomena air (lik-beli’ teker, atau song-lessongan) itu  diyakini oleh warga bisa menenggelamkan seseorang pada kedalaman tertentu hingga menemui ajal. Tapi semua itu tinggal cerita, menrut saya kejadian itu meruapakan hal yang dimitoskan.

Dunia modern yang meraksek ke bilik dan sudut kampung sedikit banyak telah merubah kebiasaan masyarakat, termasuk perilaku masyarakat terhadap lingkungannya. Sebelum ada listrik masyarakat biasa mengambil air dengan cara diarit. Namun setelah listrik masuk dan ada pompa air, kebiasaan itu sudah sulit ditemui. Hampir semua warga memanfaatkan pompa air untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sebelum adanya listrik dan pompa air seperti sekarang Masyarat terbiasa menyuci pakaian ke ke Kali atau Sumer. Namun kebiasaan sudah berkurang.

Anak-anak sendiri pun jarang memanfaatkan Kali sebagai media atau sarana bermain, selain memang dilarang oleh orang tuanya, anak-anak sekarang lebih suka bermain dengan alat-alat modern game dll. Saya tak hendak mengkucilkan kemujuan kerena bagaimana pun hal itu merupakan tuntutan. Yang menjadi persoalan ialah ketika kita tak lagi memiliki kepedulian terhadan lingkungan. Ya Kali-Kali hanya menjadi tempat eksploitasi kepentingan, tanpa diimbangi dengan menjaga keseimbangan-nya merawat dan melestarikannya.

Dan bukan tidak mungkin bila satu saat keindahan alam dan Kali-Kali di Dusun Paramaan itu juga menjadi legenda, “di sini dulu ada pemandangan yang indah dengan sudut pandang Kali ……dll”.


Baca Selengkapnya di sini..

Selasa, 03 Januari 2012

TEMPAT ITU


Pepohonan di sekitar Dusun Paramaan masih terlihat rimbun dan asri. Pohon-pohon itu tak pernah enggan oleh pasang surutnya waktu mereka senantiasa gagah menantang segala kemungkinan yang sewaktu-waktu akan terjadi . Sejanak pikiran merenung tentang pohon-pohon itu, rupanya dia tidak hanya memberikan ruang yang sejuk nan hijau bagi manusia di bumi,  melainkan memperimbangi kehidupan bumi dan penghuninya.


Angin yang berdesir memberikan nuansa yang semakin religi, dengan beralas rumput aku bentangkan tubuh. Mataku seperti larut dalam tarian pohon. Betapa alam ini indah, pepohonan itu bak frame yang sengaja disematkan oleh Tuhan. Daun-daun yang saling bersilang seakan menampakkan kemesraan. Sesekali terdengan kicau burung, suaranya sangat merdu, gesekan daun-kedaun bak paduan musik. Ada kehidupan tersendiri bagi mahluk-mahluk ciptaan Tuhan, ini yang masih belum sempat aku bacai.

Di Dusun perkampungan Paramaan terdapat banyak jenis pohon seperti Kelapa, Siwalan, Jati, Kurnis dan beberapa pohon lainnya. Pohon-pohon itu tumbuh dengan kehidupannya masing-masing, tak ada caus, tak ada ribut atau saling sengeta sebagaimana kerap terjadi pada manusia. Masing-masing memberikan manfaat, pada alam dan penghuninya.

Berbagai jenis pohon tumbuh berkembang di sekitar Dusun Paramaan merupakan pohon yang tahan terhadap segala kondisi, panas, hujan juga angin. Namun pohon-pohon itu tak mampu bertahan atas perubahan sikap manusia yang kapan saja bisa menebanginya.

Suasana yang sejuk ini membawaku larut masa waktu yang belum tertentukan. Apakah keadaan yang asri ini akan mampu bertahan untuk seratus tahuan yang akan datang. Pertanyaan itu tak bisa aku jawab. Aku tak benar-benar yakin anak-anak dan cucuku kelak bisa merasakan nuansa alam yang asri seperti ini. Mungkin mareka sekedar mendengar dari orang yang bercerita “bahwa negeri yang mereka huni saat ini merupakan negerti yang hijau”, atau bila tidak mereka akan membacai kisah sejarah lewat vidio dukumentasi atau filem dilayar kaca.

Aku benar-benar miris dengan keadaan alam saat ini. Betapa sangat disayangkan bila keindahan dan kesejukan di alam ini suatu nanti hanya tinggal kepingan cerita dan sejarah yang kaku. Ketika aku rindu suasana alam nan sejuk, aku bisa pulang ke kampung, kemudian berajalan kaki “keliling” di pagi hari sambil menulusiri jalan setapak. Jalan setapak yang penuh rumput masih basah oleh sisa embun malam. Kemudian aku pergi ke kali sambil-melompat-lompat dari satu batu-kebatu yang lain, ya itu kebiasaan aku dulu saat masih anak-anak.

BERSAMBUNG……


Baca Selengkapnya di sini..

Senin, 02 Januari 2012

DIALOG FILASAFAT IbN RuSDy, DAN AL-GHAZALI

Dialog ilmiah antara Al-Ghazali dan Ibn Rusdy dalam kaitannya filsafat merupakan sebuah refleksi ‘seni’ keilmuan. Pada saat Al-Gazali menolak argumen filsafat dan menganggab pemikir ‘filosof’ barat berada dalam kesesatan yang nyata, Ibnu Rusdy menolak pendapat Al-Ghazali ‘kerancuan’, yang kemudian melahirkan sebuah buku ‘kitab’ Tahafut At-Tahafut. Kitab Tahafut At-Tahafut sebagai kritik terhadap buku Al-Ghazali Tahafut Al-Falasifah. Al-Gazali dan Ibnu Rusdy keduanya adalah tokoh yang ditokohkan oleh ummat dan ketokohan mereka dapat dilihat dari beberapa karya–nya yang berpengaruh di dunia akademik dan menjadi kajian keilmuan sampai saat ini.

Lahirn ya kitab Tahafut Al-Falasifah merupakan kegelisahan Al-Ghazali terhadap fenomena pada saat itu, di mana antara perkembangan nalar dan pendekatan cultural keagamaan semakin kabur yang tampak hanyalah sebuah perdebatan semu, pengabaian terhadap ritual kegaan merupakan sebauh kewajaran bagi kaum filosof saat itu.

Hal itulah yang kemudian mengusik nurani Al-Ghazali menurutnya “…. para filosof hanyalah memainkan retorika dan mengabaikan urgensi --fitrah, subtansi sebagai mahluk”. Al-Ghazali kecewa pada sikap filosof yang mengabaikan subtansinya sebagai hamba ‘abdtun’, kekecewaan Al-Ghazali pada cara hidup filosof juga dapat kita lihat di sekitar kita, di mana kebanyakan orang yang terpengaruh dan mencoba mendalami filsafat—mengabaik an ritual keagamaan dengan mengedepan logika berfikir tetang hidup.

Tend ensifilsafat—kaitannya dalam pengingkaran terhadap ritual keagamaan bukan suatu hal yang tabu bagi kaum filsuf, fenomena semacam itu dilaterbelakngi oleh pembelotan logika, di mana sebagian orang mengklaim dirinya inklut di dunia filsafat dan mengabaikan mekanisme ritual, kemudian mereka "para filos" mengambil jalan melegitimasi diri dengan—argumen dan logika. Bagi penganut ‘filsafat’ yang dangkal “ritual kegamaan yang dijalankan manusia pada umumnya hanya rutinitas yang tak berdasar ‘berimajenasi’. Kecendrungan berfilsafat semacam itu kemudian membuat kehawatiran Al-Ghazali, sehingga dia mencoba membalikkan fakta lewat karyanya Tahafut Al-Falasifah (kerancuan berfikir para filsof).

Na mun sikap "Al-Ghazali Tahafut Al-Falasifah" yang cendrung tendensi—menyerang tradisi filsafat terutama dalam kaitannya kepercayaan kepada Tuhan (tauhed) tidak sepenuhnya salah. Sementara filsafat barat yang berorentasikan kepada logika menolak eksistensi Tuhan, merupakan sebuah tanya yang harus diluruskan. Disi-si lain argument Al-Ghazali Tahafut Al-Falasifah dianggap tidak menghargai pendapat yang berbeda oleh Ibnu Rusdy.

Wall ahua'lam


Baca Selengkapnya di sini..

Minggu, 01 Januari 2012

AKU PIKIR

Aku pikir bisa mengawinkan dua perbedaan
Aaaaah betapa sempitnya pikiranku
Aku seperti terjebak dalam laron-laron
Kenapa cuma dua perbedaan

Tapi untung aku tak menunggalkan yang satu
Satu itu bilangan, dan yang terbilang pasti jamak
wah-wah.. benar-benar aku tak sempat berfikir apa pun tentang itu
Pantas aja di sana sini saling tindih

Terimakasih Tuhan engkau mengingatkanku
Engkau selalu ada untuk-ku
Sementara aku, sering hilang waktu
Maaf-kan bila aku tak mampu membaca isyarat-Mu

Baca Selengkapnya di sini..